Selasa, 08 September 2015

Profesi dan Pendeta



PENDETA BUKAN PROFESI MURAHAN
(Pendahuluan: tesis statemen, pembatasan tulisan, pengorganisasian tulisan)
              Banyak orang kristen baik laki-laki maupun perempuan, berlomba-lomba untuk masuk sekolah teologi. Dengan perspektif dan motivasi  sebagai   pendeta, akan memberi diri seutuhnya bagi pelayanan pekabaran Injil dalam dunia.
              Perspektif ini tidak seutuhnya dipahami sebagai suatu panggilan’ berharga”, melainkan sesuatu yang biasa-bisa saja. Pendeta adalah alternatif terakhir karena tidak ada persyaratan yang memberatkan, apalagi tidak mendapat pekerjaan lain, hal ini bukan berarti pendeta adalah profesi gampangan.
              Naftalino,A berkata “pendeta adalah pekerjaan yang mulia dan karena itu perlu harus tertanam dalam diri seseorang, merasa terpanggil dalam benaknya yang terdalam, menjaga citra diri seorang hamba Tuhan,  yang tentu saja harus membuka diri untuk belajar”.[1]  Hal ini berarti seorang Pendeta adalah orang yang berkualitas punya skill tertentu, maka makna panggilan itu akan bernilai.
Pendeta adalah orang yang terpanggil secara khusus harus mempunyai kemampuan-kemampuan, dibekali dengan macam-macam pengetahuan, untuk itu pendidikan sekolah teologi sebagai wahana pendidikan yang tugasnya mendidik calon-calon pendeta menjadi bakal pendeta yang berkualitas, memaknai panggilannya sebagai suatu tanggung jawab khusus bukan asal-asalan.
Konsep pikir ini akan di bahas pada pokok-pokok berikutnya bahwa “pendeta adalah tanngung jawab berat dan mulia bukan gampangan”
MAKNA PANGGILAN

a.       Defenisi panggilan menurut kamus bahasa Indonesia dari kata panggil artinya: menyebutkan nama orang, menyuruh datang[2]. Panggilan dapat berarti memanggil nama orang dan makna lainnya adalah suatu rasa keharusan atau tanggung jawab dalam tugas yang dipercayakan.
b.      Dalam perjanjian Lama akar kata Ibrani “qr” muncul sebagai kata kerja,kata benda atau kata sifat, yang dapat berarti memanggil nama,juga dapat diterjemahkan berarti “menamai”.[3] Memanggil nama muncul pada kej 3:9 dan ayat-ayat lain. Memanggil nama Tuhan, kadang-kadang diterjemahkan “berseru kepada nama Tuhan”,mengacu pada permohonan akan perlindungan Allah, dengan arti mohon Bantuan dari seseorang yang namanya diketahui(kej 4:2, Ul 28:10, Yes 43:7 ) . Terjemahan “menamai” muncul pada ayat-ayat seperti kej 1:5 ( Allah menamai terang itu siang). Ayat-ayat yang menyebut ALLah sebagai pelaku menunjukan kesatuan yang mendasari kedua arti dari “qr”,dan dengan demikian mengungkapkan arti teologisnya.
·         Arti pertama mengandung dalamnya panggilan untuk melayani ALLah sebagai suatu fungsi dan bagi suatu tujuan khusus
·         Arti kedua bukan hanya memberi nama melainkan menguraikan,maupun menunjuk kepada suatu hubungan antara ALLah yang menamai dan apa yang dinamai.[4] Sebagai contoh, pemanggilan ALLah dan bagaimana Ia menamai Israel sebagai milikNya, yang dipisahkan dari banga-bangsa lain, diberi tugas untuk bersaksi, dan diberi hak khusus untuk menerima perlindungan perlindungan oleh NamaNya.
c.       Dalam perjanjian Baru , pemakaian yang sama dan panggilan Alllah sekarang diberikan dalam Kristus Yesus . Kata Yunani kalein, dan kata jadiannya kletos yang berarti dipanggil dan klesis artinya panggilan. Panggilan itu ialah tuntutan untuk dikenal sebagai kristen dan menjadi milik ALLah dalam kristus (1 pet 4:6 , yak 2:7, kis 5:41, mat 28:19 ). Memanggil ditemukan dalam Mark , Yesus memanggil Murid-MuridNya dan mereka mengikutiNya (mark 1:20). Dalam surat- surat Paulus menjelaskan arti teologis dari panggilan Kristus. Panggilan tersebut datang dari atau melalui kabar baik bagi keselamatan dan pengudusan serta iman, untuk masuk ke dalam kerajaan Allah ( 1 Tes 2:12) , bagi persekutuan dan pelayanan (Gal 1:5). Paulus menyamakan panggilan itu dengan jawabannya ( Roma 8:2) untuk menekankan maksud Allah yang tak berubah (roma 9:11). Ucapan Yesus dalam Matius 22:14 membedakan yang dipanggil yaitu mereka yang mendengar dan dengan yang dipilih yaitu mereka yang menjawab.[5]         

PENDETA ADALAH PANGGILAN
           
            Pendeta adalah orang-orang yang terpanggil secara khusus dalam pelayanan pemberitaan  karya penyelamatan ALLah, bagaimana menunjukan sosok atau citra diri kekhususan itu? Menurut pakar ilmu jiwa Erikson ada dua sumber identitas :
·         Pribadi dan atau suatu profesi mensyaratkan adanya commitment terhadap suatu tugas khusus atau suatu perspektif kehidupan.
·         Seperangkat “expectation/harapan atau dugaan  terhadap pribadi  dan atau profesi tadi, yang memungkinkan pribadi tersebut memperoleh tempat dan posisi yang jelas dalam jaringan hubungan-hubungan personal maupun dengan rekan-rekan seprofesinya.[6]
Identitas seorang pendeta bersumber dari kenyataaan bahwa disatu pihak memang ada jabatan pendeta, dipihak lain jati dirinya bersumber dari harapan /expectations. Pendeta diharapkan mampu memahami dan melayani berbagai kebutuhan dan kepentingan warga jemaatnya. Kesalahan fatal yang sering terjadi di dalam memahami panggilan sebagai seorang pendeta adalah,  melihat sebatas mimbar, khotbah dan sekedar memimpin upacara ritual lainnya. Memahami panggilan harus dilandasi dengan memiliki wawasan Teologi, wawasan hidup, wawasan pelayanan, memiliki kepekaaan sosial, kepekaan budaya dan bentuk kepedulian terhadap masyarakat disekitarnya.
            Untuk mewujudkan makna panggilan yang sesungguhnya menjadi pendeta harus melewati tahapan-tahapan persiapan, oleh Naftalino A, ada dua kriteria persiapan:
·         Persiapan formal ialah melalui keputusan untuk masuk pendidikan Teologi,kesungguhan kita belajar selama dalam proses pendidikan adalah cermin motif kita sesungguhnya dalam memaknai panggilan itu.
·         Persiapan informal berkaitan erat dengan kondisi rill di lapangan[7] .

Persiapan pendidikan ini sebenarnya berkaitan dengan usaha memahami nilai terutama essensi kebenaran yang memberi makna dan merujuk pada proses mental, nalar dan wawasan yang benar dan luas.

KESIMPULAN
Pergeseran perspektif panggilan membuat sebagian besar anak-anak Tuhan yang menganggap bahwa pendeta adalah alternatif terakhir karena buntutnya pekerjaan, tuntutan ekonomi dll. Pendeta adalah profesi khusus karena keterpanggilan itu. Menjadi pendeta bukan hanya sekedar memberi diri untuk mengabdikan diri, lebih dari itu pendeta adalah  orang- orang yang benar- benar mau belajar ,memiliki wawasan yang cukup memadai sehingga panggilan dan essensinya terlihat ketika pendeta mampu menjawab harapan – harapan umat yang adalah masyarakat dalam kompleksitas budaya,ras ,golongan, pola pikir dan keragaman lainnya.
Pendeta adalah profesi khusus dengan segudang tanggung jawab yang berat bukan  profesi asal-asalan.




Catatan diskusi kelas:
1.      Judul mulai dengan “pendeta bukan profesi muraha?. Tetapi tidak ada uraian tentang apa itu “pendeta”? Hakikat kependetaan yang seharusnya (idealnya)? Ini perlu didudukan untuk melaihat apa masalahnya dengan topik kependetaan ini.
2.      Pengorganisasian tulisan belum jelas. Ini harus ada dipendahuluan.
3.      Mengapa uraian dimulai dengan Makna Panggilan?? Apa itu?
4.      Ada di judul digunakan istilah atau kata ‘profesi’. Apa itu?
5.      Kaitkan atau dudukan dan jelaskan relasi pendeta—profesi—panggilan.
6.       Coba susun pengorganisasianj tulisanmu dengan jelas bertolak dari pembatasan tulisan atau uraian topik ANDA.


PENDETA BUKAN PROFESI MURAHAN
TUGAS SEMINAR LINTAS DISIPLIN









DIBUAT OLEH:
Nama           : Hermelina R Jamco
Nim             : 09 10 275
Semester      : VIII
Dosen pengampuh : Pdt. R. Helwelderry STh.Msi


SEKOLAH  TINGGI  THELOGIA  GPI  FAK – FAK



Kependetaan sebagai sebuah panggilan
Panggilan sebagai konteks teologis dan kristologis bagi pemahaman kependetaan. Bisa diliput dari wawasan panggilan Paulus?
 


[1] .Naftalino, A , Mahasiswa Teologi mau kemana?, Bekasi: Logos Heaven Light, “2009,hal 18
[2] .Wojowasito,s, Kamus bahasa Indonesia ,Bandung:Penerbit Shinta Darma, 1997
[3] .Ensiklopedi Alkitab jilid II         
[4] .Ensiklopedi Alkitab masa Kini Jilid II

[5] .Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid II
[6] .Rumpuk,N ,Pergeseran Perspektif dlm Membela Khazanah pelayanan,Gereja Protestan Indonesia, thn 2000
[7] . Naftalino,A , Mahasiswa Teologi Mau keMana?  Bekasi:Logos Heaven Light, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar