Selasa, 08 September 2015

KHOTBAH KELUARAN 24:12-18



KHOTBAH
KELUARAN 24:12-18

Mengawali khotbah ini, saya mau membagikan sebuah cerita. Ini ada sepasang kekasih, bernama  Robeka dan Enos. Enos sangat mencintai Robeka mati-matian. Ia meminta Robeka agar bersedia menikah dengannya. Tapi sudah sekian lama, Robeka menolak. Padahal Enos adalah pemuda yang mapan dan sudah menunjukkan dan memberikan yang terbaik dari dirinya untuk Robeka. Apa saja yang Robeka minta, pasti Enos berikan. Enos selalu dukung setiap kegiatan Robeka dalam bentuk motivasi, perhatian, dan semua yang dibutuhkan Robeka. Pokoknya soal cinta Enos kepada Robeka tidak diragukan lagi. Sebenarnya Robeka pun sangat mengetahui hal itu. Tapi itulah,, Robeka terlalu menikmati masa lajangnya dan tidak terlalu menghiraukan cintanya Enos. Sampai suatu saat Enos bilang: “Robeka, saya kurang apakah? Semua saya su bikin untuk ko. Soal pekerjaan, rumah, tabungan ko tra usah ragu, semua su ada. Robeka, saya janji, kalo katong 2 nikah, ko akan jadi saya punya harta paling berharga yang akan saya jaga, yang penting ko nikah dengan saya bukan karena terpaksa dan ko betul-betul bersedia jadi isteri yang baik untuk saya”. Akhirnya, penantian Enos ada jawaban. Sebulan kemudian Robeka menyatakan bersedia menikah dengan Enos dan berjanji akan menjadi isteri yang baik yang selalu menyenangkan hati Enos. Akhirnya mereka mengikatkan cinta dan janji mereka dalam pernikahan dan memulai babak baru dalam hidup mereka sebagai suami dan isteri. Pastinya Robeka bukan wanita terbaik,tanpa cacat cela, tetapi itulah pilihan Enos.
Umat Israel dikenal sebagai umat pilihan Allah, umat perjanjian. Israel dipilih Allah bukan karena bangsa ini adalah bangsa yang paling baik dibandingkan bangsa-bangsa lain. Tetapi karena anugerah Allah semata. Itulah pilihan Allah yang didasarkan pada kehendak bebasNya dengan berbagai pertimbanganNya, sederhananya sama seperti ketika seorang lelaki memilih wanita idamannya. Ia mau membawa umat pilihanNya itu dalam suatu babak baru kehidupan berkelimpahan di tanah perjanjian,yakni kanaan: negeri yang berlimpah susu dan madu, negeri yang diberkati Allah. Dengan umat pilihanNya, ia mau mengikat perjanjian, - kalau dalam cerita tadi sama seperti Enos yang tidak mau kehilangan Robeka dan mau mengikat cinta dan janji mereka dalam pernikahan dengan persetujuan Robeka-, begitu pula dengan Tuhan Allah: sedemikian sayangnya Ia kepada umat Israel, Ia ingin mengikat perjanjian atara Dia dan umat Israel. Dia bukanlah Allah yang mau memaksakan kehendakNya, tetapi Ia ingin umat Israel juga menyatakan persetujuan untuk menjadi umat kesayanganNya. Inti perjanjian itu menekankan hubungan antara Allah dengan bangsa Israel:  Allah menjadi Tuhan umat Israel dan Israel menjadi milik kesayanganNya. Allah menawarkan dalam Keluaran 19:4-6a :
“Kamu sendiri telah melihat apa yang telah Ku lakukan kepada orang Mesir, dam bagaimana aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepadaKu.
Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
Kamu akan menjadi bagiku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.”
Bangsa Israel menyatakan bersedia melakukan apa yang Tuhan Allah perintahkan, pertanda mereka setuju mangadakan perjanjian itu(19:8).
Perjanjian berhubungan dengan aturan. – dalam cerita tadi Robeka bersedia menikah dengan Enos berarti ia setuju untuk menjadi isteri yang baik bagi Enos dan ia harus melakukan apa yang menyenangkan hati Enos, ia harus menaati aturan sebagai isteri -. Begitupun Israel, bersedia mengikat perjanjian, berarti ia harus menaati semua aturan yang Allah tetapkan. Israel mau menjadi umat kesayangan Allah, mau menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus, maka ia harus menaati aturan agar dapat menjalani hidup dengan perilaku imam dan hidup dalam kekudusan untuk menyenangkan hati Allah. Dengan persetujuan itu, Allah memberikan isi perjanjian berupa aturan. Kesepuluh Hukum harus ditaati Israel bersama berbagai peraturan-peraturan praktis yang dapat kita baca dalam Kel 20-24. Sebagai umat yang mau mengadakan perjanjian mereka harus menaati peraturan sebagai isi dari perjanjian yang telah disepakati. Bahkan mereka mengadakan upacara pengikatan perjanjian penuh khidmat (Kel 24:1-8).
Ya, dalam keseluruHan bagian kitab Kel.19-24, kita temukan bahwa perjanjian memang berkaitan dengan  aturan dan untuk  melaksanakan perjanjian itu dibutuhkan ketaatan. Robeka harus menaati janjinya untuk menjadi isteri yang baik bagi Enos dengan melakukan segala sesuatu berdasar aturan yang disepakati bersama. Dalam dunia kerja, pegawai harus menaati kontrak kerja yang ia tandatangani sebagai perjanjian yang menjadi pedoman bekerja. Dalam dunia kelembagaan, setiap anggota(mahasiswa, vicaris,dsb) harus menaati surat pernyataan yang ia buat berdasar pada aturan lembaga; misalnya pernyataan tidak menikah selama perkuliahan atau masa kerja. Umat Israel harus menaati aturan yang difirmankan Allah. Dan Kita sebagai orang Kristen pun harus menaati seluruh aturan dalam Alkitab agar hidup kita berkenan di hadapan Allah dan sesama.
Hiduplah berdasarkan aturan, hukum dan perintah. Memang tidak mudah, karena kita diikat dengan berbagai hal yang membatasi ruang gerak kita. Tetapi aturan itulah yang membuat hidup kita lebih baik dan mampumemperoleh yang terbaik. Kita sendiri kan, yang menyatakan diri Kristen, kita sendiri yang menyatakan diri umat Allah? Maka hiduplah selayaknya orang Kristen, jangan menjadi umat Kristen yang hanya tahu ibadah minggu tapi tidak melakukan Pesan-pesan firman Tuhan yang didapat; jangan hanya tahu Alkitab tapi pemalas baca; kalau sudah begitu, bagaimana bisa tahu aturan/ perintah Tuhan? Lalu jangan abaikan perintah Tuhan tetapi lakukanlah.
Sebagai isteri, yang sudah bersedia mengikat perjanjian dalam pernikahan kudus, ingatlah perjanjian itu, tahu aturan sebagai isteri yang baik maka taatilah. Melayani suami dan anak, mendidik anak ke jalan yang Tuhan kehendaki, bekerjalah dengan penuh tanggung jawab, menyenangkan hati suami dan terlebih Tuhan. Janga jadi isteri yang hanya tahu gaya, cerita sana-sini, marah, dsb.
Sebagai suami yang juga sudah mengikat perjanjian dengan isteri, tahu aturan sebagai suami yang baik maka taatilah. Kasihilah isterimu, lakukanlah yang terbaik bagi wanita pilihan bapak. Bekerjalah dengan penuh tanggung jawab, jangn membuat isteri dan anak bapak tawar hati. Jadilah imam keluarga yang mampu membimbing isteri dan anak pada jalan Tuhan.
Sebagai orang muda, yang sudah mengikat perjanjian dengan Tuhan untuk setia mengikutiNya, hiduplah berdasarkan aturan. Hormati ayahmu dan ibumu, menjadi teladan dalam keseharianmu, memanfaatkan masa muda untuk hal positif. Yang mau melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, ingatlah janjimu untuk diri sendiri, orang tua, terlebih janjimu kepada Tuhan. Taatilah janjimu dengan melakukan yang terbaik bersdasarkan aturan agar dapat menuai keberhasilan.
            Bagaimana hidup yang bapak, Ibu, Saudara/I jalani saat ini? Apakah sudah berdasar aturan dan perintah Tuhan? Apakah sudah menyenangkan sesama? Dari waktu ke waktu, kita terus diperhadapkan dengan babak-babak baru dalam kehidupan. Seorang anak memasuki jenjang pendidikan yang baru, ada orang memegang jabatan yang baru, ada orang yang memulai usaha atau pekerjaan yang baru, sepasang kekasih memasuki babak baru dalam pernikahan. Pastinya, dalam setiap kehidupan kita, ada saja yang baru yang juga pastinya memiliki aturan-aturan hidup yang baru. Misalnya, suami isteri memiliki aturan dan kehidupan yang berbeda dengan sepasang kekasih,dsb.
Dalam khotbah saya kali ini, saya mengajak kita menyimak kembali perikop pembacaan Kel.24:12-18. Disini berbicara tentang sikap manusia untuk memulai babak baru dalam kehidupannya.
Setelah umat Israel mengadakan suatu perjanjian dengan Allah, maka mereka mencoba untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka yakni sebagai umat perjanjian yang dikasihi Allah. Mereka harus siap bertata laku seperti apa yang Tuhan kehendaki, sesuai dengan perintah Tuhan dalam serangkaian aturan yang telah difirmankan. Inilah pelajaran bagi kita yang dapat kita temukan dalam perikop pembacaan kita sebagai petunjuk bagaimana sikap kita untuk memulai babak baru dalam kehidupan kita.
1.      Belajar untuk Taat, mempersiapkan segala sesuatu dan sabar seperti Musa
Musa selalu taat pada firman Tuhan. Ketika Tuhan Allah berfirman, dengan segera ia melakukan firman itu (ay.13: lalu bangunlah Musa…). Untuk memasuki babak baru dalam kehidupan kita, ketaatan sangatlah dibutuhkan. Kita harus taat dan segera melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan. Berdasarkan perintah Tuhan yang sesuai dengan isi Alkitab, Isteri hendaknya taat dan segera melakukan permintaan suami, suami hendaknya taat dan segera melakukan permintaan isteri, seorang pemimpin jemaat dan majelis harus menaati dan segera melakukan yang terbaik dalam pelayanan sesuai dengan kebutuhan jemaat, dsb.
Hal kedua yang kita pelajari dari Musa adalah mempersiapkan segala sesuatu. Ia mempersiapkan Harun dan Hur untuk menyelesaikan masalah kalau nanti terdapat masalah (ay.14), ia juga mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Untuk memasuki babak baru dalam kehidupan kita, kitapun harus mempersiapkan segala sesuatu. Sepasang kekasih yang bersepakat untuk menikah haruslah mempersiapkan rancangan acara pernikahan, rancangan masa depan ketika nanti berumah tangga dan memikirkan persoalan-persoalan yang mungkin terjadi sehingga bisa dipertimbangkan dan di atasi sedini mungkin.mereka harus mempertimbangkan san mempersiapkan banyak hal, terutama mempersiapkan diri masing-masing untuk bertemu Allah dalam kehidupan rumah tangga yang dipenuhi berbagai aturan baru. Seorang muda yang mau melanjutkan studi perguruan tinggi harus berkonsultasi dengan orang tua mengenai biaya,dsb. Juga mempersiapkan dirinya untuk menjadi mahasiswa dengan segala tugas dan tanggung jawab yang baru, dengan segala aturan untuk mencapai keberhasilan. Mempersiapkan segala hal yang mendukung terutama mempersiapkan diri sendiri.
Hal ketiga yang dapat dipelajari dari Musa adalah kesabaran menanti waktu Tuhan. Musa harus menunggu Tuhan memanggilnya selama 6 hari (ay.16), dan harus tinggal 40 hari 40 malam untuk menerima hukum dan perintah Tuhan. Waktu yang memang membutuhkan kesabaran. Lalu kira-kira apa yang ia lakukan selama 6 hari ia menunggu? Pasti sambil menunggu, ia mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Ia merenung: apakah ia dan orang Israel mampu melakukan semua perintah Tuhan? Ia dalam perenungan yang sungguh menunggu Tuhan berkenan memanggilnya. Kita sebagai manusia yang sedang menanti setiap babak baru dalam hidup ini pun butuh waktu untuk mempersiapkan diri dan harus sabar. Mampukah kita menaati peraturan-peraturan yang ada? Sulit memang, tapi pandanglah Tuhan agar segala sesuatu terasa ringan.
2.      Belajar dari kesetiaan Yosua
Yosua adalah pelayan Musa yang selalu setia mendampingi Musa. Mungkin kala ia kala itu terkesan tidak terlalu penting karena tidak dikisahkan lebih lanjut apakah Yosua mendampingi Musa sampai ke puncak gunung? Mungkin tida. Tetapi ketika Musa harus segera melaksanakan firman Tuhan, ia mendampinginya. Dari Yosua kita belajar kesetiaan untuk melakukan yang terbaik bagi sesama kita. Melakukan yang terbaik bagi atasan kita dalam pekerjaan, melakukan yang terbaik bagi isteri kita sebagai sosok yang dihargai dan dicintai, melakukan yang terbaik bagi sosok suami yang kita hormati dan cintai, melakukan yang terbaik untuk orang tua dalam hal kesetiaan untuk melaksanakan tugas sebagai pekerja, suami, isteri dan anak yang baik.


3.      Meminta pendapat dan bantuan kepada orang yang tepat untuk berbagai persoalan
Dalam ay. 14 Musa berpesan kepada para tua-tua yakni pemimpin umat Israel untuk tinggal di suatu tempat dan apabila ada  perkara/persoalan datanglah kepada Harun,saudara Musa dan Hur, pemuka bangsa Israel yang kala itu ditugaskan sebagai hakim mereka. Ya, memang persoalan tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia dan Allah dapat mempercayakan orang-orang khusus yang dianggap mampu membantu sesamanya untuk menyelesaikan persoalan itu. Kita butuh orang-orang yang tepat untuk membantu kita. Untuk memulai babak baru dalam kehidupan, pasti tak luput dari masalah. Kalau kita merasa sulit mengetasinya, Mintalah bantuan orang-orang yang tepat.orang-orang yang dapat dipercayai, tetapi jangan percaya pada kekuatan manusia karena manusia hanya alat yang dipakai Allah. Bersyukurlah kepada Allah karena ia mampu memakai manusia sebagai saluran berkatNya.
Apabila bapak, ibu, saudara/I siap memasuki babak baru dalam kehidupan, pandanglah Allah dalam kemuliaanNya karena Ia mau menyatakan hal-hal yang luar biasa bagi kehidupan saudara, asalkan saudara mau hidup kudus, melakukan hal-hal yang berkenan di hadapan Allah, menjaga relasi dengan Allah setiap waktu dalam doa dan ibadah, dan hidup menurut aturan yang diperintahkan Tuhan sesuai isi Alkitab. Niscaya kita dapat melihat dan merasakan kemuliaan dan kehadiran Alla dalam kehidupan kita. Dan dengan kemahakuasaanNya kitapun mampu melakukan yang terbaik bagi sesama, baik bagi isteri, suami, pekerjaan, pendidikan,dsb dalam setiap babak baru kehidupan kita. Tuhan menilong kita.
Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar