A. LATAR BELAKANG
Jazirah onin yang
disebut kapaur terdiri dari berbagai kerajaan kecil, daerah ini dimiliki oleh
raja-raja ati-ati,fatagar, Wartuar, Sekar, Pikpik, Patipi, Rumbati, dan
Arguni.
Pada umumnya daerah
ini dikuasai oleh para pendatang, maksudnya
bahwa ada raja – raja yang berasal dari luar Irian yang bukan penduduk
asli. Daerah kapaur disukai oleh para pedagang karena adanya hutan pala. Bertahun
– tahun sebelum adanya pusat pemerintahan, para pedagang lebih dahulu telah
datang ke daerah ini, seperti pedagang – pedagang ceram, Gorom, Bugis,
Makassar, Arab dan Cina.
Sebelum tahun 1889
para raja dan pedagang dapat berbuat sekehendaknya saja, karena belum ada
pemerintahan yang teratur didaerah ini. Para pedagang semakin bermunculan di
daerah ini, karena pala dan cendrawasih memberi daya tarik. Banyak hasil yang
dimiliki penduduk, sehingga para pedagang tidak segan – segan memberi panjar
yang besar. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam bidang perdagangan
B.
ISI
Orang Ceram juga mempunyai pengaruh yang besar
di jazirah onim.Karena kebanyakan dari mereka kawin dengan kaum wanitanya dan
juga banyak pemuda ceram yang mengawini wanita kapaur. Bout menulis bahwa semua
suku tersebut berdiam di kampung – kampung yang menjadi pusat perdagangan.
Karena kaum wanita di daerah kapaur lebih sedikit dari jumlah pria, maka banyak
wanita didatangkan dari daerah luar. Hal ini juga disebabkan karena orang
Kapaur berani membayar mas kawin dengan nilai besar. Perkawinan pada waktu itu
dapat disamakan dengan persetujuan dalam perdagangan, setiap orang bisa
mendapatkan anak perempuan asalkan ia telah membayarnya. Karena itu setiap
orang dapat kawin lebih dari satu isteri asalkan ia mempunyai uang yang banyak.
Dalam
keadaan yang demikian sukar sekali bagi zending untuk bekerja. Sangatlah sulit
bagi penginjil Bout untuk berhubungan dengan suku-suku di daerah Kapaur. Setiap
melakukan perjalanan di daerah Kapaur, ia selalu diikuti oleh mata-mata raja.
Namun dengan datangnya Van Muijlwijk, maka penginjilan di Kapaur menjadi lebih
intensif.
Pada
tahun 1920 beberapa orang di daerah Kapaur meminta untuk membuka sekolah,yang
pada tahun-tahun sebelumnya (1918 dan 1919) telah ditutup karena tidak mendapat
subsidi. Pada tahun 1922 sekolah-sekolah di Air Besar dan Kokas kembali
mendapatkan subsidi. Pada tahun 1923, beberapa anak laki-laki, yang telah lama
bekerja pada para penginjil dibaptis, melalui anak-anak ini para penginjil
mulai melakukan kontak dengan penduduk di daerah pedalaman.
Pada
tahun 1924, sekolah-sekolah di air besar dan Kokasmasih berjalan walaupun
kurang memuaskan. Dalam tahun ini juga, beberapa kampung: Sakartemin,
Danaweria, dan Werba, kaimana dan Mimika meminta untuk mendirikan sekolah pada
daerah mereka.
Pada
tahun 1925 pihak missi Katholik mulai berusaha kembali untuk melakukan
penginjilan di bagian Barat Irian Jaya
Pada
tahun 1925 pihak missi Katholik mulai berusaha kembali untuk melakukan
penginjilan di bagian Barat Irian Jaya. Pihak misi mengirim secara bergiliran
beberapa pastor dari ambon untuk mengadakan pelayanan rohani. Unutk maksud
tersebut pastor harus tinggal di Fakfak beberapa minggu dan sebelumnya telah
melaporkan diri kepada penduduk kampung. Kemudian pastor mulai mengadakan
kunjungan ke beberapa kampung dan bermaksud membuka tiga sekolah di tiga
kampung, walaupun rencana tersebut bertentangan dengan artikel123RR (REGERINGS
REGLEMENT) yang isinya menyatakan bahwa pihak Misi Katholik dilarang beroperasi
di daerah irian jaya sebelah barat. Kegiatan ini dilporkan kepada pemerintah,
sehingga rencana pembangunan sekolah digagalkan.
Pada
tahun yang samapun (1925), Indische Kerk dan U.Z.V telah memutuskan bahwa
pelayananjemaat fakfak diserahkan kepada pendeta penginjilyang berdiam di
fakfak. Belanda kurang menyetujui jika pendeta hanya terikat dengan jemaat di
fakfak.indische Kerk lalu membuka daerah pelayanannya di kaimana. Mereka
membuka sekolah dan diserahkan kepada U.Z.V. Pada awalnya, sekolah itu hanya
diperuntukan kepada orang kristen dan pedagang, tetapi kemudian anak – anak di
daerah sekitar Kaimana mulai mengunjungi sekolah itu juga. Tidak hanya di
Kaimana, di pasir putih juga dibangun sekolah. Banyak anak yangbersekolah
tetapi pada akhirnya berkurang disebabkan adanya hasutan kepada penduduk dari
seorang rekan pastor.
Dalam satu setengah tahun terakhir banyak
orang yang mengikuti pelajaran agama dan katekisasi. Lalu 60 orang dibaptis.
Mereka ini adalah orang – orang Kapaur yang pertama menjadi kristen.
Sejak tahun 1925 telah ditetapkan, bahwa
jemaat Fakfak akan diserahkan kapada U.Z.V. tetapi baru pada tanggal 1 Januari
1926 penyerahan itu diadakan.
Dalam
tahun itu panitia pembangunan gereja dibentuk. Program mereka berbunyi: MULA-MULA MENGUMPULKAN UANG LALU MULAI MEMBANGUN. Pada saat itu jemaat Fakfak telah menabung uang, sehingga itu menjadi
modal dasar. Selain itu, banyak kegiatan rohani yang berjalan baik. Misalnya
terlaksananya sekolah minggu, kunjungan kepada orang – orang sakit oleh istri
pendeta, dan pekerjaan tangan untuk anak – anak kristen dan islam. Namun
keadaan di daerah kapaur dalam tahun ini tidaklah baik, karena perdagangan
berjalan tidaklah lancar. Berburu burung cendrawasih dilarang dan harga pala
menurun. Ini disebabkan pemerintah tidak mempedulikan para pemetik pala. Panen
pala diserahkan sepenuhnya kepada para pedagang. Akibatnya harga pala turun
dengan demikian untuk mendapatkan nama baik mengenai kualitas pala memakan
waktu yang lama.
Akibat
perdagangan yang mulai dingin itu, penduduk mulai mengolah kebun mereka
kembali.Hal ini mengakibatkan kegiatan sekolah dan rohani tidak berjalan
lancar. Terutama di pasir putih, penduduk dihasut untuk menentang guru guru
yang ditempatkan disitu. Pihak katholik juga mengadakan propaganda terhadap
agamanya. Kegiatan ini dilakukan oleh orang – orang kei yang beragama katholik,
yang ke kampung – kampung membantu pedagang Cina memetik pala.
Pada
permulaan tahun 1927, pembangunan di daerah kapaur tidaklah berjalan lancar.
Walaupun begitu, 2 gedung sekolah dapat dibangun di danaweria dan werba.
Kemudian
keonverensi para pendeta injil tahun1929, memutuskan agar kegiatan didaerah kapaur dan kaimana lebih
ditingkatkan lagi.di kaimana perlu ditempatkan seorang guru besar untuk
mengawasi kegiatan guru-guru dan mengadakan kontak dengan suku-suku di barbagai
daerah. Kaimana tetap dikelola oleh pendeta penginjil dari Kapaur.
Pihak
misi katholik mulai mengadakan kegiatan di daerah kapaur. Pastor menjadi
semacam tukang sulap. Mereka menjanjikan akan tiba sebuah kapal besar yang
memuat hasil-hasil yang bagus dari negeri belanda , yang akan dibagi-bagikan
kepada semua penduduk. Mereka yang bekerja sekolah menerima beras dan tembakau.
Begitupun topi bambu dan piring secara cuma-cuma.
Dirumah
– rumah pendudukditempel gambar-gambat Maria yang dinyatakan sebagai tanda
mata. Penduduk yang masih kafir tak berani melepaskan gambar tersebut dari
dinding rumah. Kegiatan semacam ini merupakan pencaplokan orang kafir dan
dijadikan alat sumpah setia.
Di
air besar muncul suatu peningkatan . beberapa orang menerima air baptisan.
Dalam tahun ini sekitar 20 orang diterima sebagai anggota sidi baru. Seorang pembantu
yang berasal dari penduduk asli diangkat untuk membantu guru setempat.
Berdasarkan semuanya ini, ternyata bahwa terjadi banyak perubahan. Anak-anak
sekolah minta dibaptis,juga penduduk di pedalaman mandiwa, Teluk arguni
mengusulkan agar memiliki sekolah dan guru sendiri. Dengan demikian dalam waktu
singkat perlu banyak sekolah dan guru.
Mengenai
serah terima daerah kapaur dan kaimana pada tahun 1929 adalah sebagai berikut:
Dalam bulan oktober Ds. Van Ostrom Soede dengan pendeta pembantu Hessing mengunjungi
fakfak, ia membicarakan daerah-daerah sekitar kaimana yang belum dikuasai
U.Z.V. Masalah ini disebabkan karena adanya aksi dari pihak Misi Katholik.
Pada
konverensi di kokas yang dihadiri juga oleh pendeta penginjil Wetstein, telah
diputuskan bahwa U.Z.V. tidak berkeberatan dan menyetujui usul dari Indische
Kerk. Hasil konverensi selanjutnya ialah bahwa pihak U.Z.V. mengusulkan agar
Indische kerk mau mengambil alih daerah fakfakdan kaimana seluruhnya. Wakil
dari Indische Kerk menyetujui usul tersebut
dan segera disusun laporan mengenai hasil pembicaraan itu, lalu
dikirimkan kepada pimpinan pusat U.Z.V. dan tembusan dikirimkan kepada
konsultat Zendingdan ketua konverensi dari New Guinea.
Indische
Kerk menempatkan di resort Kapaur sejumlah 8 orang guru sedangkan disekitar
kaimana sejumlah 13 guru.
Dalam
bulan mei 1939 U.Z.V. dan Indische kerk
telah memutuskan bahwa dalam kedua resort itu akan diserahkan kepada Indische
Kerk yang mempunyai wewenang dalam searah terima yang sebenarnya adalah ketua
para pendeta dari maluku disuatu pihak dan ketika konverensi dilain pihak.
Untuk maksud tersebut Ds. Van Oostrom Soede datang di fakfak dimana secara
praktis sebagian dari penyerahan dilaksanakan, sedangkan berkas-berkasnya
dibawa ke Ambon untuk ditandatangani oleh U.Z.V. yang diwakili oleh pendeta
penginjil Van Hasselet.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Walaupun daerah Kapaursebelumnya
telah dikuasa oleh raja-raja yang telah memelik agama Islam, namun agama
Kristen yang dibawa masuk ke daerah ini dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Banyak pendeta dan penginjil yang dikirim ke daerah ini untuk melayani
dan menyebarkan Injil, meskipun dikatakan bahwa bahwa agama Kristen dapat
tumbuh dan berkembang namun perkembangannya tidak berjalan dengan mulus. Para
pendeta dan penginjil yang datang harus berjuang menghadapi tantangan yang
datang dari penduduk asli daerah ini. Mereka dicurigai dan di mata-matai oleh
para raja, mereka juga harus menghadapi tantangan lain yaitu medan daerah
Kapauryang sangat sulit.
PASTORAL
OLEH
NAMA : Erick Etwiory
NIM :09.10.272
SEMESTER : VII (TUJUH)
JURUSAN : TEOLOGIA
DOSEN PENYAJI
Pdt. M. Sawi, M.Th
SEKOLAH
TINGGI TEOLOGIA GPI PAPUA FAKFAK
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar