Selasa, 08 September 2015

Sejarah Gereja Di Kapaur




A. LATAR BELAKANG
Jazirah onin yang disebut kapaur terdiri dari berbagai kerajaan kecil, daerah ini dimiliki oleh raja-raja ati-ati,fatagar, Wartuar, Sekar, Pikpik, Patipi, Rumbati, dan Arguni. 
Pada umumnya daerah ini dikuasai oleh para pendatang, maksudnya   bahwa ada raja – raja yang berasal dari luar Irian yang bukan penduduk asli. Daerah kapaur disukai oleh para pedagang karena adanya hutan pala. Bertahun – tahun sebelum adanya pusat pemerintahan, para pedagang lebih dahulu telah datang ke daerah ini, seperti pedagang – pedagang ceram, Gorom, Bugis, Makassar, Arab dan Cina.
Sebelum tahun 1889 para raja dan pedagang dapat berbuat sekehendaknya saja, karena belum ada pemerintahan yang teratur didaerah ini. Para pedagang semakin bermunculan di daerah ini, karena pala dan cendrawasih memberi daya tarik. Banyak hasil yang dimiliki penduduk, sehingga para pedagang tidak segan – segan memberi panjar yang besar. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam bidang perdagangan  
B. ISI
 Orang Ceram juga mempunyai pengaruh yang besar di jazirah onim.Karena kebanyakan dari mereka kawin dengan kaum wanitanya dan juga banyak pemuda ceram yang mengawini wanita kapaur. Bout menulis bahwa semua suku tersebut berdiam di kampung – kampung yang menjadi pusat perdagangan. Karena kaum wanita di daerah kapaur lebih sedikit dari jumlah pria, maka banyak wanita didatangkan dari daerah luar. Hal ini juga disebabkan karena orang Kapaur berani membayar mas kawin dengan nilai besar. Perkawinan pada waktu itu dapat disamakan dengan persetujuan dalam perdagangan, setiap orang bisa mendapatkan anak perempuan asalkan ia telah membayarnya. Karena itu setiap orang dapat kawin lebih dari satu isteri asalkan ia mempunyai uang yang banyak.
Dalam keadaan yang demikian sukar sekali bagi zending untuk bekerja. Sangatlah sulit bagi penginjil Bout untuk berhubungan dengan suku-suku di daerah Kapaur. Setiap melakukan perjalanan di daerah Kapaur, ia selalu diikuti oleh mata-mata raja. Namun dengan datangnya Van Muijlwijk, maka penginjilan di Kapaur menjadi lebih intensif.
Pada tahun 1920 beberapa orang di daerah Kapaur meminta untuk membuka sekolah,yang pada tahun-tahun sebelumnya (1918 dan 1919) telah ditutup karena tidak mendapat subsidi. Pada tahun 1922 sekolah-sekolah di Air Besar dan Kokas kembali mendapatkan subsidi. Pada tahun 1923, beberapa anak laki-laki, yang telah lama bekerja pada para penginjil dibaptis, melalui anak-anak ini para penginjil mulai melakukan kontak dengan penduduk di daerah pedalaman.
Pada tahun 1924, sekolah-sekolah di air besar dan Kokasmasih berjalan walaupun kurang memuaskan. Dalam tahun ini juga, beberapa kampung: Sakartemin, Danaweria, dan Werba, kaimana dan Mimika meminta untuk mendirikan sekolah pada daerah mereka.
Pada tahun 1925 pihak missi Katholik mulai berusaha kembali untuk melakukan penginjilan di bagian Barat Irian Jaya
Pada tahun 1925 pihak missi Katholik mulai berusaha kembali untuk melakukan penginjilan di bagian Barat Irian Jaya. Pihak misi mengirim secara bergiliran beberapa pastor dari ambon untuk mengadakan pelayanan rohani. Unutk maksud tersebut pastor harus tinggal di Fakfak beberapa minggu dan sebelumnya telah melaporkan diri kepada penduduk kampung. Kemudian pastor mulai mengadakan kunjungan ke beberapa kampung dan bermaksud membuka tiga sekolah di tiga kampung, walaupun rencana tersebut bertentangan dengan artikel123RR (REGERINGS REGLEMENT) yang isinya menyatakan bahwa pihak Misi Katholik dilarang beroperasi di daerah irian jaya sebelah barat. Kegiatan ini dilporkan kepada pemerintah, sehingga rencana pembangunan sekolah digagalkan.
Pada tahun yang samapun (1925), Indische Kerk dan U.Z.V telah memutuskan bahwa pelayananjemaat fakfak diserahkan kepada pendeta penginjilyang berdiam di fakfak. Belanda kurang menyetujui jika pendeta hanya terikat dengan jemaat di fakfak.indische Kerk lalu membuka daerah pelayanannya di kaimana. Mereka membuka sekolah dan diserahkan kepada U.Z.V. Pada awalnya, sekolah itu hanya diperuntukan kepada orang kristen dan pedagang, tetapi kemudian anak – anak di daerah sekitar Kaimana mulai mengunjungi sekolah itu juga. Tidak hanya di Kaimana, di pasir putih juga dibangun sekolah. Banyak anak yangbersekolah tetapi pada akhirnya berkurang disebabkan adanya hasutan kepada penduduk dari seorang rekan pastor.
  Dalam satu setengah tahun terakhir banyak orang yang mengikuti pelajaran agama dan katekisasi. Lalu 60 orang dibaptis. Mereka ini adalah orang – orang Kapaur yang pertama menjadi kristen.
  Sejak tahun 1925 telah ditetapkan, bahwa jemaat Fakfak akan diserahkan kapada U.Z.V. tetapi baru pada tanggal 1 Januari 1926 penyerahan itu diadakan.
Dalam tahun itu panitia pembangunan gereja dibentuk. Program mereka berbunyi: MULA-MULA MENGUMPULKAN UANG LALU MULAI MEMBANGUN. Pada saat itu jemaat Fakfak telah menabung uang, sehingga itu menjadi modal dasar. Selain itu, banyak kegiatan rohani yang berjalan baik. Misalnya terlaksananya sekolah minggu, kunjungan kepada orang – orang sakit oleh istri pendeta, dan pekerjaan tangan untuk anak – anak kristen dan islam. Namun keadaan di daerah kapaur dalam tahun ini tidaklah baik, karena perdagangan berjalan tidaklah lancar. Berburu burung cendrawasih dilarang dan harga pala menurun. Ini disebabkan pemerintah tidak mempedulikan para pemetik pala. Panen pala diserahkan sepenuhnya kepada para pedagang. Akibatnya harga pala turun dengan demikian untuk mendapatkan nama baik mengenai kualitas pala memakan waktu yang lama.
Akibat perdagangan yang mulai dingin itu, penduduk mulai mengolah kebun mereka kembali.Hal ini mengakibatkan kegiatan sekolah dan rohani tidak berjalan lancar. Terutama di pasir putih, penduduk dihasut untuk menentang guru guru yang ditempatkan disitu. Pihak katholik juga mengadakan propaganda terhadap agamanya. Kegiatan ini dilakukan oleh orang – orang kei yang beragama katholik, yang ke kampung – kampung membantu pedagang Cina memetik pala.
Pada permulaan tahun 1927, pembangunan di daerah kapaur tidaklah berjalan lancar. Walaupun begitu, 2 gedung sekolah dapat dibangun di danaweria dan werba.
Kemudian keonverensi para pendeta injil tahun1929, memutuskan agar kegiatan  didaerah kapaur dan kaimana lebih ditingkatkan lagi.di kaimana perlu ditempatkan seorang guru besar untuk mengawasi kegiatan guru-guru dan mengadakan kontak dengan suku-suku di barbagai daerah. Kaimana tetap dikelola oleh pendeta penginjil dari Kapaur.
Pihak misi katholik mulai mengadakan kegiatan di daerah kapaur. Pastor menjadi semacam tukang sulap. Mereka menjanjikan akan tiba sebuah kapal besar yang memuat hasil-hasil yang bagus dari negeri belanda , yang akan dibagi-bagikan kepada semua penduduk. Mereka yang bekerja sekolah menerima beras dan tembakau. Begitupun topi bambu dan piring secara cuma-cuma.
Dirumah – rumah pendudukditempel gambar-gambat Maria yang dinyatakan sebagai tanda mata. Penduduk yang masih kafir tak berani melepaskan gambar tersebut dari dinding rumah. Kegiatan semacam ini merupakan pencaplokan orang kafir dan dijadikan alat sumpah setia.
Di air besar muncul suatu peningkatan . beberapa orang menerima air baptisan. Dalam tahun ini sekitar 20 orang diterima sebagai anggota sidi baru. Seorang pembantu yang berasal dari penduduk asli diangkat untuk membantu guru setempat. Berdasarkan semuanya ini, ternyata bahwa terjadi banyak perubahan. Anak-anak sekolah minta dibaptis,juga penduduk di pedalaman mandiwa, Teluk arguni mengusulkan agar memiliki sekolah dan guru sendiri. Dengan demikian dalam waktu singkat perlu banyak sekolah dan guru.
Mengenai serah terima daerah kapaur dan kaimana pada tahun 1929 adalah sebagai berikut: Dalam bulan oktober Ds. Van Ostrom Soede dengan pendeta pembantu Hessing mengunjungi fakfak, ia membicarakan daerah-daerah sekitar kaimana yang belum dikuasai U.Z.V. Masalah ini disebabkan karena adanya aksi dari pihak Misi Katholik.
Pada konverensi di kokas yang dihadiri juga oleh pendeta penginjil Wetstein, telah diputuskan bahwa U.Z.V. tidak berkeberatan dan menyetujui usul dari Indische Kerk. Hasil konverensi selanjutnya ialah bahwa pihak U.Z.V. mengusulkan agar Indische kerk mau mengambil alih daerah fakfakdan kaimana seluruhnya. Wakil dari Indische Kerk menyetujui usul tersebut  dan segera disusun laporan mengenai hasil pembicaraan itu, lalu dikirimkan kepada pimpinan pusat U.Z.V. dan tembusan dikirimkan kepada konsultat Zendingdan ketua konverensi dari New Guinea.
Indische Kerk menempatkan di resort Kapaur sejumlah 8 orang guru sedangkan disekitar kaimana sejumlah 13 guru.
Dalam bulan mei 1939  U.Z.V. dan Indische kerk telah memutuskan bahwa dalam kedua resort itu akan diserahkan kepada Indische Kerk yang mempunyai wewenang dalam searah terima yang sebenarnya adalah ketua para pendeta dari maluku disuatu pihak dan ketika konverensi dilain pihak. Untuk maksud tersebut Ds. Van Oostrom Soede datang di fakfak dimana secara praktis sebagian dari penyerahan dilaksanakan, sedangkan berkas-berkasnya dibawa ke Ambon untuk ditandatangani oleh U.Z.V. yang diwakili oleh pendeta penginjil Van Hasselet.   

C. PENUTUP

    1. Kesimpulan
            Walaupun daerah Kapaursebelumnya telah dikuasa oleh raja-raja yang telah memelik agama Islam, namun agama Kristen yang dibawa masuk ke daerah ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Banyak pendeta dan penginjil yang dikirim ke daerah ini untuk melayani dan menyebarkan Injil, meskipun dikatakan bahwa bahwa agama Kristen dapat tumbuh dan berkembang namun perkembangannya tidak berjalan dengan mulus. Para pendeta dan penginjil yang datang harus berjuang menghadapi tantangan yang datang dari penduduk asli daerah ini. Mereka dicurigai dan di mata-matai oleh para raja, mereka juga harus menghadapi tantangan lain yaitu medan daerah Kapauryang sangat sulit.    
  



PASTORAL






OLEH


NAMA              : Erick Etwiory
NIM                   :09.10.272
SEMESTER     : VII (TUJUH)
JURUSAN        : TEOLOGIA


 DOSEN PENYAJI


Pdt. M. Sawi, M.Th




SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA GPI PAPUA FAKFAK
2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar