KHOTBAH
KELUARAN 24:12-18
Mengawali khotbah ini, saya mau membagikan sebuah
cerita. Ini ada sepasang kekasih, bernama
Robeka dan Enos. Enos sangat mencintai Robeka mati-matian. Ia meminta
Robeka agar bersedia menikah dengannya. Tapi sudah sekian lama, Robeka menolak.
Padahal Enos adalah pemuda yang mapan dan sudah menunjukkan dan memberikan yang
terbaik dari dirinya untuk Robeka. Apa saja yang Robeka minta, pasti Enos
berikan. Enos selalu dukung setiap kegiatan Robeka dalam bentuk motivasi,
perhatian, dan semua yang dibutuhkan Robeka. Pokoknya soal cinta Enos kepada
Robeka tidak diragukan lagi. Sebenarnya Robeka pun sangat mengetahui hal itu.
Tapi itulah,, Robeka terlalu menikmati masa lajangnya dan tidak terlalu
menghiraukan cintanya Enos. Sampai suatu saat Enos bilang: “Robeka, saya kurang
apakah? Semua saya su bikin untuk ko. Soal pekerjaan, rumah, tabungan ko tra
usah ragu, semua su ada. Robeka, saya janji, kalo katong 2 nikah, ko akan jadi
saya punya harta paling berharga yang akan saya jaga, yang penting ko nikah
dengan saya bukan karena terpaksa dan ko betul-betul bersedia jadi isteri yang
baik untuk saya”. Akhirnya, penantian Enos ada jawaban. Sebulan kemudian Robeka
menyatakan bersedia menikah dengan Enos dan berjanji akan menjadi isteri yang
baik yang selalu menyenangkan hati Enos. Akhirnya mereka mengikatkan cinta dan
janji mereka dalam pernikahan dan memulai babak baru dalam hidup mereka sebagai
suami dan isteri. Pastinya Robeka bukan wanita terbaik,tanpa cacat cela, tetapi
itulah pilihan Enos.
Umat Israel dikenal sebagai umat pilihan Allah, umat
perjanjian. Israel dipilih Allah bukan karena bangsa ini adalah bangsa yang
paling baik dibandingkan bangsa-bangsa lain. Tetapi karena anugerah Allah
semata. Itulah pilihan Allah yang didasarkan pada kehendak bebasNya dengan
berbagai pertimbanganNya, sederhananya sama seperti ketika seorang lelaki
memilih wanita idamannya. Ia mau membawa umat pilihanNya itu dalam suatu babak
baru kehidupan berkelimpahan di tanah perjanjian,yakni kanaan: negeri yang
berlimpah susu dan madu, negeri yang diberkati Allah. Dengan umat pilihanNya,
ia mau mengikat perjanjian, - kalau dalam cerita tadi sama seperti Enos yang
tidak mau kehilangan Robeka dan mau mengikat cinta dan janji mereka dalam
pernikahan dengan persetujuan Robeka-, begitu pula dengan Tuhan Allah:
sedemikian sayangnya Ia kepada umat Israel, Ia ingin mengikat perjanjian atara
Dia dan umat Israel. Dia bukanlah Allah yang mau memaksakan kehendakNya, tetapi
Ia ingin umat Israel juga menyatakan persetujuan untuk menjadi umat
kesayanganNya. Inti perjanjian itu menekankan hubungan antara Allah dengan
bangsa Israel: Allah menjadi Tuhan umat
Israel dan Israel menjadi milik kesayanganNya. Allah menawarkan dalam Keluaran
19:4-6a :
“Kamu sendiri telah melihat apa yang telah Ku lakukan
kepada orang Mesir, dam bagaimana aku telah mendukung kamu di atas sayap
rajawali dan membawa kamu kepadaKu.
Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan
firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta
kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya
seluruh bumi.
Kamu akan menjadi bagiku kerajaan imam dan bangsa yang
kudus.”
Bangsa Israel menyatakan bersedia melakukan apa yang
Tuhan Allah perintahkan, pertanda mereka setuju mangadakan perjanjian
itu(19:8).
Perjanjian berhubungan dengan aturan. – dalam cerita
tadi Robeka bersedia menikah dengan Enos berarti ia setuju untuk menjadi isteri
yang baik bagi Enos dan ia harus melakukan apa yang menyenangkan hati Enos, ia
harus menaati aturan sebagai isteri -. Begitupun Israel, bersedia mengikat
perjanjian, berarti ia harus menaati semua aturan yang Allah tetapkan. Israel
mau menjadi umat kesayangan Allah, mau menjadi kerajaan imam dan bangsa yang
kudus, maka ia harus menaati aturan agar dapat menjalani hidup dengan perilaku
imam dan hidup dalam kekudusan untuk menyenangkan hati Allah. Dengan
persetujuan itu, Allah memberikan isi perjanjian berupa aturan. Kesepuluh Hukum
harus ditaati Israel bersama berbagai peraturan-peraturan praktis yang dapat kita
baca dalam Kel 20-24. Sebagai umat yang mau mengadakan perjanjian mereka harus
menaati peraturan sebagai isi dari perjanjian yang telah disepakati. Bahkan
mereka mengadakan upacara pengikatan perjanjian penuh khidmat (Kel 24:1-8).
Ya, dalam keseluruHan bagian kitab Kel.19-24, kita
temukan bahwa perjanjian memang berkaitan dengan aturan dan untuk melaksanakan perjanjian itu dibutuhkan
ketaatan. Robeka harus menaati janjinya untuk menjadi isteri yang baik bagi
Enos dengan melakukan segala sesuatu berdasar aturan yang disepakati bersama.
Dalam dunia kerja, pegawai harus menaati kontrak kerja yang ia tandatangani
sebagai perjanjian yang menjadi pedoman bekerja. Dalam dunia kelembagaan,
setiap anggota(mahasiswa, vicaris,dsb) harus menaati surat pernyataan yang ia
buat berdasar pada aturan lembaga; misalnya pernyataan tidak menikah selama
perkuliahan atau masa kerja. Umat Israel harus menaati aturan yang difirmankan
Allah. Dan Kita sebagai orang Kristen pun harus menaati seluruh aturan dalam
Alkitab agar hidup kita berkenan di hadapan Allah dan sesama.
Hiduplah berdasarkan aturan, hukum dan perintah.
Memang tidak mudah, karena kita diikat dengan berbagai hal yang membatasi ruang
gerak kita. Tetapi aturan itulah yang membuat hidup kita lebih baik dan
mampumemperoleh yang terbaik. Kita sendiri kan, yang menyatakan diri Kristen,
kita sendiri yang menyatakan diri umat Allah? Maka hiduplah selayaknya orang
Kristen, jangan menjadi umat Kristen yang hanya tahu ibadah minggu tapi tidak
melakukan Pesan-pesan firman Tuhan yang didapat; jangan hanya tahu Alkitab tapi
pemalas baca; kalau sudah begitu, bagaimana bisa tahu aturan/ perintah Tuhan?
Lalu jangan abaikan perintah Tuhan tetapi lakukanlah.
Sebagai isteri, yang sudah bersedia mengikat
perjanjian dalam pernikahan kudus, ingatlah perjanjian itu, tahu aturan sebagai
isteri yang baik maka taatilah. Melayani suami dan anak, mendidik anak ke jalan
yang Tuhan kehendaki, bekerjalah dengan penuh tanggung jawab, menyenangkan hati
suami dan terlebih Tuhan. Janga jadi isteri yang hanya tahu gaya, cerita
sana-sini, marah, dsb.
Sebagai suami yang juga sudah mengikat perjanjian
dengan isteri, tahu aturan sebagai suami yang baik maka taatilah. Kasihilah
isterimu, lakukanlah yang terbaik bagi wanita pilihan bapak. Bekerjalah dengan
penuh tanggung jawab, jangn membuat isteri dan anak bapak tawar hati. Jadilah
imam keluarga yang mampu membimbing isteri dan anak pada jalan Tuhan.
Sebagai orang muda, yang sudah mengikat perjanjian
dengan Tuhan untuk setia mengikutiNya, hiduplah berdasarkan aturan. Hormati
ayahmu dan ibumu, menjadi teladan dalam keseharianmu, memanfaatkan masa muda
untuk hal positif. Yang mau melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi,
ingatlah janjimu untuk diri sendiri, orang tua, terlebih janjimu kepada Tuhan.
Taatilah janjimu dengan melakukan yang terbaik bersdasarkan aturan agar dapat
menuai keberhasilan.
Bagaimana
hidup yang bapak, Ibu, Saudara/I jalani saat ini? Apakah sudah berdasar aturan
dan perintah Tuhan? Apakah sudah menyenangkan sesama? Dari waktu ke waktu, kita
terus diperhadapkan dengan babak-babak baru dalam kehidupan. Seorang anak
memasuki jenjang pendidikan yang baru, ada orang memegang jabatan yang baru,
ada orang yang memulai usaha atau pekerjaan yang baru, sepasang kekasih
memasuki babak baru dalam pernikahan. Pastinya, dalam setiap kehidupan kita,
ada saja yang baru yang juga pastinya memiliki aturan-aturan hidup yang baru.
Misalnya, suami isteri memiliki aturan dan kehidupan yang berbeda dengan
sepasang kekasih,dsb.
Dalam khotbah saya kali ini, saya mengajak kita
menyimak kembali perikop pembacaan Kel.24:12-18. Disini berbicara tentang sikap
manusia untuk memulai babak baru dalam kehidupannya.
Setelah umat Israel mengadakan suatu perjanjian dengan
Allah, maka mereka mencoba untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka
yakni sebagai umat perjanjian yang dikasihi Allah. Mereka harus siap bertata
laku seperti apa yang Tuhan kehendaki, sesuai dengan perintah Tuhan dalam
serangkaian aturan yang telah difirmankan. Inilah pelajaran bagi kita yang
dapat kita temukan dalam perikop pembacaan kita sebagai petunjuk bagaimana
sikap kita untuk memulai babak baru dalam kehidupan kita.
1.
Belajar untuk
Taat, mempersiapkan segala sesuatu dan sabar seperti Musa
Musa selalu taat pada firman Tuhan. Ketika Tuhan Allah
berfirman, dengan segera ia melakukan firman itu (ay.13: lalu bangunlah Musa…).
Untuk memasuki babak baru dalam kehidupan kita, ketaatan sangatlah dibutuhkan.
Kita harus taat dan segera melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan.
Berdasarkan perintah Tuhan yang sesuai dengan isi Alkitab, Isteri hendaknya
taat dan segera melakukan permintaan suami, suami hendaknya taat dan segera
melakukan permintaan isteri, seorang pemimpin jemaat dan majelis harus menaati
dan segera melakukan yang terbaik dalam pelayanan sesuai dengan kebutuhan
jemaat, dsb.
Hal kedua yang kita pelajari dari Musa adalah
mempersiapkan segala sesuatu. Ia mempersiapkan Harun dan Hur untuk
menyelesaikan masalah kalau nanti terdapat masalah (ay.14), ia juga
mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Untuk memasuki babak baru dalam
kehidupan kita, kitapun harus mempersiapkan segala sesuatu. Sepasang kekasih
yang bersepakat untuk menikah haruslah mempersiapkan rancangan acara
pernikahan, rancangan masa depan ketika nanti berumah tangga dan memikirkan
persoalan-persoalan yang mungkin terjadi sehingga bisa dipertimbangkan dan di
atasi sedini mungkin.mereka harus mempertimbangkan san mempersiapkan banyak
hal, terutama mempersiapkan diri masing-masing untuk bertemu Allah dalam
kehidupan rumah tangga yang dipenuhi berbagai aturan baru. Seorang muda yang
mau melanjutkan studi perguruan tinggi harus berkonsultasi dengan orang tua
mengenai biaya,dsb. Juga mempersiapkan dirinya untuk menjadi mahasiswa dengan
segala tugas dan tanggung jawab yang baru, dengan segala aturan untuk mencapai
keberhasilan. Mempersiapkan segala hal yang mendukung terutama mempersiapkan
diri sendiri.
Hal ketiga yang dapat dipelajari dari Musa adalah
kesabaran menanti waktu Tuhan. Musa harus menunggu Tuhan memanggilnya selama 6
hari (ay.16), dan harus tinggal 40 hari 40 malam untuk menerima hukum dan
perintah Tuhan. Waktu yang memang membutuhkan kesabaran. Lalu kira-kira apa
yang ia lakukan selama 6 hari ia menunggu? Pasti sambil menunggu, ia
mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Ia merenung: apakah ia dan orang
Israel mampu melakukan semua perintah Tuhan? Ia dalam perenungan yang sungguh
menunggu Tuhan berkenan memanggilnya. Kita sebagai manusia yang sedang menanti
setiap babak baru dalam hidup ini pun butuh waktu untuk mempersiapkan diri dan
harus sabar. Mampukah kita menaati peraturan-peraturan yang ada? Sulit memang,
tapi pandanglah Tuhan agar segala sesuatu terasa ringan.
2.
Belajar dari
kesetiaan Yosua
Yosua adalah pelayan Musa yang selalu setia
mendampingi Musa. Mungkin kala ia kala itu terkesan tidak terlalu penting
karena tidak dikisahkan lebih lanjut apakah Yosua mendampingi Musa sampai ke
puncak gunung? Mungkin tida. Tetapi ketika Musa harus segera melaksanakan
firman Tuhan, ia mendampinginya. Dari Yosua kita belajar kesetiaan untuk
melakukan yang terbaik bagi sesama kita. Melakukan yang terbaik bagi atasan
kita dalam pekerjaan, melakukan yang terbaik bagi isteri kita sebagai sosok
yang dihargai dan dicintai, melakukan yang terbaik bagi sosok suami yang kita hormati
dan cintai, melakukan yang terbaik untuk orang tua dalam hal kesetiaan untuk
melaksanakan tugas sebagai pekerja, suami, isteri dan anak yang baik.
3.
Meminta pendapat
dan bantuan kepada orang yang tepat untuk berbagai persoalan
Dalam ay. 14 Musa berpesan kepada para tua-tua yakni
pemimpin umat Israel untuk tinggal di suatu tempat dan apabila ada perkara/persoalan datanglah kepada
Harun,saudara Musa dan Hur, pemuka bangsa Israel yang kala itu ditugaskan
sebagai hakim mereka. Ya, memang persoalan tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia dan Allah dapat mempercayakan orang-orang khusus yang dianggap mampu
membantu sesamanya untuk menyelesaikan persoalan itu. Kita butuh orang-orang
yang tepat untuk membantu kita. Untuk memulai babak baru dalam kehidupan, pasti
tak luput dari masalah. Kalau kita merasa sulit mengetasinya, Mintalah bantuan
orang-orang yang tepat.orang-orang yang dapat dipercayai, tetapi jangan percaya
pada kekuatan manusia karena manusia hanya alat yang dipakai Allah.
Bersyukurlah kepada Allah karena ia mampu memakai manusia sebagai saluran
berkatNya.
Apabila bapak, ibu, saudara/I siap memasuki babak baru dalam kehidupan,
pandanglah Allah dalam kemuliaanNya karena Ia mau menyatakan hal-hal yang luar
biasa bagi kehidupan saudara, asalkan saudara mau hidup kudus, melakukan
hal-hal yang berkenan di hadapan Allah, menjaga relasi dengan Allah setiap
waktu dalam doa dan ibadah, dan hidup menurut aturan yang diperintahkan Tuhan
sesuai isi Alkitab. Niscaya kita dapat melihat dan merasakan kemuliaan dan
kehadiran Alla dalam kehidupan kita. Dan dengan kemahakuasaanNya kitapun mampu
melakukan yang terbaik bagi sesama, baik bagi isteri, suami, pekerjaan,
pendidikan,dsb dalam setiap babak baru kehidupan kita. Tuhan menilong kita.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar