KHOTBAH
YANG KOMUNIKATIF
A. PENGERTIAN KHOTBAH YANG KOMUNIKATIF
A.1. Pengertian Khotbah
a.
Arti
Khotbah secara Umum
Kata
Khotbah secara etimologi[1] berasal dari kata sifat Yunani “homiletike”
yang dihubungkan dengan kata “techne”, jadi “techne
homiletike” artinya “ilmu pergaulan” atau “ilmu bercakap-cakap.”
Dalam kata sifat “homiletike” terkandung kata benda “homilia”
yaitu “pergaulan (percakapan) dengan ramah tamah[2].
Kemudian kata Khotbah
seacara khusus adalah pelayanan rohani, Hasan Sutanto membenarkan hal itu
bahwa; “Berkhotbah adalah pelayanan yang bersifat rohani.”[3].
Pemberitaan kabar baiklah yang menjadikan gereja ada; dan hanya pemberitaan itu
pulalah yang dapat menjaga kehidupan di gereja. Hasan Sutanto menekankan bahwa
untuk menyampaikan khotbah yang meyakinkan, berwibawa, jelas dan menarik
diperlukan pengetahuan yang lain, yaitu ilmu komunikasi[4].
Menurut J.I.Packer (dikutip dari buku Apa
itu Khotbah. oleh Lukman Tambunan), menyatakan bahwa: a). Khotbah
adalah sebuah proses komunikasi. Dalam hal ini dikatakan dalam khotbah Tuhan
sebagai pencipta dan juga penebus secara berlanjut berkomunikasi melalui
firmanNya kepada umat manusia, secara khusus kepada kepada umat yang percaya
kepadaNya. Jadi khotbah dapat dilihat sebagai suatu proses komunikasi yang
terdiri dari teks Alkitab (firman Tuhan), sumber berita (source), message dan
receiver. b). Khotbah adalah sebuah komunikasi yang memberitakan suara kenabian
sebagaimana halnya para nabi zaman Alkitab. Mereka berfungsi sebagai juru
bicara dalam menyampaikan pesan dari Tuhan. Khotbah berarti berkata-kata
tentang “apa kata Tuhan” sebagai representasi kehadiran Tuhan di tengah jemaat.
Sehingga memungkinkan kita dengan segala kenyataan pergumulan hidup ini,
dikuatkan kembali melalui kesaksian umat Israel (dahulu) ketika mereka berjumpa
dan berusaha memaknai Tuhan sebagaimana disaksikan dalam Alkitab. c). Khotbah
adalah sebuah komunikasi yang bersifat mengajak. Dan khotbah bukanlah alat
untuk menghakimi, dan bukan pula alat yang digunakan untuk menakut-nakuti umat.
Melainkan sebuah ajakan untuk membangkitkan iman jemaat, sehingga terbantu
untuk mengalami perubahan di dalam hati mereka dan dapat merespons khotbah itu
secara positif di dalam kehidupan sehari-hari mereka. d). Khotbah adalah sebuah
komunikasi yang sangat berwibawa dan berbobot. e). Khotbah adalah sebuah proses
komunikasi inkarnasi, yaitu proses memberitakan kebenaran firman Tuhan melalui
kepribadian pengkhotbah itu sendiri.[5]
Menurut Williams Evans dalam bukunya yang berjudul, Cara
Mempersiapkan Khotbah. Ia menyatakan bahwa khotbah
hanyalah berita perihal kebenaran Allah yang disampaikan oleh seorang manusia
kepada sesamanya. Khotbah itu merupakan kebenaran yang sudah diterima dari
Allah yang harus diberitakan kepada orang lain. Berbuat bersama-sama dengan Allah
oleh karena manusia, dan berbuat bersama-sama dengan manusia oleh karena Allah.
Kebenaran itu tidak boleh hanya terbit dari mulut saja, melalui bibir dan masuk
di otak, akan tetapi harus keluar dari watak dan kepribadian.[6]
b.
Secara Alkitbiah
Menurut
Enest Pettry[7] Kata
Khotbah dalam Alkitab terdapat bebarapa bagian yang mencatat dalam bahasa
Yunani Yaitu:
1.
“kerusso”
berarti “memberitakan sebagai pewarta.” Ini menunjuk kepada pemberitaan secara
umum. Kata ini menunjukkan seorang pewarta yang mengumumkan sesuatu dan
seorang utusan yang mewakili negaranya. Kata ini dipakai kurang lebih 60 kali
dalam Perjanjian Baru (a.l. Mat 3:1; KPR 8:5; Rom 10:8, 14, 15; 2 Tim 4:2).
2.
“euangellio”
berarti “memberitakan kabar baik.” Dari kata ini kita memperoleh kata “menginjil,
pemberita Injil, dan Injil.” Kata ini dipergunakan kurang lebih 70 kali dalam
Perjanjian Baru (a.l. Mat 11:5; Luk 3:18; KPR 5:42).
3.
“laleo”
berarti “berbicara.” Ide ini adalah pendekatan yang lebih pribadi yang tersirat
dalam kata “berbicara / percakapan.” Dipakai lebih dari 250 kali dalam
Perjanjian Baru (a.l. KPR 11:19).
4.
“martureo”
berarti “bersaksi” atau “menjadi saksi.” Kata ini mengandung arti suatu
kesaksian yang didasarkan atas keyakinan sejati dan bukti yang terang. Metode
ini dipakai lebih dari 70 kali dalam Perjanjian Baru (a.l. Yoh 1:7, 8, 15; KPR
1:8, 5:32; 14:3).
5.
“dialegomai”
berarti mengadakan dialog / percakapan. Kata “diale,gomai”—1. discuss,
conduct a discussion (Mk 9:34; Ac 19:8f; 20:7; 24:12),—2. speak,
preach (18:4; Heb 12:5). Kata ini menyarankan pertukaran pendapat,
suatu kesempatan untuk bertanya atau bersaksi terhadap berita yang disampaikan.
Di dalamnya terdapat unsure mengajar dan belajar. Kata ini termasuk dalam pokok
berkhotbah karena berkaitan dengan menghibau orang untuk menerima berita injil
dan diselamatkan. Kata ini hanya terdapat beberapa kali dalam Perjanjian Baru.
6.
“katangello”
berarti “menceritakan secara menyeluruh dan dengan kewibawaan.” Dua kata lain “plero”
dan “peresiazomai” menambahkan kepada pikiran menyeluruh kewibawaan
dengan arti masing-masing, yaitu : “memenuhi”, dan “berbicara dengan terus
terang dan berani.” Ayat-ayat yang mengandung kata ini terdapat dalam KPR
13:38; 15:36; dan 17:3[8].
Dengan uraian diatas maka saya dapat
menyimpulkan bahwa khotbah adalah suatu usaha manusia (Pengkhotbah) untuk
memerkenalkan kebenaran Firman Allah dalam kehidupan umat ssehingga dapat
diterima secara indifidu maupun kelompok masyarakat.
A.2. Definisi
Berkhotbah menurut para ahli:
1.
Philips
Brook mendefinisikan,
“Berkhotbah ialah penyampaian kebenaran oleh manusia kepada manusia.” Di
dalamnya terdapat dua unsur penting: kebenaran, dan kepribadian. Tidak satu pun
daripadanya dapat dikecualikan.
2.
Ernest
Petry mendefinisikan, “Berkotbah adalah pengaliran
kehidupan, penyaringan kebenaran illahi melalui pribadi manusia”.
3.
Ed webber (Wikipedia) mendefinisikan
berkhotbah adalah “Penyampaian Kebenaran Alkitab secara lisan oleh Roh Kudus
melalui seorang manusia kepada hadirin tertentu dengan tujuan agar mereka
memberikan tanggapan positif”
4.
William
Evans mendefinisikan berkhotbah sebagai “memberitakan kabar
kesukaan, dilakukan oleh seorang manusia dan ditujukan kepada sesamanya. [9]
Pengertian-pengertian berkhotbah diatas
memiliki kesamaan dengan arti kata “berkhotbah” dalam bahasa Indonesia. Kamus
Besar bahasa Indonesia mengartikan “berkhotbah” sebagai “berpidato tentang
ajaran agama.” “Pidato” sendiri diartikan sebagai ucapan yang tersusun
baik-baik yang ditujukan kepada seorang atau kepada umum[10].”
A.3.Jenis-jenis Khotbah
Dalam bagian ini akan dibahas tujuh macam khotbah yang
berbeda. Seorang hambah Tuhan harus
terbiasa dengan setiap type ini, yang akan memberikan nilai tambah untuk
pelayanannya dan membuat khotbahnya makin menarik bagi jemaat yang
mendengarkannya minggu demi minggu. Jenis-jenis khotbah tersebut terdiri dari:
1.
Khotbah Textual (Khotbah Nats)
Khotbah ini biasanya berdasarkan atas satu ayat atau
beberapa bagian ayat yang disebut “teks”. Kita akan memilih ayat-ayat mana yang
mempunyai pernyataan yang sama. Kemudian kita menelitinya, menganalisa dan
menemukan semua kebenaran itu dengan teratur dan bertahap sehingga memudahkan
bagi para pendengar untuk memahaminya.
2.
Khotbah Topikal (Khotbah Pokok)
Disini seorang pengkhotbah bertujuan untuk memberikan sebuah
topik yang khusus bagi jemaat. Contoh, kita ambil kata “dibenarkan”. Tujuannya
adalah, pertama untuk menemukan sesuatu yang Firman Tuhan katakan mengenai
persoalan ini.
3.
Khotbah Typical (Khotbah cerita suatu peristiwa)
Metode khotbah ini dimaksudkan untuk menemukan dan
menyampaikan kebenaran Firman Tuhan yang tersembunyi dibalik peristiwa yang
terjadi di Alkitab. Yang kita ceritakan adalah seseorang atau suatu peristiwa
yang lalu disesuaikan maksud dan arti rohaninya dengan kehidupan yang dialami
sekarang ini atau masa yang akan datang.
4.
Khotbah Expository (khotbah tafsiran)
Dengan metode ini, kita berusaha untuk mencari dan meneliti
pengertian dan kebenaran yang terdapat dalam beberapa ayat atau satu pasal.
Khotbah tafsiran terlebih dahulu mengemukakan inti pokoknya, kemudian
menerangkan atau menafsirkan segala kebenaran yang terdapat di dalam ayat-ayat
atau bagian-bagian dari tiap pasal.
5.
Khotbah Biografi
Biografi adalah kesaksian pengalaman hidup seseorang. Jadi
khotbah ini menceritakan dan mempelajari kehidupan dari bermacam-macam karakter
yang kita temukan dalam Alkitab yang dapat memberi pelajaran rohani kepada
jemaat. Kegagalan dan keberhasilan seseorang dapat memberi pedoman bagi kita.
Mempelajari karakter tokoh-tokoh dalam Alkitab seperti ini sangat menarik.
Pilihlah tokoh yang mana yang akan kita khotbahkan.
6.
Khotbah Analytical (Khotbah Analisa)
Type khotbah ini adalah dengan menganalisa secara terperinci
setiap persoalan untuk mengutip kebenaran-kebanaran yang sebanyak-banyaknya.
Dari kebenaran ini, kita dapat mengajarkan prinsip-prinsip yang saling
berkaitan.
7.
Khotbah Allegorical (Khotbah Alegori)
Banyak pengajaran-pengajaran dari Yesus dalam bentuk alegori
atau parabel. Dia mengajarkan suatu kebenaran dengan mengambil kasus atau
peristiwa yang serupa. Demikian juga para penulis Alkitab juga sering
menggunakan contoh-contoh kehidupan untuk mengajarkan kebenaran secara rohani.
Khotbah Alegori ini berusaha menceritakan kebenaran yang terkandung dalam suatu
parabel[11].
Dalam perkembangan ilmu khotbah maka
James Braga juga mengelompokan khotbah dalam beberapa model yaitu:
1.
Khotbah Topik, yang
dimaksudkan dengan jenisini yaitu: suatu hotbah yang bagian-bagian utamanya
diambil dari topiknya atau pokoknya, lepas dari teks.
2.
Khotbah Tekstual, yang
dimaksudkan dengan jenis ini yaitu: suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya
diperoleh darisatu teks terdiri dari suatubagian alkitab yang pendek. Setiap
bagian ini dipakai sebagai suatu garis saran dan teks memberikan tema khotbah
itu.
3.
Khotbah Ekspositori, yang
dimaksudkan dengan model ini yaitu: suatu khotbah dimana suatu bagian Alkitab
yang pendek atau panjang diartikan dalam hubungan suatu tema atau pokok, bagian
terbesar khoitbah diambil dari nas alkitabb tersebut[12].
Beberapa
model Khotbah juga dikemukakan Menurut Thomas Eny Masrsuni dalam bukunya yang
berjudul “Khotbah Itu Indah”
menyatakan Bahwa, selain Bentuk Khotbah Ekspositori, bentuk khotbah yang sering
diterapkann dalam kalangan pengkhptbah adalah bentuk khotbah tekstual dan
topikal, menurutnya, menurutnya karena 2 jenis khotbah itu selalu ditemukan
dalam setiap kegiatan peribadatan dan dalam tahapanyapun sangat sederhana
sehingga mudah untuk dipraktekan.[13]
Dari semua definisi di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Khotbah adalah salah satu bentuk komunikasi satu arah,
meski respon pendengar akan mempengaruhi pengkhotbah Berkhotbah adalah proses
penyampaian stimulus dalam bentuk kata-kata, pesan dan makna suci,
dengan tujuan membentuk dan merubah perilaku pendengar dalam berkhotbah ada
“interaksi dan transaksi” Berkhotbah bukan aktivitas yang sedang mendiskusikan
masalah keagamaan. Berkhotbah adalah satu aktivitas yang dapat terjadi apabila
terdapat empat unsur yang esensi, yaitu:
1.
Penyampai
berita (Sender),
2.
Pesan
yang diberitakan (Message), dan
3.
Pendengar
(Audience)
4.
Di
dalamnya Roh Kudus diijinkan untuk bekerja menyatakan kuasa dari kebenaran
Firman tersebut.
Kebenaran yang disampaikan bukan hanya disaring melalui
kepribadian, tetapi juga melalui suara atau kata, bahkan gerakan dan isyarat.
Khotbah tidak sama dengan pidato atau mengajar. Khotbah harus dibuat
berdasarkan penafsiran yang bermutu. Berkhotbah bukan proses membuat pendengar
menjadi ahli Alkitab, melainkan mengenalkan Allah melalui firman.
A.4. Tujuan Berkhotbah, dan pengertian Pengkhotbah
a. Tujuan Berkhotbah
1.
Melalui pengkhotbah,
Tuhan secara pribadi berbicara lewat pesan FirmanNya, untuk membawa jemaat
pendengarnya semakin dekat dan tergantung padaNya.
2.
Firman itu bermanfaat untuk
mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam
kebenaran (2Tim 3: 16)
3.
Firman itu pertama-tama
diterapkan kepada pribadi dan pengalaman pengkhotbahnya, baru kepada para
pendengarnya
4.
Ceritakan tentang dirimu
berkaitan dengan khotbah (What about you )
5.
Kesaksianmu yang
berhubungan dengan pesan Firman yang dibawakan (Give your witness)[14].
b. Pengertian Pengkhotbah
Pengkhotbah adalah Orang yang rindu untuk bertumbuh dalam
pengenalan Allah melalui Alkitab yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu:
1.
Memiliki beban dan
sukacita dalam panggilan menyampaikan Firman Tuhan
2.
Disiplin dalam membaca,
menyelidiki, merenungkan, dan menerapkan Firman Tuhan.
3.
Rajin berdoa dan peka
terhadap pimpinan Roh Kudus
4.
Duta penyampai pesan dan
maksud Allah
5.
Perlu belajar dan latihan
terus menerus, sebab berkhotbah adalah sebuah anugerah dan seni.
6.
Berkepribadian dewasa dan
stabil
Dengan melihat seluk-beluk khotbah, berkhotbah bahkan hingga
seorang pengkhotbah yang efektif maka, Menurut saya sendiri bahwa khotbah itu
adalah sebuah komunikasi atau percakapan, dan juga sebuah tradisi yang
membicarakan tentang Alkitab (firman Tuhan). Dalam khotbah haruslah berisi
tentang kebenaran dari firman Tuhan, yang dapat mengubah hidup manusia menjadi
lebih baik. Yang dapat semakin meneguhkan kepercayaan manusia kepada kebenaran
firman Tuhan. Khotbah merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain tentang Allah. Dikatakan khotbah jika pesan yang disampaikan
kepada orang lain dapat menyentuh kehidupan orang yang mendengarkan dan dapat
mengubah pikiran pendengar kearah yang positif. Orang yang berdiri di atas
mimbar belum tentu dikatakan sebagai seorang pengkhotbah apabila yang
dibicarakan tentang hal lain seperti politik dan lainnya.
Seseorang dikatakan pengkhotbah hanya apabila membicarakan tentang firman
Tuhan, yang mampu membangun jemaat sebagai satu tubuh yang saling berhubungan
dan merupakan bagian-bagian tubuh dan gereja sebagai satu kesatuan, serta
kepada Allah dan dunia. Sehingga saya menyatakan bahwa yang menjadi tujuan dari
khotbah itu adalah membawa pendengarnya untuk percaya dan taat kepada Allah
karena orang percaya dan taat akan diselamatkan.
B. PENGERTIAN KOMUNIKASI dan KOMUNIKATIF
B.1. Arti Komunikasi
Pengertian
komunikasi secara etimologi diambil
dari bahasa Latin communicatio,
yang bersumber dari istilah ”communis” yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan
antara dua orang atau lebih[15]. Dalam
kehidupan sehari-hari selain menjadi makhluk individu, manusia juga sebagai
makhluk sosial yang sangat membutuhkan interaksi dengan orang lain. Dari
interaksi itulah terjadi komunikasi untuk menyampaikan pesan, saling bertukar
informasi dengan orang lain untuk tujuan tertentu[16].
B.2. Komunikasi Menurut Para Ahli
Menurut
Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat 126 buah
definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam buku
Sasa Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah definisi
yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertiankomunikasi.
Definisi-definisi tersebut adalahs sebagai berikut:
1)
Komunikasi adalah suatu
proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya
dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya (khalayak)[17].
2)
Hovland, Janis &
Kelley:1953 Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar- gambar, angka-angka dan lain-lain.
3)
Berelson dan Stainer,
1964 Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil
apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
4)
Lasswell, 1960 Komunikasi
adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau
lebih.
5)
Gode, 1959 Komunikasi
timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian,
bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
6)
Barnlund, 1964 Komunikasi
adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam
kehidupan.
7)
Ruesch, 1957 Komunikasi
adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi
pikiran orang lainnya. Weaver, 1949[18].
Dari beberapa definisi tersebut saling melengkapi. Definisi
pertama menjelaskan penyampaian stimulus hanya dalam bentuk kata-kata dan pada
definisi kedua penyampaian stimulus bisa berupa simbol-simbol tidak hanya
kata-kata tetapi juga gambar, angka dan lain-lain sehingga yang disampaikan
bisa lebih mewakili yaitu termasuk gagasan, emosi atau keahlian. Definisi
pertama dan kedua tidak bicara soal media atau salurannya, definisi ke tiga
dari Lasswell melengkapinya dengan komponen proses komunikasi secara lebih
lengkap. Pengertian ke-empat dan seterusnya memahami komunikasi dari konteks
yang berbeda menghasilkan pengertian komunikasi yang menyeluruh mewakili fungsi
dan karakteristik komunikasi dalam kehidupan manusia.
Ke-tujuh definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa
komunikasi mempunyai pengertian yang luas dan beragam. Masing-masing definisi
mempunyai penekanannya dan konteks yang berbeda satu sama lainnya. Definisi
komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan
dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara
dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa
pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
B.3. Unsur Komunikasi
a.
Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi memiliki 3 (tiga)
komponen penting yaitu :
Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata
atau berwujud. Maksudnya adalah komunikasi bersifat nyata dan real,[19]
sehingga dikatakan mempunyai tampilan fisik, baik berupa suara maupun
gerakan-gerakan sebagai tanda. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata
hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang,
serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Ketiga komponen komuniasi tersebut saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya, masing-masing mempengaruhi dan
dipengaruhi.
b.
Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi
kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis)
sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam
gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan
tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai
tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding
(decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas
menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, kita melakukan dekoding.
c.
Sumber Penerima
Sumber penerima sebagai satu kesatuan
yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi adalah sumber (komunikator) sekaligus penerima (komunikan).
d.
Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan kita untuk
berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989)[20].
Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan
(konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi
(misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada
pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi
pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku
nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan
fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi. Proses ini serupa
dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata kita ketahui
(artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata kita), makin banyak cara
yang kita miliki untuk mengungkapkan diri.
e.
Umpan Balik/ Feed Back
Umpan balik adalah
informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari kita
sendiri atau dari orang lain. Selain umpan balik sendiri ini, kita juga menerima
umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai
bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di
bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
f.
Gangguan
Gangguan (noise) adalah
gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima
dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada
dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda
dengan pesan yang diterima.
g.
Saluran
Saluran komunikasi adalah
media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya
satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda
secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan
mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan
menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan
mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini
pun komunikasi (saluran taktil)
Setelah mempelajari ruang lingkup komunikasi maka, timbul
pertanyaan apakah komunikasi itu memiliki perbedaan dan kesamaan dengan kata
komunikatif?
Jelaslah
bahwa setiap kata yang berbeda pastilah memiliki maksud yang berbeda pula, jika
komunikasi merupakan suatu upaya untuk membangun atau proses untuk saling
berhubungan baik secara langsung maupun tak langsung maka, kata komunikatif
yaitu: suatu wujud nyata dari proses komunikasi itu artinya: (1) keadaan saling dapat berhubungan (mudah dihubungi); (2)
mudah dipahami (dimengerti): sehingga pesan yg disampaikannya dapat diterima
dng baik.[21].
Komunikasi dan komunikatif merupakan dua mata uang dalam satu uang logam,
artinya jika komunikasi dilakukan maka haruslah komunikasi itu bersifat
komunikatif, maksudnya adalah setiap orang dapat melakukan komunikasi namum
perlu mempertimbangkan setiap nilai dari komunikasi itu sendiri apakah memiliki
nilai komunikatif atau sebaliknya.
Selanjutnya dalam teori ini dijelaskan oleh Habermas
menyangkut komunikasi antara masyarkat dan pemerintah yaitu: Didalam komunikasi
tersebut komunikan (masyarakat) harus membuat lawan bicaranya memahami
maksudnya dengan berusaha mencapai klaim-klaim kesahan (validity claims).
Klaim inilah yang dipandang rasional dan akan diterima tanpa paksaan sebagai
hasil konsensus. Habermas membagi klaim
menjadi empat macam sebagai berikut:
1.
Klaim kebenaran (truth):
ketika kita bisa sepakat tentang dunia alamiah dan subjektif.
2.
Klaim ketepatan (rightness):
ketika kita sepakat tentang pelaksanaan norma-norma dalam dunia social.
3.
Klaim autentisitas atau
kejujuran (sincerety): ketika sepakat tentang kesesuaian antara dunia
batiniah dan ekspresi seseorang.
4.
Klaim komperehensibilitas
(comprehensibility): ketika kita dapat menjelaskan macam-macam klaim itu
(3 klaim sebelumnya) dan mencapai kesepakatan atasnya[22].
Setiap komunikasi yang efektif harus mencapai klaim keempat,
dan orang-orang yang mampu berkomunikasi, dalam arti menghasilkan klaim-klaim
itu, disebut Habermas sebagai orang yang memiliki kompetensi komunikatif.
Menurut Habermas, argumentasi dapat dibedakan dalam dua macam: pertama,
argumentasi yang disebut sebagai diskursus (discours), dan yang kedua,
argumentasi yang disebut sebagai kritik. Diskursus secara sederhana dapat
diartikan sebagai perbincangan atau pewacanaan terhadap problem tertentu secara
rasional dan reflektif. Diskursus dilakukan guna memenuhi kemungkinan
terjadinya konsensus (kesepahaman). Diskursus untuk mencapai konsensus atas
klaim kebenaran disebut diskursus teoritis, sedangkan untuk mencapai konsensus
atas klaim ketepatan disebut diskursus praktis. Sementara diskursus untuk
mencapai konsensus atas klaim komprehensibilitas disebut diskursus eksplanatif[23].
B.4. Pengertian Komunikatif Secara Perkataan Dan Tindakan
a. Bahasa Komunikatif
Bahasa komunikatif selalu
melekat pada berbagai hubungan dengan dunia. Tindakan komunikatif bersandar
pada proses kooperatif interpretasi tempat partisipan berhubungan bersamaan
dengan sesuatu di dunia objektif, sosial, dan subjektif. Pembicara dan
pendengar menggunakan sistem acuan ketiga dunia tersebut sebagai kerangka kerja
interpretatif tempat mereka memahami definisi situasi bersama. Mereka tidak
secara langsung mengaitkan diri dengan sesuatu di dunia namun merelatifkan
ucapan mereka berdasarkan kesempatan aktor lain untuk menguji validitas ucapan
tersebut. Kesepahaman terjadi ketika ada pengakuan intersubjektif atas klaim
validitas[24]
yang dikemukan pembicara. Konsensus[25] tidak
akan tercipta manakala pendengar menerima kebenaran pernyataan namun pada saat
yang sama juga meragukan kejujuran pembicara atau kesesuaian ucapannya dengan
norma. Proses yang terjadi dalam
ucapan komunikasi adalah konfirmasi (pembuktian), pengubahan, penundaan
sebagian, atau dipertanyakan secara keseluruhan. Proses defenisi dan redefinisi
ini yang terus berlangsung ini meliputi korelasi isi dengan dunia (ditafsirkan
secara konsensual dari dunia objektif, sebagai elemen privat dunia subjektif yang
hanya bisa diakses oleh orang yang bersangkutan. Jadi komunikasi terbentuk
dalam situasi intersubjektif, dimana “situasi” tidak didefinisikan secara kaku,
tapi diselami konteks-konteks relevansinya[26],
b. Tindakan Komunikatif
Tindakan komunikatif
memiliki 2 aspek, aspek teleologis yang terdapat pada perealisasian tujuan
seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya) dan aspek
komunikatif yang terdapat dalam interpretasi atas situasidan tercapainya
kesepakatan. Dalam tindakan komunikatif, partisipan menjalankan rencananya
secara kooperatif berdasarkan definisi situasi bersama. Jika definisi situasi
bersama tersebut harus dinegosiasikan terlebih dahulu atau jika upaya untuk
sampai pada kesepakatan dalam kerangka kerja definisi situasi bersama gagal,
maka pencapaian konsensus dapat menjadi tujuan tersendiri., karena konsensus
adalah syarat bagi tercapainya tujuan. Namun keberhasilan yang dicapai oleh
tindakan teleologis dan konsensus yang lahir dari tercapainya pemahaman
merupakan kriteria bagi apakah situasi tersebut telah dijalani dan
ditanggulangi dengan baik atau belum. Oleh karen itu, syarat utama agar
tindakan komunikatif bisa terbentuk adalah partisipan menjalankan rencana
mereka secara kooperatif dalam situasi tindakan yang didefiniskan bersama.
Sehingga mereka bisa menghindarkan diri dari dua resiko, resiko tidak
tercapainya pemahaman (ketidaksepakatan atau ketidaksetujuan) dan resiko
pelaksanaan rencana tindakan secara salah (resiko kegagalan).
C. KHOTBAH YANG KOMUNIKATIF
Dengan kerangka teori
yang sudah dibahas sebelumnya menyangkut hakekat sebuah khotbah, pengkhotbah,
komunikasi dan komunikatif, maka ada titik terang yang ditemukan dalam teori
khotbah yang komunikatif yaitu bukan hanya menyangkut firman yang di taburkan oleh pengkhotbah
semata namun perlu di perhatikan setiap unsur komunikasi yang dapat mendukung serta menghubungkan maksud dari perkataan
Alkitab sehingga isi dari keseluruhan pembacaan yang terdapat dalam Alkitab
mudah di terima dalam bahasanya, situasinya selebihnya peranan Roh Kudus akan
terlibat itupun tergantung dari kepribadian seorang pengkhotbah serta komitmen
jemaat atau Pendengar.
Dengan demikian khotbah
yang komunikatif dapat terbagi dalam 2 bagian yaitu: (a) khotbah yang
komunikatif dalam penyampaian dan (b) khotbah yang komunikatif dalam tindakan
(praktek).
4.
Khotbah yang Komunikatif dalam Penyampaian
Memang benar bahwa
pelayan firman tidak dapat berhasil tanpa bantuan Roh Kudus. Tetapi juga tidak
benar jika Roh Kudus langsung memberikan apa yang harus dikhotbahkan serta cara
untuk berkhotbah kepada pelayan Firman, tanpa upaya untuk mencari tahu makna
dari firman yang akan disampaikan sehingga dalam penyampainnya bisa sinkron
dengan kebutuhan umat.
Untuk itu ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan khotbah yang komunikatif yaitu:
a.
Pengantar (Kesan awal), maksudnya adalah: ketika kesan awal
dalam berkhotbah kurang mendapat perhatian dari jemaat karena tidak menarik,
maka akan mempengaruhi setiap isi dari khotbah tersebut sehingga tidak
terciptanya khotbah yang komunikatif karena kesan awal merupakan kunci untuk
membuka, mempersatukan setiap pemahaman dan ketertarikan dari jemaat
(komunikan) sehingga menjadi seragam. Misalnya: Menyapa mereka dan menanykan
kabar serta mengemukakan sebuah informasi atau ilustrasi yang sesuai dengan isi
Khotbah.
b.
Kualitas dari isi khotbah, yang dimaksud dengan kualitas
khotbah adalah, daya tahan dari isi khotbah itu dan meliputi suara, posisi
tubuh dari pengkhotbah. Selebihnya apakah khotbah tersebut mampu dipertahankan
selama pelayan Firman maupun setelah jemaat pulang, dan juga maknanya tidak
terlepas dari kesan awal dan saling menghubungkan dari tahapan awal tadi. Kemudian
isi dari khotbah tersebut sistematis artinya tersusun dengan baik yang pasti
isi dari khotbah tentu tidak keluar dari kebenaran firman Tuhan.
c.
Waktu dan situasi ketika berkhotbah, maksudnya adalah dalam
berkhotbah harus disesuaikan dengan waktu, dalam hal ini tiap jam dan kondisi
jemaat pada tiap jam-jam tersebut, baik waktu pagi, siang, dan malam. Karena
setiap kondisi setiap jemaat pada jam-jam tersebut tidaklah sama setiap
waktunya. Ketika ada gangguan-gangguan selama berkhotbah maka pengkhotbah mampu
untuk mengendalikan suasana.
5.
Khotbah Yang Komunikatif dalam Perilaku (tindakan)
Pada bagian ini sudah
meliputi pengkhotbah dan jemaat secara keseluruhan, karena untuk sampai pada
bagian ini tentulah sangat sulit untuk diwujudkan tanpa ada komitmen yang
bulat, seperti istilah NATO (No Action Talk Only) artinya tidak ada faedahnya
jika hanya berbicara namun tidak ada tindakan yang nyata.
Dengan demikian khotbah yang
komunikatif dalam perilaku terbagi dalam beberapa bagian yaitu:
a.
Perencanaan bersama, yang dimaksud dengan hal ini yaitu:
ketika makna dari khotbah sudah diterima dan dimengerti oleh jemaat (Komunikan)
maka perlu adanya sebuah rencana yang dibangun bersama oleh setiap jemaat yang
memiliki perbedaan latar belakang, baik dari segi ekonomi maupun pendidikan,
suku dll. Sehingga wujud dari khotbah itu menjadi nampak dalam kehidupan
berjemaat maupun keluarga dan masyarakat secara umum yang mengalami perbedaan
tersebut tanpa mengabaikan norma-norma yang berlaku dalam ajaran agama maupun
masyarakat. Intinya yaitu kondisi jemaat harus mengalami perubahan menuju lebih
baik. Karena khotbah yang komunikatif dalam tindkan sudah tepat pada sasaran
yang dituju dan rencana tersebut sifatnya berkelanjutan. Sebagai seorang
pengkhotbahpun dituntut untuk mewujudkan perencaan ini.
b.
Penyembuhan (Healing), yang dimaksud dengan penyembuhan atau
Healing addalah, suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pengkhotbah untuk
mendeteksi setiap permasalahan yang ada dalam jemaat kemudian di defenisikan
dalam berkhotbah serta menjawab setiap permaslahan tadi, yang sangan ditentukan
oleh bagian ini adalah peranan Roh Kudus untuk menyembuhkan setiap luka dan
derita karena masalah yang ada dalam keluarga secara berjemaat.
c.
Konfirmasi, yang dimaksud dengan Konfirmasi adalah wujud
nyata dari isi khotbah tersebut sudah dibuktikan lewat pertumbuhan jemaat dalam
kehidupan sehari-hari, tindakan ini dapat dilakukan oleh jemaat maupun
pengkhotbah dengan cara saling bertukar pikiran (sharing) ketika bertemu dalam
ibadah-ibadah keluarga maupun kunjungan yang dilakukan oleh pengkhotbah.
Untuk mengembangkan
sebuah Khotbah yang Komunikatif dalam perkembangan gereja saat ini tidaklah
mudah seperti membalik telapak tangan, karaena perkembangan pengetahuan dan
teknologi juga ikut bertumbuh untuk saling mempengaruhi, namun jika seorang
pengkhotbah benar-benar ingin mewujudkan khotbah yang komunikatif dalam jemaat
maka haruslah melengkapi dirinya sendiri dengan Roh Kudus untuk dapat
mewujudnyatakan maksud Allah didalam Jemaat dan mengatasi setiap permasalahan
yang ada, bukan mementingkan dirinya sendiri untuk berwibawah dan menuntut
dihormati dimata jemaat..
[1] Etimologi merupakan cabang ilmu bahasa, yang menyelidiki
asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Balai Pustaka, 2012. 309)
[2] H. Rothlingsberger. Homiletika, Ilmu Berkhotbah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009) hl.6
[3] Hasan Sutanto, Homiletik,
Prinsip dan Metode Berkhotbah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004),
[4]
Ibid 12.
[5] Lukman Tambunan, Apa itu Khotbah, hlm.
3-8
[6] . Williams Evans, Cara Mempersiapkan Khotbah,
BPK-Gunung Mulia, Jakarta 200823: hlm. 10-11
[10] KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Elektronik)
[12] J. Braga. Cara Mempersiapkan Khotbah. Gandum
Mas, Malang 1996.hl 15-45
[14] Pdt. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min – Wasekum
Badan Pengurus Sinode GKSI dan Dosen STT Injili Arastamar.
[15] Dedy Mulyana. Ilmu
Komunikasi. Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung 2007.hl 45
[17] http://forum.doom9.org/showthread.php?t=96516
[19] Oleh: Drs.Tomy. Suprapto. MS.
Yogyakarta. Media Pressindo. 2006.hl 23
[21] Ibid 65
[23] http://fahmyzone.blogspot.com/2013/04/teori-tindakan-komunikatif-jurgen.html#sthash.CzNJmdhC.dpuf
[24] Validitas adalah Keaslian dapat
di buktikan dan sesuai dengan data penelitian
[25] Konsnsus adalah Kesamaan
Pendapat, Musyawarah untuk mufakat.
[26] Ibid 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar