Selasa, 08 September 2015

Homiletika



KHOTBAH YANG KOMUNIKATIF

A.    PENGERTIAN KHOTBAH YANG KOMUNIKATIF
A.1. Pengertian Khotbah
a.       Arti Khotbah secara Umum
Kata Khotbah secara etimologi[1] berasal dari kata sifat Yunani “homiletike” yang dihubungkan dengan kata “techne”, jadi “techne homiletike” artinya “ilmu pergaulan”  atau “ilmu bercakap-cakap.” Dalam kata sifat “homiletike” terkandung kata benda “homilia” yaitu “pergaulan (percakapan) dengan ramah tamah[2]. Kemudian kata Khotbah seacara khusus adalah pelayanan rohani, Hasan Sutanto membenarkan hal itu bahwa; “Berkhotbah adalah pelayanan yang bersifat rohani.”[3]. Pemberitaan kabar baiklah yang menjadikan gereja ada; dan hanya pemberitaan itu pulalah yang dapat menjaga kehidupan di gereja. Hasan Sutanto menekankan bahwa untuk menyampaikan khotbah yang meyakinkan, berwibawa, jelas dan menarik diperlukan pengetahuan yang lain, yaitu ilmu komunikasi[4].
Menurut J.I.Packer (dikutip dari buku Apa itu Khotbah. oleh Lukman Tambunan), menyatakan bahwa: a). Khotbah adalah sebuah proses komunikasi. Dalam hal ini dikatakan dalam khotbah Tuhan sebagai pencipta dan juga penebus secara berlanjut berkomunikasi melalui firmanNya kepada umat manusia, secara khusus kepada kepada umat yang percaya kepadaNya. Jadi khotbah dapat dilihat sebagai suatu proses komunikasi yang terdiri dari teks Alkitab (firman Tuhan), sumber berita (source), message dan receiver. b). Khotbah adalah sebuah komunikasi yang memberitakan suara kenabian sebagaimana halnya para nabi zaman Alkitab. Mereka berfungsi sebagai juru bicara dalam menyampaikan pesan dari Tuhan. Khotbah berarti berkata-kata tentang “apa kata Tuhan” sebagai representasi kehadiran Tuhan di tengah jemaat. Sehingga memungkinkan kita dengan segala kenyataan pergumulan hidup ini, dikuatkan kembali melalui kesaksian umat Israel (dahulu) ketika mereka berjumpa dan berusaha memaknai Tuhan sebagaimana disaksikan dalam Alkitab. c). Khotbah adalah sebuah komunikasi yang bersifat mengajak. Dan khotbah bukanlah alat untuk menghakimi, dan bukan pula alat yang digunakan untuk menakut-nakuti umat. Melainkan sebuah ajakan untuk membangkitkan iman jemaat, sehingga terbantu untuk mengalami perubahan di dalam hati mereka dan dapat merespons khotbah itu secara positif di dalam kehidupan sehari-hari mereka. d). Khotbah adalah sebuah komunikasi yang sangat berwibawa dan berbobot. e). Khotbah adalah sebuah proses komunikasi inkarnasi, yaitu proses memberitakan kebenaran firman Tuhan melalui kepribadian pengkhotbah itu sendiri.[5]
            Menurut Williams Evans dalam bukunya yang berjudul, Cara Mempersiapkan Khotbah. Ia menyatakan bahwa khotbah hanyalah berita perihal kebenaran Allah yang disampaikan oleh seorang manusia kepada sesamanya. Khotbah itu merupakan kebenaran yang sudah diterima dari Allah yang harus diberitakan kepada orang lain. Berbuat bersama-sama dengan Allah oleh karena manusia, dan berbuat bersama-sama dengan manusia oleh karena Allah. Kebenaran itu tidak boleh hanya terbit dari mulut saja, melalui bibir dan masuk di otak, akan tetapi harus keluar dari watak dan kepribadian.[6]
b.      Secara Alkitbiah
Menurut Enest Pettry[7] Kata Khotbah dalam Alkitab terdapat bebarapa bagian yang mencatat dalam bahasa Yunani Yaitu:
1.      kerusso” berarti “memberitakan sebagai pewarta.” Ini menunjuk kepada pemberitaan secara umum.  Kata ini menunjukkan seorang pewarta yang mengumumkan sesuatu dan seorang utusan yang mewakili negaranya. Kata ini dipakai kurang lebih 60 kali dalam Perjanjian Baru (a.l. Mat 3:1; KPR 8:5; Rom 10:8, 14, 15; 2 Tim 4:2).
2.      euangellio” berarti “memberitakan kabar baik.” Dari kata ini kita memperoleh kata “menginjil, pemberita Injil, dan Injil.” Kata ini dipergunakan kurang lebih 70 kali dalam Perjanjian Baru (a.l. Mat 11:5; Luk 3:18; KPR 5:42).
3.      laleo” berarti “berbicara.” Ide ini adalah pendekatan yang lebih pribadi yang tersirat dalam kata “berbicara / percakapan.” Dipakai lebih dari 250 kali dalam Perjanjian Baru (a.l. KPR 11:19).
4.      martureo” berarti “bersaksi” atau “menjadi saksi.” Kata ini mengandung arti suatu kesaksian yang didasarkan atas keyakinan sejati dan bukti yang terang. Metode ini dipakai lebih dari 70 kali dalam Perjanjian Baru (a.l. Yoh 1:7, 8, 15; KPR 1:8, 5:32; 14:3).
5.      dialegomai” berarti mengadakan dialog / percakapan. Kata “diale,gomai1. discuss, conduct a discussion (Mk 9:34; Ac 19:8f; 20:7; 24:12),—2. speak, preach (18:4; Heb 12:5). Kata ini menyarankan pertukaran pendapat, suatu kesempatan untuk bertanya atau bersaksi terhadap berita yang disampaikan. Di dalamnya terdapat unsure mengajar dan belajar. Kata ini termasuk dalam pokok berkhotbah karena berkaitan dengan menghibau orang untuk menerima berita injil dan diselamatkan. Kata ini hanya terdapat beberapa kali dalam Perjanjian Baru.
6.      katangello” berarti “menceritakan secara menyeluruh dan dengan kewibawaan.” Dua kata lain “plero” dan “peresiazomai” menambahkan kepada pikiran menyeluruh kewibawaan dengan arti masing-masing, yaitu : “memenuhi”, dan “berbicara dengan terus terang dan berani.” Ayat-ayat yang mengandung kata ini terdapat dalam KPR 13:38; 15:36; dan 17:3[8].

Dengan uraian diatas maka saya dapat menyimpulkan bahwa khotbah adalah suatu usaha manusia (Pengkhotbah) untuk memerkenalkan kebenaran Firman Allah dalam kehidupan umat ssehingga dapat diterima secara indifidu maupun kelompok masyarakat.




A.2. Definisi Berkhotbah menurut para ahli:
1.      Philips Brook mendefinisikan, “Berkhotbah ialah penyampaian kebenaran oleh manusia kepada manusia.” Di dalamnya terdapat dua unsur penting: kebenaran, dan kepribadian. Tidak satu pun daripadanya dapat dikecualikan.
2.      Ernest Petry mendefinisikan, “Berkotbah adalah pengaliran kehidupan, penyaringan kebenaran illahi melalui pribadi manusia”.
3.      Ed webber (Wikipedia) mendefinisikan berkhotbah adalah “Penyampaian Kebenaran Alkitab secara lisan oleh Roh Kudus melalui seorang manusia kepada hadirin tertentu dengan tujuan agar mereka memberikan tanggapan positif”
4.      William Evans mendefinisikan berkhotbah sebagai “memberitakan kabar kesukaan, dilakukan oleh seorang manusia dan ditujukan kepada sesamanya. [9]
Pengertian-pengertian berkhotbah diatas memiliki kesamaan dengan arti kata “berkhotbah” dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar bahasa Indonesia mengartikan “berkhotbah” sebagai “berpidato tentang ajaran agama.” “Pidato” sendiri diartikan sebagai ucapan yang tersusun baik-baik yang ditujukan kepada seorang  atau kepada umum[10].”

A.3.Jenis-jenis Khotbah
Dalam bagian ini akan dibahas tujuh macam khotbah yang berbeda.  Seorang hambah Tuhan harus terbiasa dengan setiap type ini, yang akan memberikan nilai tambah untuk pelayanannya dan membuat khotbahnya makin menarik bagi jemaat yang mendengarkannya minggu demi minggu. Jenis-jenis khotbah tersebut terdiri dari:

1.      Khotbah Textual (Khotbah Nats)
Khotbah ini biasanya berdasarkan atas satu ayat atau beberapa bagian ayat yang disebut “teks”. Kita akan memilih ayat-ayat mana yang mempunyai pernyataan yang sama. Kemudian kita menelitinya, menganalisa dan menemukan semua kebenaran itu dengan teratur dan bertahap sehingga memudahkan bagi para pendengar untuk memahaminya.

2.      Khotbah Topikal (Khotbah Pokok)
Disini seorang pengkhotbah bertujuan untuk memberikan sebuah topik yang khusus bagi jemaat. Contoh, kita ambil kata “dibenarkan”. Tujuannya adalah, pertama untuk menemukan sesuatu yang Firman Tuhan katakan mengenai persoalan ini.

3.      Khotbah Typical (Khotbah cerita suatu peristiwa)
Metode khotbah ini dimaksudkan untuk menemukan dan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan yang tersembunyi dibalik peristiwa yang terjadi di Alkitab. Yang kita ceritakan adalah seseorang atau suatu peristiwa yang lalu disesuaikan maksud dan arti rohaninya dengan kehidupan yang dialami sekarang ini atau masa yang akan datang.

4.      Khotbah Expository (khotbah tafsiran)
Dengan metode ini, kita berusaha untuk mencari dan meneliti pengertian dan kebenaran yang terdapat dalam beberapa ayat atau satu pasal. Khotbah tafsiran terlebih dahulu mengemukakan inti pokoknya, kemudian menerangkan atau menafsirkan segala kebenaran yang terdapat di dalam ayat-ayat atau bagian-bagian dari tiap pasal.

5.      Khotbah Biografi
Biografi adalah kesaksian pengalaman hidup seseorang. Jadi khotbah ini menceritakan dan mempelajari kehidupan dari bermacam-macam karakter yang kita temukan dalam Alkitab yang dapat memberi pelajaran rohani kepada jemaat. Kegagalan dan keberhasilan seseorang dapat memberi pedoman bagi kita. Mempelajari karakter tokoh-tokoh dalam Alkitab seperti ini sangat menarik. Pilihlah tokoh yang mana yang akan kita khotbahkan.

6.      Khotbah Analytical (Khotbah Analisa)
Type khotbah ini adalah dengan menganalisa secara terperinci setiap persoalan untuk mengutip kebenaran-kebanaran yang sebanyak-banyaknya. Dari kebenaran ini, kita dapat mengajarkan prinsip-prinsip yang saling berkaitan.



7.      Khotbah Allegorical (Khotbah Alegori)
Banyak pengajaran-pengajaran dari Yesus dalam bentuk alegori atau parabel. Dia mengajarkan suatu kebenaran dengan mengambil kasus atau peristiwa yang serupa. Demikian juga para penulis Alkitab juga sering menggunakan contoh-contoh kehidupan untuk mengajarkan kebenaran secara rohani. Khotbah Alegori ini berusaha menceritakan kebenaran yang terkandung dalam suatu parabel[11].
Dalam perkembangan ilmu khotbah maka James Braga juga mengelompokan khotbah dalam beberapa model yaitu:
1.      Khotbah Topik, yang dimaksudkan dengan jenisini yaitu: suatu hotbah yang bagian-bagian utamanya diambil dari topiknya atau pokoknya, lepas dari teks.
2.      Khotbah Tekstual, yang dimaksudkan dengan jenis ini yaitu: suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya diperoleh darisatu teks terdiri dari suatubagian alkitab yang pendek. Setiap bagian ini dipakai sebagai suatu garis saran dan teks memberikan tema khotbah itu.
3.      Khotbah Ekspositori, yang dimaksudkan dengan model ini yaitu: suatu khotbah dimana suatu bagian Alkitab yang pendek atau panjang diartikan dalam hubungan suatu tema atau pokok, bagian terbesar khoitbah diambil dari nas alkitabb tersebut[12].
Beberapa model Khotbah juga dikemukakan Menurut Thomas Eny Masrsuni dalam bukunya yang berjudul “Khotbah Itu Indah” menyatakan Bahwa, selain Bentuk Khotbah Ekspositori, bentuk khotbah yang sering diterapkann dalam kalangan pengkhptbah adalah bentuk khotbah tekstual dan topikal, menurutnya, menurutnya karena 2 jenis khotbah itu selalu ditemukan dalam setiap kegiatan peribadatan dan dalam tahapanyapun sangat sederhana sehingga mudah untuk dipraktekan.[13]

Dari semua definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Khotbah adalah salah satu bentuk komunikasi satu arah, meski respon pendengar akan mempengaruhi pengkhotbah Berkhotbah adalah proses penyampaian stimulus dalam bentuk kata-kata, pesan dan makna suci, dengan tujuan membentuk dan merubah perilaku pendengar dalam berkhotbah ada “interaksi dan transaksi” Berkhotbah bukan aktivitas yang sedang mendiskusikan masalah keagamaan. Berkhotbah adalah satu aktivitas yang dapat terjadi apabila terdapat empat unsur yang esensi, yaitu:
1.      Penyampai berita (Sender),
2.      Pesan yang diberitakan (Message), dan
3.      Pendengar (Audience)
4.      Di dalamnya Roh Kudus diijinkan untuk bekerja menyatakan kuasa dari kebenaran Firman tersebut.
Kebenaran yang disampaikan bukan hanya disaring melalui kepribadian, tetapi juga melalui suara atau kata, bahkan gerakan dan isyarat. Khotbah tidak sama dengan pidato atau mengajar. Khotbah harus dibuat berdasarkan penafsiran yang bermutu. Berkhotbah bukan proses membuat pendengar menjadi ahli Alkitab, melainkan mengenalkan Allah melalui firman.

A.4. Tujuan Berkhotbah, dan pengertian Pengkhotbah
a. Tujuan Berkhotbah
1.      Melalui pengkhotbah, Tuhan secara pribadi berbicara lewat pesan FirmanNya, untuk membawa jemaat pendengarnya semakin dekat dan tergantung padaNya.
2.      Firman itu bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim 3: 16)
3.      Firman itu pertama-tama diterapkan kepada pribadi dan pengalaman pengkhotbahnya, baru kepada para pendengarnya
4.      Ceritakan tentang dirimu berkaitan dengan khotbah (What about you )
5.      Kesaksianmu yang berhubungan dengan pesan Firman yang dibawakan (Give your witness)[14].
b. Pengertian Pengkhotbah
Pengkhotbah adalah Orang yang rindu untuk bertumbuh dalam pengenalan Allah melalui Alkitab yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu:
1.      Memiliki beban dan sukacita dalam panggilan menyampaikan Firman Tuhan
2.      Disiplin dalam membaca, menyelidiki, merenungkan, dan menerapkan Firman Tuhan.
3.      Rajin berdoa dan peka terhadap pimpinan Roh Kudus
4.      Duta penyampai pesan dan maksud Allah
5.      Perlu belajar dan latihan terus menerus, sebab berkhotbah adalah sebuah anugerah dan seni.
6.      Berkepribadian dewasa dan stabil
Dengan melihat seluk-beluk khotbah, berkhotbah bahkan hingga seorang pengkhotbah yang efektif maka, Menurut saya sendiri bahwa khotbah itu adalah sebuah komunikasi atau percakapan, dan juga sebuah tradisi yang membicarakan tentang Alkitab (firman Tuhan). Dalam khotbah haruslah berisi tentang kebenaran dari firman Tuhan, yang dapat mengubah hidup manusia menjadi lebih baik. Yang dapat semakin meneguhkan kepercayaan manusia kepada kebenaran firman Tuhan. Khotbah merupakan sebuah pesan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain tentang Allah. Dikatakan khotbah jika pesan yang disampaikan kepada orang lain dapat menyentuh kehidupan orang yang mendengarkan dan dapat mengubah pikiran pendengar kearah yang positif. Orang yang berdiri di atas mimbar belum tentu dikatakan sebagai seorang pengkhotbah apabila yang dibicarakan tentang hal lain seperti politik dan lainnya.
Seseorang dikatakan pengkhotbah hanya apabila membicarakan tentang firman Tuhan, yang mampu membangun jemaat sebagai satu tubuh yang saling berhubungan dan merupakan bagian-bagian tubuh dan gereja sebagai satu kesatuan, serta kepada Allah dan dunia. Sehingga saya menyatakan bahwa yang menjadi tujuan dari khotbah itu adalah membawa pendengarnya untuk percaya dan taat kepada Allah karena orang percaya dan taat akan diselamatkan.

B.     PENGERTIAN KOMUNIKASI dan KOMUNIKATIF
B.1. Arti Komunikasi
Pengertian komunikasi secara etimologi diambil dari bahasa Latin communicatio, yang bersumber dari istilah ”communis” yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih[15]. Dalam kehidupan sehari-hari selain menjadi makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan interaksi dengan orang lain. Dari interaksi itulah terjadi komunikasi untuk menyampaikan pesan, saling bertukar informasi dengan orang lain untuk tujuan tertentu[16].

B.2. Komunikasi Menurut Para Ahli
Menurut Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat 126 buah definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertiankomunikasi. Definisi-definisi tersebut adalahs sebagai berikut:
1)      Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)[17].
2)      Hovland, Janis & Kelley:1953 Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar- gambar, angka-angka dan lain-lain. 
3)      Berelson dan Stainer, 1964 Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
4)      Lasswell, 1960 Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. 
5)      Gode, 1959 Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. 
6)      Barnlund, 1964 Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. 
7)      Ruesch, 1957 Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Weaver, 1949[18].
Dari beberapa definisi tersebut saling melengkapi. Definisi pertama menjelaskan penyampaian stimulus hanya dalam bentuk kata-kata dan pada definisi kedua penyampaian stimulus bisa berupa simbol-simbol tidak hanya kata-kata tetapi juga gambar, angka dan lain-lain sehingga yang disampaikan bisa lebih mewakili yaitu termasuk gagasan, emosi atau keahlian. Definisi pertama dan kedua tidak bicara soal media atau salurannya, definisi ke tiga dari Lasswell melengkapinya dengan komponen proses komunikasi secara lebih lengkap. Pengertian ke-empat dan seterusnya memahami komunikasi dari konteks yang berbeda menghasilkan pengertian komunikasi yang menyeluruh mewakili fungsi dan karakteristik komunikasi dalam kehidupan manusia.
Ke-tujuh definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai pengertian yang luas dan beragam. Masing-masing definisi mempunyai penekanannya dan konteks yang berbeda satu sama lainnya. Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.

B.3. Unsur Komunikasi
a.       Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi  memiliki 3 (tiga) komponen penting yaitu :
Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud. Maksudnya adalah komunikasi bersifat nyata dan real,[19] sehingga dikatakan mempunyai tampilan fisik, baik berupa suara maupun gerakan-gerakan sebagai tanda. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi.  Ketiga komponen komuniasi tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi.

b.      Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, kita melakukan dekoding.
c.       Sumber Penerima
Sumber penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (komunikator) sekaligus penerima (komunikan).
d.      Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989)[20]. Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata kita ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata kita), makin banyak cara yang kita miliki untuk mengungkapkan diri.
e.       Umpan Balik/ Feed Back
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari kita sendiri atau dari orang lain. Selain umpan balik sendiri ini, kita juga menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
f.        Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
g.      Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil)
Setelah mempelajari ruang lingkup komunikasi maka, timbul pertanyaan apakah komunikasi itu memiliki perbedaan dan kesamaan dengan kata komunikatif?
            Jelaslah bahwa setiap kata yang berbeda pastilah memiliki maksud yang berbeda pula, jika komunikasi merupakan suatu upaya untuk membangun atau proses untuk saling berhubungan baik secara langsung maupun tak langsung maka, kata komunikatif yaitu: suatu wujud nyata dari proses komunikasi itu artinya: (1) keadaan saling dapat berhubungan (mudah dihubungi); (2) mudah dipahami (dimengerti): sehingga pesan yg disampaikannya dapat diterima dng baik.[21]. Komunikasi dan komunikatif merupakan dua mata uang dalam satu uang logam, artinya jika komunikasi dilakukan maka haruslah komunikasi itu bersifat komunikatif, maksudnya adalah setiap orang dapat melakukan komunikasi namum perlu mempertimbangkan setiap nilai dari komunikasi itu sendiri apakah memiliki nilai komunikatif atau sebaliknya.
Selanjutnya dalam teori ini dijelaskan oleh Habermas menyangkut komunikasi antara masyarkat dan pemerintah yaitu: Didalam komunikasi tersebut komunikan (masyarakat) harus membuat lawan bicaranya memahami maksudnya dengan berusaha mencapai klaim-klaim kesahan (validity claims). Klaim inilah yang dipandang rasional dan akan diterima tanpa paksaan sebagai hasil konsensus.  Habermas membagi klaim menjadi empat macam sebagai berikut:
1.      Klaim kebenaran (truth): ketika kita bisa sepakat tentang dunia alamiah dan subjektif.
2.      Klaim ketepatan (rightness): ketika kita sepakat tentang pelaksanaan norma-norma dalam dunia social.
3.      Klaim autentisitas atau kejujuran (sincerety): ketika sepakat tentang kesesuaian antara dunia batiniah dan ekspresi seseorang.
4.      Klaim komperehensibilitas (comprehensibility): ketika kita dapat menjelaskan macam-macam klaim itu (3 klaim sebelumnya) dan mencapai kesepakatan atasnya[22].
Setiap komunikasi yang efektif harus mencapai klaim keempat, dan orang-orang yang mampu berkomunikasi, dalam arti menghasilkan klaim-klaim itu, disebut Habermas sebagai orang yang memiliki kompetensi komunikatif. Menurut Habermas, argumentasi dapat dibedakan dalam dua macam: pertama, argumentasi yang disebut sebagai diskursus (discours), dan yang kedua, argumentasi yang disebut sebagai kritik. Diskursus secara sederhana dapat diartikan sebagai perbincangan atau pewacanaan terhadap problem tertentu secara rasional dan reflektif. Diskursus dilakukan guna memenuhi kemungkinan terjadinya konsensus (kesepahaman). Diskursus untuk mencapai konsensus atas klaim kebenaran disebut diskursus teoritis, sedangkan untuk mencapai konsensus atas klaim ketepatan disebut diskursus praktis. Sementara diskursus untuk mencapai konsensus atas klaim komprehensibilitas disebut diskursus eksplanatif[23].
B.4. Pengertian Komunikatif Secara Perkataan Dan Tindakan
a. Bahasa Komunikatif
Bahasa komunikatif selalu melekat pada berbagai hubungan dengan dunia. Tindakan komunikatif bersandar pada proses kooperatif interpretasi tempat partisipan berhubungan bersamaan dengan sesuatu di dunia objektif, sosial, dan subjektif. Pembicara dan pendengar menggunakan sistem acuan ketiga dunia tersebut sebagai kerangka kerja interpretatif tempat mereka memahami definisi situasi bersama. Mereka tidak secara langsung mengaitkan diri dengan sesuatu di dunia namun merelatifkan ucapan mereka berdasarkan kesempatan aktor lain untuk menguji validitas ucapan tersebut. Kesepahaman terjadi ketika ada pengakuan intersubjektif atas klaim validitas[24] yang dikemukan pembicara. Konsensus[25] tidak akan tercipta manakala pendengar menerima kebenaran pernyataan namun pada saat yang sama juga meragukan kejujuran pembicara atau kesesuaian ucapannya dengan norma. Proses yang terjadi dalam ucapan komunikasi adalah konfirmasi (pembuktian), pengubahan, penundaan sebagian, atau dipertanyakan secara keseluruhan. Proses defenisi dan redefinisi ini yang terus berlangsung ini meliputi korelasi isi dengan dunia (ditafsirkan secara konsensual dari dunia objektif, sebagai elemen privat dunia subjektif yang hanya bisa diakses oleh orang yang bersangkutan. Jadi komunikasi terbentuk dalam situasi intersubjektif, dimana “situasi” tidak didefinisikan secara kaku, tapi diselami konteks-konteks relevansinya[26],
b. Tindakan Komunikatif
Tindakan komunikatif memiliki 2 aspek, aspek teleologis yang terdapat pada perealisasian tujuan seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya) dan aspek komunikatif yang terdapat dalam interpretasi atas situasidan tercapainya kesepakatan. Dalam tindakan komunikatif, partisipan menjalankan rencananya secara kooperatif berdasarkan definisi situasi bersama. Jika definisi situasi bersama tersebut harus dinegosiasikan terlebih dahulu atau jika upaya untuk sampai pada kesepakatan dalam kerangka kerja definisi situasi bersama gagal, maka pencapaian konsensus dapat menjadi tujuan tersendiri., karena konsensus adalah syarat bagi tercapainya tujuan. Namun keberhasilan yang dicapai oleh tindakan teleologis dan konsensus yang lahir dari tercapainya pemahaman merupakan kriteria bagi apakah situasi tersebut telah dijalani dan ditanggulangi dengan baik atau belum. Oleh karen itu, syarat utama agar tindakan komunikatif bisa terbentuk adalah partisipan menjalankan rencana mereka secara kooperatif dalam situasi tindakan yang didefiniskan bersama. Sehingga mereka bisa menghindarkan diri dari dua resiko, resiko tidak tercapainya pemahaman (ketidaksepakatan atau ketidaksetujuan) dan resiko pelaksanaan rencana tindakan secara salah (resiko kegagalan).



C.    KHOTBAH YANG KOMUNIKATIF
Dengan kerangka teori yang sudah dibahas sebelumnya menyangkut hakekat sebuah khotbah, pengkhotbah, komunikasi dan komunikatif, maka ada titik terang yang ditemukan dalam teori khotbah yang komunikatif yaitu bukan hanya menyangkut  firman yang di taburkan oleh pengkhotbah semata namun perlu di perhatikan setiap unsur komunikasi yang dapat mendukung  serta menghubungkan maksud dari perkataan Alkitab sehingga isi dari keseluruhan pembacaan yang terdapat dalam Alkitab mudah di terima dalam bahasanya, situasinya selebihnya peranan Roh Kudus akan terlibat itupun tergantung dari kepribadian seorang pengkhotbah serta komitmen jemaat atau Pendengar.
Dengan demikian khotbah yang komunikatif dapat terbagi dalam 2 bagian yaitu: (a) khotbah yang komunikatif dalam penyampaian dan (b) khotbah yang komunikatif dalam tindakan (praktek).
4.      Khotbah yang Komunikatif dalam Penyampaian
Memang benar bahwa pelayan firman tidak dapat berhasil tanpa bantuan Roh Kudus. Tetapi juga tidak benar jika Roh Kudus langsung memberikan apa yang harus dikhotbahkan serta cara untuk berkhotbah kepada pelayan Firman, tanpa upaya untuk mencari tahu makna dari firman yang akan disampaikan sehingga dalam penyampainnya bisa sinkron dengan kebutuhan umat.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan khotbah yang komunikatif yaitu:
a.       Pengantar (Kesan awal), maksudnya adalah: ketika kesan awal dalam berkhotbah kurang mendapat perhatian dari jemaat karena tidak menarik, maka akan mempengaruhi setiap isi dari khotbah tersebut sehingga tidak terciptanya khotbah yang komunikatif karena kesan awal merupakan kunci untuk membuka, mempersatukan setiap pemahaman dan ketertarikan dari jemaat (komunikan) sehingga menjadi seragam. Misalnya: Menyapa mereka dan menanykan kabar serta mengemukakan sebuah informasi atau ilustrasi yang sesuai dengan isi Khotbah.
b.      Kualitas dari isi khotbah, yang dimaksud dengan kualitas khotbah adalah, daya tahan dari isi khotbah itu dan meliputi suara, posisi tubuh dari pengkhotbah. Selebihnya apakah khotbah tersebut mampu dipertahankan selama pelayan Firman maupun setelah jemaat pulang, dan juga maknanya tidak terlepas dari kesan awal dan saling menghubungkan dari tahapan awal tadi. Kemudian isi dari khotbah tersebut sistematis artinya tersusun dengan baik yang pasti isi dari khotbah tentu tidak keluar dari kebenaran firman Tuhan.
c.       Waktu dan situasi ketika berkhotbah, maksudnya adalah dalam berkhotbah harus disesuaikan dengan waktu, dalam hal ini tiap jam dan kondisi jemaat pada tiap jam-jam tersebut, baik waktu pagi, siang, dan malam. Karena setiap kondisi setiap jemaat pada jam-jam tersebut tidaklah sama setiap waktunya. Ketika ada gangguan-gangguan selama berkhotbah maka pengkhotbah mampu untuk mengendalikan suasana.

5.      Khotbah Yang Komunikatif dalam Perilaku (tindakan)
Pada bagian ini sudah meliputi pengkhotbah dan jemaat secara keseluruhan, karena untuk sampai pada bagian ini tentulah sangat sulit untuk diwujudkan tanpa ada komitmen yang bulat, seperti istilah NATO (No Action Talk Only) artinya tidak ada faedahnya jika hanya berbicara namun tidak ada tindakan yang nyata.
Dengan demikian khotbah yang komunikatif dalam perilaku terbagi dalam beberapa bagian yaitu:
a.       Perencanaan bersama, yang dimaksud dengan hal ini yaitu: ketika makna dari khotbah sudah diterima dan dimengerti oleh jemaat (Komunikan) maka perlu adanya sebuah rencana yang dibangun bersama oleh setiap jemaat yang memiliki perbedaan latar belakang, baik dari segi ekonomi maupun pendidikan, suku dll. Sehingga wujud dari khotbah itu menjadi nampak dalam kehidupan berjemaat maupun keluarga dan masyarakat secara umum yang mengalami perbedaan tersebut tanpa mengabaikan norma-norma yang berlaku dalam ajaran agama maupun masyarakat. Intinya yaitu kondisi jemaat harus mengalami perubahan menuju lebih baik. Karena khotbah yang komunikatif dalam tindkan sudah tepat pada sasaran yang dituju dan rencana tersebut sifatnya berkelanjutan. Sebagai seorang pengkhotbahpun dituntut untuk mewujudkan perencaan ini.
b.      Penyembuhan (Healing), yang dimaksud dengan penyembuhan atau Healing addalah, suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pengkhotbah untuk mendeteksi setiap permasalahan yang ada dalam jemaat kemudian di defenisikan dalam berkhotbah serta menjawab setiap permaslahan tadi, yang sangan ditentukan oleh bagian ini adalah peranan Roh Kudus untuk menyembuhkan setiap luka dan derita karena masalah yang ada dalam keluarga secara berjemaat.
c.       Konfirmasi, yang dimaksud dengan Konfirmasi adalah wujud nyata dari isi khotbah tersebut sudah dibuktikan lewat pertumbuhan jemaat dalam kehidupan sehari-hari, tindakan ini dapat dilakukan oleh jemaat maupun pengkhotbah dengan cara saling bertukar pikiran (sharing) ketika bertemu dalam ibadah-ibadah keluarga maupun kunjungan yang dilakukan oleh pengkhotbah.
Untuk mengembangkan sebuah Khotbah yang Komunikatif dalam perkembangan gereja saat ini tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan, karaena perkembangan pengetahuan dan teknologi juga ikut bertumbuh untuk saling mempengaruhi, namun jika seorang pengkhotbah benar-benar ingin mewujudkan khotbah yang komunikatif dalam jemaat maka haruslah melengkapi dirinya sendiri dengan Roh Kudus untuk dapat mewujudnyatakan maksud Allah didalam Jemaat dan mengatasi setiap permasalahan yang ada, bukan mementingkan dirinya sendiri untuk berwibawah dan menuntut dihormati dimata jemaat..


[1] Etimologi merupakan cabang ilmu bahasa, yang menyelidiki asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Balai Pustaka, 2012. 309)
[2] H. Rothlingsberger. Homiletika, Ilmu Berkhotbah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009) hl.6
[3] Hasan Sutanto, Homiletik, Prinsip dan Metode Berkhotbah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004),
[4] Ibid 12.
[5] Lukman Tambunan, Apa itu Khotbah, hlm. 3-8
[6] . Williams Evans, Cara Mempersiapkan Khotbah, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 200823: hlm. 10-11
[7] http://www.google.com+defenisi Khotbah menurut Ernest Petty
[8] http://www.google.com.Defenisi Khotbah menurut Ernest Pettry.
[10] KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Elektronik)
[12] J. Braga. Cara Mempersiapkan Khotbah. Gandum Mas, Malang 1996.hl 15-45
[13] Thomas Eny Masrsuni. “Khotbah Itu Indah”. Gloria Grafika 2010.hl 278-286
[14] Pdt. Ir. Ramles M. Silalahi, D.Min – Wasekum Badan Pengurus Sinode GKSI dan Dosen STT Injili Arastamar.
[15] Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung 2007.hl 45
[16] Budi Hardiman, F., 2009, Demokrasi Deliberatif, Kanisius .Yogyakarta 2010.hl 92

[17] http://forum.doom9.org/showthread.php?t=96516
[19] Oleh: Drs.Tomy. Suprapto. MS. Yogyakarta. Media Pressindo. 2006.hl 23
[21] Ibid 65
[22] F. Budi Hardiman, Etika Politik Habermas, (Makalah), Jakarta: Salihara, 2010, Hlm. 5
[23] http://fahmyzone.blogspot.com/2013/04/teori-tindakan-komunikatif-jurgen.html#sthash.CzNJmdhC.dpuf
[24] Validitas adalah Keaslian dapat di buktikan dan sesuai dengan data penelitian
[25] Konsnsus adalah Kesamaan Pendapat, Musyawarah untuk mufakat.
[26] Ibid 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar