Selasa, 08 September 2015

Bentuk Pelayanan Pastoral



                                                
BENTUK-BENTUK PELAYANAN DIAKONIA
Ø  Diakonia berasal dari bahasa yunani yaitu, Diakonei,yang berarti melayani. Umumnya diartikan sebagai melayani meja makan (seperti pelayanan. Sitahu bagod” bagi raja-raja simalungun dahulukala, yang selalu sedia tatkala raja santap).
Ø  Dalam perjanjian baru kata ini dipakai sebayak seratus kali dalam berbagai bentuk. Umumnya diartikan sebagai pelayanan kristu atau pelayanan jemaat (kolose 1:7). Namun makna yang paling penting ialah pelayanan kristus bagi umatnya (Markus 10: 45) dengan memberikan nyawahNya. Karna itu semua pelayanan jemaat pada mulanya disebut sebagai diakonos.
Ø  Tetapi kemudian hari dari istilah timbul kata Diaken. Yang dipakai oleh gereja sebagai sebutan kepada sekelompok pelayan yang bertugas melayani jemaat diluar hal-hal yang berkaitan dengan liturgi(kebaktian). Mereka memperhatikan kehidupan orang-orang yang berada dalam kesusahan terutama pada janda dan yatim piatu. Justru oleh karena pelayanan para Diaken ini terdapat orang-orang yang susah nampak keindahan persekutuan jemaat mula-mula. Dan inijugalah yang menarik perhatian orang lain untuk menjadi pengikut kristus (Kisah Rasul 6:1-7).
Ø  Dari sana nampak jelas bahwa pemberitaan firman itu tidak terpisahkan dari pelayanan (Diakonia) dan juga persekutuan jemaat (Koinonia). Dalam perkembangan masa kini, pemahaman tentang makna diakonia telah semakin berkembang.
a.diakonia bukan lagi hanya tugas para diaken, melainkan tugas seluruh warga jemaat karena diakonia adalah tugas gereja secara menyeluruh selaku tubuh Kristu.
b.diakonia bukan hanya ditujukan kepada sesama anggota jemaat tetapi juga kepada umat kepercayaan lain, bahkan sampai seluruh ciptaan Nya (Mark  10:45).
c.diakonia (Menurut GBKU GKPS 1995-200)
1.Meringankan penderitaan yatim piatu,janda,jompo dan mereka yang berada di lembaga pemasyarakatan.
2.Melestarikan lingkungan hidup
   3.Meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri warga jemaat.
Ketiga tujuan tersebut di atas dapat diuraikan dalam 3 jenis diakonia:
a.  Diakonia karitatip
Ø  Karitatip berasal dari kata Charity (Inggris) yang berarti belas kasihan. Diakonia jenis ini memberikan pelayanan yang Cuma-Cuma kepada orang yang tidak mampu, kena penyakit, kemalangan atau kena bencana. Pelayanan jenis ini tidak bertujuan untuk membawa yang dilayaninya kepada suatu perubahan, melainkan hanya sekedar meringankan penderitaan mereka yang dilayani. Misalya: memberi sedekah pada orang miskin, menjenguk orang sakit, melihat orang kemalangan atau yang kena bencana
.
b.  Diakonia reformatip
Ø  Reformasi berarti merubah kearah yang lebih baik. Pelayanan jenis ini berusaha meningkatkan kehidupan atau kondisi yang dilayani, misalnya melalui penyuluhan atau pemberian bantuan berupa modal kerja. Hal ini biasa dianalogikan dengan memberikan pancing serta ketrampilan memancing kepada orang kelaparan. Bukan memberikan ikan, karena setelah ikan itu habis maka ikan yang baru harus diberikan lagi (Seperti diakonia karitatip).
c.  Diakonia transformatip
Ø Transform artinya merubah bentuk atau susunan menjadi yang berbeda atau lain. Diakonia jenis ini berusaha melakukan perubahan yang mutlak, bukan sekedar mengusahakan peningkatan pada yang di layani. Diakonia reformatip misalnya berusaha memampukan petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya dari satu ton setiap tahun menjadi dua atau tiga ton dengan memperkenalkan teknologi yang lebih baik dan juga modal yang diperlukan. Dalam hal tersebut kurang dipermasalahkan apakah produksi yang meningkatkan tersebut akan sungguh-sungguh dapat meningkatkan taraf kehidupan petani. Kenyataannya produksi yang melimpah sering merugikan petani.

Ø  Timbulnya usaha mengembangkan usaha diakonia transformatip ini, adalah berdasakan kenyataan bahwa baik diakonia karitatip maupun reformatip kedua-duanya sering tidak dapat membantu masyarakat yang dilayani dalam memecahkan permasalahan mereka.

Ø  Peningkatan modal dan teknologi sering belum mampu menjawab masalah yang dihadapi.Analogi yang diangkat pada pelayanan diakonia reformatip di atas dapat diperpanjang dengan masalah selanjutnya yang lebih rumit. Setelah orang kelaparan tersebut diberikan pancing dan diajari tekniknya, orang tersebut pergi kesungai untuk mancing, ternyata dia diusir dari sana, karena sungai tersebut dikuasai oleh orang lain. Sewaktu dia pergi kesungai yang lain lagi, disana dia mengalami kekecewan karena di sungai itu tidak ada ikan lagi, airnya sudah tercemar berat oleh limbah pabrik.

Ø  Pelayanan diakonia transformatip ini sering harus berhadapan dengan mereka yang telah berhasil menguasai bidang-bidang tertentu.
Ø  Dalam 1 raja-raja 21 ditampilkan kekuasaan raja yang dapat menjadi sewenang-wenang untuk memenuhi keinginannya. Apa yang akan terjadi dengan keluarga Nabot, sekiranya Elia tidak berani menyampaikan teguran kepada raja Ahab? Mereka akan menjadi petani Anggur yang tidak punya kebun Anggur lagi.

Ø  Diakonia transformatip berusaha memampukan manusia untuk dapat menentukan hidupnya sendiri lepas dari kekangan orang lain.









































                              



















































































                                                           










                     
                            PAK REMAJA PEMUDA
                                 








    DISUSUN  OLEh
        
            NAMA                          : FREDI.E. NAROBA

           JURUSAN                   : PAK

  SEMESTER                : VI (Enam)

          NIM                                 : 09-20-146/2901630132053



                                               
                         SEKOLAH TINGGI T THEOLOGIA PAPUA
                                       FAKA FAK 2011/2012






                          
                                  PAK  BAGI  REMAJA /  PEMUDA 

Ø Jadi yang saya ketahui bagi pak remaja pemuda, itu seperrti ini kita tidak bisa melakukan hal yang tidak sesuai dengan cara pemikiran mereka, maka itu kita harus bisa melakukan hal yang mereka bisa cepat dapat mereka lakukan, mengapa sampai saya katakan demikian, karena gaya pemikiran mereka itu tidak sama dengan yang kita pikirka oleh sebap itu kita harus bisa mebuat yang terbaik bagi mereka agar supaya mereka bisa cepat dapat mengerti sesuai dengan gaya pemikiran mereka.
Ø Karena masa remaja adalah masa-masa yang kritik atau masa-masa puber,dan masa perkembangan mereka adalah ingin coba-coba, maka dengan itu kita harus bisa melakukan pendekatan dengan mereka secara indifidu atau satu persatu. Dengan adanya pendidikan agama atau PAK remaja pemuda ini, secara langsung maupun tidak lansug, meluas. Agar mereka dapat mengetahui pendidikan agama tersebut dengan baik dan jelas dalam kehidupan mereka.


Ø Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan pengajaran pendidikan agama kristen, perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:

1.  Remaja adalah masa transisi, masa yang amat meresahkan dimana seorang remaja mengalami perubahan-perubahan, baik secara fisik maupun perubahan-perubahan psikis (dari kanak-kanak ke remaja). Masa dimana terjadi gejolak yang mendadak dan ganda dalam kepribadian remaja, berusaha untuk mengenal dan mencari citra sebenarnya. Usaha untuk mencari jati diri ini terdiri dari adanya suatu rasa kesadaran tentang kepribadiannya yang unik, serta berusaha memiliki pengalaman-pengalamn yang berkesinambungan dan solidaritas dengan kelompok yang menurut mereka pas atau tempat.

2.  Remaja adalah masa bertanya, masa dimana terjadi perubahan dalam kognitifnya (cara pandang, berpikir, dan mengambil keputusan) yang membuat seorang / individu remaja mulai atau sering bertanya tentang banyak hal yang diajarkan maupun apa yang didapatkan oleh remaja melalui pengalaman belajarnya sendiri. Pada masa ini mulai timbul kecurigaan, masa dimana tidak sepenuhnya remaja percaya terhadap apa yang dilihat,  dibaca, maupun didengar olehnya. Pola berpikir remaja mulai meningkat kearah yang lebih rasional. Untuk itu,remaja sudah seharusnya mendapat pelayanan pendidikan gereja yang bersifat materi tentang pemahaman dan bukan hanya sekedar permainan saja seperti yang ada dalam kebanyakan pelayanan gereja terhadap remaja zaman sekarang ini. Gereja dalam pengajarannya harus memberikan jawaban yang sungguh dan jujur sebagai akibat dari pertumbuhan iman mereka.


3.  Remaja adalah masa keterbukaan, masa dimana remaja mulai terbuka terhadap hal-hal atau ide-ide serta bimbingan orang dewasa atau gereja. Karena pada masa ini remaja membutuhkan lebih banyak arahan dan bimbingan baginya dalam proses pencarian dirinya.

4.  Remja adalah masa mengambil keputusan, masa dimana seorang remaja belum begitu stabil dalam pengambilan keputusan. Artinya keputusan yang dibuat terkadang berubah-ubah. Keputusan yang diambil terkadang bersifat sementara dan terkadang tidak menentu. Tetapi adajuga sebagian remaja lainnya, keputusan-keputusan yang penting sangat mungkin terjadi dan mungkin saja operatif sampai akhir hidupnya. Untuk itu, dalam upaya membina dan mendidik remaja/ pemuda, gereja perlu untuk melihat dan mengkaji kembali segi-segi pengajarannya melalui kacamata remaja serta memiliki tujuan yang jelas terhadap peran remaja di dalam gereja. Ini tentunya berkaitan dengan kondisi remaja, dalam krisis identitas yang berusaha mencari dan mengenal jati diri.








                                             

Profesi dan Pendeta



PENDETA BUKAN PROFESI MURAHAN
(Pendahuluan: tesis statemen, pembatasan tulisan, pengorganisasian tulisan)
              Banyak orang kristen baik laki-laki maupun perempuan, berlomba-lomba untuk masuk sekolah teologi. Dengan perspektif dan motivasi  sebagai   pendeta, akan memberi diri seutuhnya bagi pelayanan pekabaran Injil dalam dunia.
              Perspektif ini tidak seutuhnya dipahami sebagai suatu panggilan’ berharga”, melainkan sesuatu yang biasa-bisa saja. Pendeta adalah alternatif terakhir karena tidak ada persyaratan yang memberatkan, apalagi tidak mendapat pekerjaan lain, hal ini bukan berarti pendeta adalah profesi gampangan.
              Naftalino,A berkata “pendeta adalah pekerjaan yang mulia dan karena itu perlu harus tertanam dalam diri seseorang, merasa terpanggil dalam benaknya yang terdalam, menjaga citra diri seorang hamba Tuhan,  yang tentu saja harus membuka diri untuk belajar”.[1]  Hal ini berarti seorang Pendeta adalah orang yang berkualitas punya skill tertentu, maka makna panggilan itu akan bernilai.
Pendeta adalah orang yang terpanggil secara khusus harus mempunyai kemampuan-kemampuan, dibekali dengan macam-macam pengetahuan, untuk itu pendidikan sekolah teologi sebagai wahana pendidikan yang tugasnya mendidik calon-calon pendeta menjadi bakal pendeta yang berkualitas, memaknai panggilannya sebagai suatu tanggung jawab khusus bukan asal-asalan.
Konsep pikir ini akan di bahas pada pokok-pokok berikutnya bahwa “pendeta adalah tanngung jawab berat dan mulia bukan gampangan”
MAKNA PANGGILAN

a.       Defenisi panggilan menurut kamus bahasa Indonesia dari kata panggil artinya: menyebutkan nama orang, menyuruh datang[2]. Panggilan dapat berarti memanggil nama orang dan makna lainnya adalah suatu rasa keharusan atau tanggung jawab dalam tugas yang dipercayakan.
b.      Dalam perjanjian Lama akar kata Ibrani “qr” muncul sebagai kata kerja,kata benda atau kata sifat, yang dapat berarti memanggil nama,juga dapat diterjemahkan berarti “menamai”.[3] Memanggil nama muncul pada kej 3:9 dan ayat-ayat lain. Memanggil nama Tuhan, kadang-kadang diterjemahkan “berseru kepada nama Tuhan”,mengacu pada permohonan akan perlindungan Allah, dengan arti mohon Bantuan dari seseorang yang namanya diketahui(kej 4:2, Ul 28:10, Yes 43:7 ) . Terjemahan “menamai” muncul pada ayat-ayat seperti kej 1:5 ( Allah menamai terang itu siang). Ayat-ayat yang menyebut ALLah sebagai pelaku menunjukan kesatuan yang mendasari kedua arti dari “qr”,dan dengan demikian mengungkapkan arti teologisnya.
·         Arti pertama mengandung dalamnya panggilan untuk melayani ALLah sebagai suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus
·         Arti kedua bukan hanya memberi nama melainkan menguraikan,maupun menunjuk kepada suatu hubungan antara ALLah yang menamai dan apa yang dinamai.[4] Sebagai contoh, pemanggilan ALLah dan bagaimana Ia menamai Israel sebagai milikNya, yang dipisahkan dari banga-bangsa lain, diberi tugas untuk bersaksi, dan diberi hak khusus untuk menerima perlindungan perlindungan oleh NamaNya.
c.       Dalam perjanjian Baru , pemakaian yang sama dan panggilan Alllah sekarang diberikan dalam Kristus Yesus . Kata Yunani kalein, dan kata jadiannya kletos yang berarti dipanggil dan klesis artinya panggilan. Panggilan itu ialah tuntutan untuk dikenal sebagai kristen dan menjadi milik ALLah dalam kristus (1 pet 4:6 , yak 2:7, kis 5:41, mat 28:19 ). Memanggil ditemukan dalam Mark , Yesus memanggil Murid-MuridNya dan mereka mengikutiNya (mark 1:20). Dalam surat- surat Paulus menjelaskan arti teologis dari panggilan Kristus. Panggilan tersebut datang dari atau melalui kabar baik bagi keselamatan dan pengudusan serta iman, untuk masuk ke dalam kerajaan Allah ( 1 Tes 2:12) , bagi persekutuan dan pelayanan (Gal 1:5). Paulus menyamakan panggilan itu dengan jawabannya ( Roma 8:2) untuk menekankan maksud Allah yang tak berubah (roma 9:11). Ucapan Yesus dalam Matius 22:14 membedakan yang dipanggil yaitu mereka yang mendengar dan dengan yang dipilih yaitu mereka yang menjawab.[5]         

PENDETA ADALAH PANGGILAN
           
            Pendeta adalah orang-orang yang terpanggil secara khusus dalam pelayanan pemberitaan  karya penyelamatan ALLah, bagaimana menunjukan sosok atau citra diri kekhususan itu? Menurut pakar ilmu jiwa Erikson ada dua sumber identitas :
·         Pribadi dan atau suatu profesi mensyaratkan adanya commitment terhadap suatu tugas khusus atau suatu perspektif kehidupan.
·         Seperangkat “expectation/harapan atau dugaan  terhadap pribadi  dan atau profesi tadi, yang memungkinkan pribadi tersebut memperoleh tempat dan posisi yang jelas dalam jaringan hubungan-hubungan personal maupun dengan rekan-rekan seprofesinya.[6]
Identitas seorang pendeta bersumber dari kenyataaan bahwa disatu pihak memang ada jabatan pendeta, dipihak lain jati dirinya bersumber dari harapan /expectations. Pendeta diharapkan mampu memahami dan melayani berbagai kebutuhan dan kepentingan warga jemaatnya. Kesalahan fatal yang sering terjadi di dalam memahami panggilan sebagai seorang pendeta adalah,  melihat sebatas mimbar, khotbah dan sekedar memimpin upacara ritual lainnya. Memahami panggilan harus dilandasi dengan memiliki wawasan Teologi, wawasan hidup, wawasan pelayanan, memiliki kepekaaan sosial, kepekaan budaya dan bentuk kepedulian terhadap masyarakat disekitarnya.
            Untuk mewujudkan makna panggilan yang sesungguhnya menjadi pendeta harus melewati tahapan-tahapan persiapan, oleh Naftalino A, ada dua kriteria persiapan:
·         Persiapan formal ialah melalui keputusan untuk masuk pendidikan Teologi,kesungguhan kita belajar selama dalam proses pendidikan adalah cermin motif kita sesungguhnya dalam memaknai panggilan itu.
·         Persiapan informal berkaitan erat dengan kondisi rill di lapangan[7] .

Persiapan pendidikan ini sebenarnya berkaitan dengan usaha memahami nilai terutama essensi kebenaran yang memberi makna dan merujuk pada proses mental, nalar dan wawasan yang benar dan luas.

KESIMPULAN
Pergeseran perspektif panggilan membuat sebagian besar anak-anak Tuhan yang menganggap bahwa pendeta adalah alternatif terakhir karena buntutnya pekerjaan, tuntutan ekonomi dll. Pendeta adalah profesi khusus karena keterpanggilan itu. Menjadi pendeta bukan hanya sekedar memberi diri untuk mengabdikan diri, lebih dari itu pendeta adalah  orang- orang yang benar- benar mau belajar ,memiliki wawasan yang cukup memadai sehingga panggilan dan essensinya terlihat ketika pendeta mampu menjawab harapan – harapan umat yang adalah masyarakat dalam kompleksitas budaya,ras ,golongan, pola pikir dan keragaman lainnya.
Pendeta adalah profesi khusus dengan segudang tanggung jawab yang berat bukan  profesi asal-asalan.




Catatan diskusi kelas:
1.      Judul mulai dengan “pendeta bukan profesi muraha?. Tetapi tidak ada uraian tentang apa itu “pendeta”? Hakikat kependetaan yang seharusnya (idealnya)? Ini perlu didudukan untuk melaihat apa masalahnya dengan topik kependetaan ini.
2.      Pengorganisasian tulisan belum jelas. Ini harus ada dipendahuluan.
3.      Mengapa uraian dimulai dengan Makna Panggilan?? Apa itu?
4.      Ada di judul digunakan istilah atau kata ‘profesi’. Apa itu?
5.      Kaitkan atau dudukan dan jelaskan relasi pendeta—profesi—panggilan.
6.       Coba susun pengorganisasianj tulisanmu dengan jelas bertolak dari pembatasan tulisan atau uraian topik ANDA.


PENDETA BUKAN PROFESI MURAHAN
TUGAS SEMINAR LINTAS DISIPLIN









DIBUAT OLEH:
Nama           : Hermelina R Jamco
Nim             : 09 10 275
Semester      : VIII
Dosen pengampuh : Pdt. R. Helwelderry STh.Msi


SEKOLAH  TINGGI  THELOGIA  GPI  FAK – FAK



Kependetaan sebagai sebuah panggilan
Panggilan sebagai konteks teologis dan kristologis bagi pemahaman kependetaan. Bisa diliput dari wawasan panggilan Paulus?
 


[1] .Naftalino, A , Mahasiswa Teologi mau kemana?, Bekasi: Logos Heaven Light, “2009,hal 18
[2] .Wojowasito,s, Kamus bahasa Indonesia ,Bandung:Penerbit Shinta Darma, 1997
[3] .Ensiklopedi Alkitab jilid II         
[4] .Ensiklopedi Alkitab masa Kini Jilid II

[5] .Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid II
[6] .Rumpuk,N ,Pergeseran Perspektif dlm Membela Khazanah pelayanan,Gereja Protestan Indonesia, thn 2000
[7] . Naftalino,A , Mahasiswa Teologi Mau keMana?  Bekasi:Logos Heaven Light, 2009