PENDETA
BUKAN PROFESI MURAHAN
(Pendahuluan:
tesis statemen, pembatasan tulisan, pengorganisasian tulisan)
Banyak orang kristen baik
laki-laki maupun perempuan, berlomba-lomba untuk masuk sekolah teologi. Dengan
perspektif dan motivasi sebagai pendeta, akan memberi diri seutuhnya bagi
pelayanan pekabaran Injil dalam dunia.
Perspektif ini tidak seutuhnya
dipahami sebagai suatu panggilan’ berharga”, melainkan sesuatu yang biasa-bisa
saja. Pendeta adalah alternatif terakhir karena tidak ada persyaratan yang
memberatkan, apalagi tidak mendapat pekerjaan lain, hal ini bukan berarti
pendeta adalah profesi gampangan.
Naftalino,A berkata “pendeta
adalah pekerjaan yang mulia dan karena itu perlu harus tertanam dalam diri
seseorang, merasa terpanggil dalam benaknya yang terdalam, menjaga citra diri
seorang hamba Tuhan, yang tentu saja
harus membuka diri untuk belajar”.[1] Hal ini berarti seorang Pendeta adalah orang
yang berkualitas punya skill tertentu, maka
makna panggilan itu akan bernilai.
Pendeta
adalah orang yang terpanggil secara khusus harus mempunyai kemampuan-kemampuan,
dibekali dengan macam-macam pengetahuan, untuk itu pendidikan sekolah teologi
sebagai wahana pendidikan yang tugasnya mendidik calon-calon pendeta menjadi
bakal pendeta yang berkualitas, memaknai panggilannya sebagai suatu tanggung
jawab khusus bukan asal-asalan.
Konsep
pikir ini akan di bahas pada pokok-pokok berikutnya bahwa “pendeta adalah tanngung jawab berat dan mulia bukan gampangan”
MAKNA
PANGGILAN
a. Defenisi
panggilan menurut kamus bahasa Indonesia dari kata panggil artinya: menyebutkan
nama orang, menyuruh datang[2].
Panggilan dapat berarti memanggil nama orang dan makna lainnya adalah suatu
rasa keharusan atau tanggung jawab dalam tugas yang dipercayakan.
b. Dalam
perjanjian Lama akar kata Ibrani “qr” muncul sebagai kata kerja,kata benda atau
kata sifat, yang dapat berarti memanggil nama,juga dapat diterjemahkan berarti
“menamai”.[3]
Memanggil nama muncul pada kej 3:9 dan ayat-ayat lain. Memanggil nama Tuhan,
kadang-kadang diterjemahkan “berseru kepada nama Tuhan”,mengacu pada permohonan
akan perlindungan Allah, dengan arti mohon Bantuan dari seseorang yang namanya
diketahui(kej 4:2, Ul 28:10, Yes 43:7 ) . Terjemahan “menamai” muncul pada
ayat-ayat seperti kej 1:5 ( Allah menamai terang itu siang). Ayat-ayat yang
menyebut ALLah sebagai pelaku menunjukan kesatuan yang mendasari kedua arti
dari “qr”,dan dengan demikian mengungkapkan arti teologisnya.
·
Arti pertama mengandung
dalamnya panggilan untuk melayani ALLah sebagai suatu fungsi dan bagi suatu
tujuan khusus
·
Arti kedua bukan hanya
memberi nama melainkan menguraikan,maupun menunjuk kepada suatu hubungan antara
ALLah yang menamai dan apa yang dinamai.[4]
Sebagai contoh, pemanggilan ALLah dan bagaimana Ia menamai Israel sebagai
milikNya, yang dipisahkan dari banga-bangsa lain, diberi tugas untuk bersaksi,
dan diberi hak khusus untuk menerima perlindungan perlindungan oleh NamaNya.
c. Dalam
perjanjian Baru , pemakaian yang sama dan panggilan Alllah sekarang diberikan
dalam Kristus Yesus . Kata Yunani kalein,
dan kata jadiannya kletos yang berarti dipanggil dan klesis artinya panggilan.
Panggilan itu ialah tuntutan untuk dikenal sebagai kristen dan menjadi milik
ALLah dalam kristus (1 pet 4:6 , yak 2:7, kis 5:41, mat 28:19 ). Memanggil
ditemukan dalam Mark , Yesus memanggil Murid-MuridNya dan mereka mengikutiNya
(mark 1:20). Dalam surat- surat Paulus menjelaskan arti teologis dari panggilan
Kristus. Panggilan tersebut datang dari atau melalui kabar baik bagi keselamatan
dan pengudusan serta iman, untuk masuk ke dalam kerajaan Allah ( 1 Tes 2:12) ,
bagi persekutuan dan pelayanan (Gal 1:5). Paulus menyamakan panggilan itu
dengan jawabannya ( Roma 8:2) untuk menekankan maksud Allah yang tak berubah
(roma 9:11). Ucapan Yesus dalam Matius 22:14 membedakan yang dipanggil yaitu
mereka yang mendengar dan dengan yang dipilih yaitu mereka yang menjawab.[5]
PENDETA
ADALAH PANGGILAN
Pendeta adalah orang-orang yang
terpanggil secara khusus dalam pelayanan pemberitaan karya penyelamatan ALLah, bagaimana
menunjukan sosok atau citra diri kekhususan itu? Menurut pakar ilmu jiwa
Erikson ada dua sumber identitas :
·
Pribadi dan atau suatu
profesi mensyaratkan adanya commitment
terhadap suatu tugas khusus atau suatu perspektif kehidupan.
·
Seperangkat
“expectation/harapan atau dugaan
terhadap pribadi dan atau profesi
tadi, yang memungkinkan pribadi tersebut memperoleh tempat dan posisi yang
jelas dalam jaringan hubungan-hubungan personal maupun dengan rekan-rekan
seprofesinya.[6]
Identitas
seorang pendeta bersumber dari kenyataaan bahwa disatu pihak memang ada jabatan
pendeta, dipihak lain jati dirinya bersumber dari harapan /expectations.
Pendeta diharapkan mampu memahami dan melayani berbagai kebutuhan dan
kepentingan warga jemaatnya. Kesalahan fatal yang sering terjadi di dalam
memahami panggilan sebagai seorang pendeta adalah, melihat sebatas mimbar, khotbah dan sekedar
memimpin upacara ritual lainnya. Memahami panggilan harus dilandasi dengan
memiliki wawasan Teologi, wawasan hidup, wawasan pelayanan, memiliki kepekaaan
sosial, kepekaan budaya dan bentuk kepedulian terhadap masyarakat disekitarnya.
Untuk mewujudkan makna panggilan
yang sesungguhnya menjadi pendeta harus melewati tahapan-tahapan persiapan,
oleh Naftalino A, ada dua kriteria persiapan:
·
Persiapan formal ialah
melalui keputusan untuk masuk pendidikan Teologi,kesungguhan kita belajar
selama dalam proses pendidikan adalah cermin motif kita sesungguhnya dalam
memaknai panggilan itu.
·
Persiapan informal
berkaitan erat dengan kondisi rill di lapangan[7] .
Persiapan
pendidikan ini sebenarnya berkaitan dengan usaha memahami nilai terutama
essensi kebenaran yang memberi makna dan merujuk pada proses mental, nalar dan
wawasan yang benar dan luas.
KESIMPULAN
Pergeseran
perspektif panggilan membuat sebagian besar anak-anak Tuhan yang menganggap
bahwa pendeta adalah alternatif terakhir karena buntutnya pekerjaan, tuntutan
ekonomi dll. Pendeta adalah profesi khusus karena keterpanggilan itu. Menjadi
pendeta bukan hanya sekedar memberi diri untuk mengabdikan diri, lebih dari itu
pendeta adalah orang- orang yang benar-
benar mau belajar ,memiliki wawasan yang cukup memadai sehingga panggilan dan
essensinya terlihat ketika pendeta mampu menjawab harapan – harapan umat yang
adalah masyarakat dalam kompleksitas budaya,ras ,golongan, pola pikir dan
keragaman lainnya.
Pendeta adalah profesi
khusus dengan segudang tanggung jawab yang berat bukan profesi asal-asalan.
Catatan diskusi
kelas:
1. Judul
mulai dengan “pendeta bukan profesi muraha?. Tetapi tidak ada uraian tentang
apa itu “pendeta”? Hakikat kependetaan yang seharusnya (idealnya)? Ini perlu
didudukan untuk melaihat apa masalahnya dengan topik kependetaan ini.
2. Pengorganisasian
tulisan belum jelas. Ini harus ada dipendahuluan.
3. Mengapa
uraian dimulai dengan Makna Panggilan?? Apa itu?
4. Ada
di judul digunakan istilah atau kata ‘profesi’. Apa itu?
5. Kaitkan
atau dudukan dan jelaskan relasi pendeta—profesi—panggilan.
6. Coba susun pengorganisasianj tulisanmu dengan
jelas bertolak dari pembatasan tulisan atau uraian topik ANDA.
PENDETA BUKAN
PROFESI MURAHAN
TUGAS SEMINAR
LINTAS DISIPLIN
DIBUAT
OLEH:
Nama : Hermelina R Jamco
Nim
: 09 10 275
Semester : VIII
Dosen
pengampuh : Pdt. R. Helwelderry STh.Msi
SEKOLAH TINGGI
THELOGIA GPI FAK – FAK
Kependetaan
sebagai sebuah panggilan
Panggilan
sebagai konteks teologis dan kristologis bagi pemahaman kependetaan. Bisa
diliput dari wawasan panggilan Paulus?
[1] .Naftalino, A , Mahasiswa Teologi mau kemana?, Bekasi: Logos Heaven Light,
“2009,hal 18
[2] .Wojowasito,s, Kamus bahasa Indonesia ,Bandung:Penerbit Shinta Darma,
1997
[3] .Ensiklopedi Alkitab jilid II
[4] .Ensiklopedi Alkitab masa Kini Jilid II
[5] .Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid II
[6] .Rumpuk,N ,Pergeseran Perspektif dlm Membela Khazanah pelayanan,Gereja
Protestan Indonesia, thn 2000
[7] . Naftalino,A , Mahasiswa Teologi Mau keMana? Bekasi:Logos Heaven Light, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar