Selasa, 08 September 2015

Dewan Gereja Sedunia (DGD)



Dewan Gereja-gereja se-Dunia (bahasa Inggris: World Council of Churches, bahasa Perancis: Conseil œcuménique des Églises, bahasa Jerman: Ökumenische Rat der Kirchen, bahasa Spanyol: Consejo Mundial de Iglesias) adalah perhimpunan Gereja-gereja yang paling luas dan paling inklusif di antara banyak gerakan ekumenis lainnya yang bertujuan untuk membentuk kesatuan di antara umat Kristen.
DGD saat ini mempunyai anggota yang jumlahnya lebih dari 340 Gereja dan denominasi di lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan mewakili sekitar 550 juta orang Kristen. Gereja-gereja anggota Dewan ini terdiri dari berbagai tradisi seperti Anglikan, Baptis, Lutheran, Methodis, dan Reformasi, serta banyak gereja independen atau bersatu lainnya. Gereja-gereja pendiri DGD pada awalnya kebanyakan adalah gereja-gereja yang terletak di Eropa dan Amerika Utara, namun kini kebanyakan anggotanya berada di Afrika, Asia, Karibia, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Pasifik.
Sejarah
DGD terbentuk pada Sidang Rayanya yang pertama di Amsterdam, Belanda, pada 23 Agustus 1948. Pembentukan ini terjadi ketika dua kelompok ekumenis, Hidup dan Karya dan Iman dan Tata Gereja bergabung pada sidang yang pertama itu. Kelompok yang ketiga, sebuah gerakan misionaris yang terbentuk pada Sidang Misi Internasional (IMC), bergabung pada Sidang Raya yang ketiga di New Delhi, India pada 1961. Kelompok yang keempat, yaitu Dewan Pendidikan Kristen se-Dunia (WCCE), bergabung melalui penyatuan DGD dengan dewan tersebut pada 1971.
Seruan penyatuan
Pada 1920, Patriarkhat Ekumenis di Konstantinopel menjadi gereja pertama yang menyerukan dibentuknya badang persekutuan dan kerja sama "semua gereja", sebuah "persekutuan gereja" (koinonia ton ekklesion) yang sebanding dengan Liga Bangsa-bangsa (koinonia ton ethnon) yang terbentuk setelah Perang Dunia I. Seruan yang sama juga muncul dari para pimpinan gereja dunia, seperti Uskup Agung Nathan Söderblom (Swedia), seorang pendiri Hidup dan Karya (1925), dan J.H. Oldham (Britania), seorang pendiri Dewan Misi Internasional (1921).
Pada Juli 1937, menjelang konferensi dunia Hidup dan Karya di Oxford dan Iman dan Tata Gereja di Edinburgh, para wakil dari kedua gerakan ini bertemu di London dan memutuskan untuk mempersatukan kedua gerakan ini serta membentuk sebuah sidang yang sepenuhnya representatif dari Gereja-gereja yang mau ikut serta.
Organisasi yang baru diusulkan ini ditetapkan "tidak akan mempunyai kuasa untuk membuat peraturan bagi gereja-gereja atau membuat mereka melakukan sesuatu tanpa persetujuan mereka; namun agar organisasi mempunyai peran yang efektif, ia harus memperoleh respek dari Gereja-gereja dalam begitu rupa sehingga orang-orang yang paling berpengaruh di dalam kehidupan gereja-gereja akan bersedia menyediakan waktu dan menyumbangkan pikirannya untuk karyanya." Organisasi ini juga harus melibatkan orang-orang awam yang memegang "jabatan-jabatan yang bertanggung jawab dan berpengaruh dalam dunia sekular," serta ditopang oleh "staf yang memiliki kecerdasan terbaik." S. McCrea Cavert (AS) mengusulkan nama "World Council of Churches" (Dewan Gereja-gereja se-Dunia).
Persiapan
Konferensi Oxford dan Edinburgh menerima usul ini dan masing-masing menunjuk tujuh orang anggota untuk membentuk Komisi yang terdiri atas 14 orang, yang kemudian berapat di Utrecht pada Mei 1938. Kelompok ini kemudian menjadi komisi sementara yang bertanggung jawab atas pembentukan DGD.
William Temple (uskup agung York, dan belakangan Canterbury) ditunjuk sebagai ketuanya, sementara W.A. Visser 't Hooft (Belanda) sekretaris jenderalnya. Komisi sementara ini membentuk sebuah dasar yang kuat bagi DGD dengan memecahkan masalah-masalah konstitusional tentang dasar, otoritas dan strukturnya. Pada Oktober-November 1938, Komisi ini mengirim undangan resmi kepada 196 gereja, dan Temple menulis sebuah surat pribadi kepada sekretaris negara Vatikan.
Pada konferensinya di Tambaram, (India) pada 1938 Dewan Misi International (IMC) menyatakan minatnya terhadap rencana pembentukan DGD namun tetap melanjutkan dirinya sebagai organisasi yang terpisah. Sejumlah perhimpunan misi yang menjadi anggota IMC tidak berminat untuk menjadi anggota DGD dan menempatkan dirinya di bawah kontrol gereja-gereja. Ada pula kekhawatiran bahwa gereja-gereja di Amerika Utara dan Eropa tidak akan memberikan gereja-gereja yang lebih muda di tempat lain tempat yang selayaknya mereka dapatkan. Namun demikian IMC menolong masuknya gereja-gereja ini menjadi anggtoa DGD, menjadi mitranya pada 1948, dan akhirnya bergabung pada 1961.
Perang Dunia II
Pada 1939 Komisi Sementara ini merencanakan Sidang Raya DGD yang pertama pada Agustus 1941, namun pecahnya Perang Dunia II menghalangi hal itu. Antara 1940-1946, Komisi Sementara ini tidak dapat berfungsi secara normal, tetapi anggota-anggotanya serta orang-orang lainnya tetap mengadakan pertemuan-pertemuan di Amerika Serikat, Inggris dan Swiss. Di bawah pimpinan Visser ‘t Hooft di Jenewa selama perang berkecamuk, sejumlah aktivitas ikut memberikan kesaksian gereja yang melampaui batas-batas kebangsaan: pelayanan rohani kepada militer, pelayanan kepada para tawanan perang, bantuan kepada orang-orang Yahudi dan para pengungsi] lainnya, penyaluran informasi kepada gereja-gereja, dan persiapan melalui kontak dengan para pemimpin Kristen dari semua pihak untuk mengadakan rekonlisiasi dan bantuan antar-gereja setelah perang berakhir. Setelah perang usai
Setelah perang, Komisi Sementara bertemu kembali di Jenewa (1946) dan di Buck Hills, Pennsylvania (1947). Komisi ini menegaskan bahwa tragedi perang telah mendorong tekad gereja-gereja untuk mewujudkan persekutuan rekonsiliasi mereka. Pada 1948, 90 gereja-gereja telah menyatakan menerima undangan untuk bergabung dengan DGD.
Pertimbangan-pertimbangan yang muncul belakangan tentang representasi dan keanggotaan DGD mengakibatkan pertimbangan ulang tentang jumlah anggota dan perwakilan yang memadai menurut tradisi konfesi dan geografi. Persyaratan utama adalah persetujuan dengan dasar Dewan yang akan dibentuk. Syarat-syarat lainnya adalah: otonomi gereja, kestabiltan dan ukurannya yang layak, serta hubungannya yang baik dengan gereja-gereja lainnya. Meskipun sebagian lebih menyukai agar Dewan terdiri terutama dari dewan gereja-gereja nasional ataupun dewan konfesional gereja sedunia (semisal Lutheran, Ortodoks, Baptis dan lain-lain), akhirnya disepakati bahwa DGD harus berhubungan langsung dengan gereja-gereja nasional dan dengan demikian keanggotaannya akan terdiri dari, misalnya, Gereja Methodis di Britania Raya, Gereja Episkopal Methodis, AS, Gereja Methodis Afrika Selatan, dll. Dewan-dewan konfesional sedunia, dewan gereja-gereja nasional serta dewan ekumenis internasional dapat diundang untuk mengutus wakil-wakil mereka di persidangan yang pertama, namun hanya akan memiliki status pengamat yang tidak mempunyai hak suara.
Ketika Sidang Raya pertama dibuka pada 22 Agustus 1948, 147 gereja yang hadir dari 44 negara mewakili praktis semua keluarga konfesional di lingkungan dunia Kristen, kecuali Gereja Katolik Roma. Pada hari berikutnya Dewan menerima konstitusi DGD, dan organisasi yang baru terbentuk itu mengeluarkan pesannya:
"Kristus telah menjadikan kita miliknya, dan ia tidak terbagi. Dalam mencari dia, kita menemukan sesama kita. Di sini di Amsterdam kita memperbarui komitmen kita kepadanya, dan telah membuat perjanjian satu sama lain dalam membentuk Dewan Gereja-gereja se-Dunia. Kita bermaksud untuk tetap bersama-sama."
[sunting] Sekretaris Jenderal
Enam orang presiden dan presiden kehormatan DGD dipilih pada Sidang Raya pertama di Amsterdam pada 1948. Sekretaris Jenderal DGD sejak pembentukannya hingga sekarang adalah:
  • W.A. Visser 't Hooft (1900-1985) (Belanda), dari Gereja Hervormd Belanda, menjabat 1948-1966.
  • Eugene Carson Blake (1906-1985) (Amerika Serikat), dari United Presbyterian Church in the USA, menjabat 1966-1972.
  • Philip A. Potter (1921- ) (Hindia Barat), dari Gereja Methodis, menjabat 1972-84.
  • Emilio Castro (1927- ) (Uruguay), dari Gereja Methodis Injili Uruguay, menjabat 1985-92.
  • Konrad Raiser (1938- ) (Jerman), dari Gereja Protestan Jerman, menjabat 1993-2003.
  • Samuel Kobia (1947- ) (Kenya), dari Gereja Methodis Kenya, menjabat sejak 2004.
Sidang Raya
Sidang Raya DGD telah diselenggarakan sembilan kali, yaitu:
  • Sidang Raya I dengan tema "Kekacauan Manusia dan Rancangan Allah" di Amsterdam (1948)
  • Sidang Raya II dengan tema "Kristus - Pengharapan Dunia" di Evanston, Illinois, (Amerika Serikat) (1954)
  • Sidang Raya III dengan tema "Kristus Terang Dunia" di New Delhi, (India) (1961)
  • Sidang Raya IV dengan tema "Lihatlah, Aku Jadikan Semuanya Baru" di Uppsala, (Swedia) (1968)
  • Sidang Raya V dengan tema "Yesus Kristus Membebaskan dan Mempersatukan", di Nairobi, (Kenya) (1975)
  • Sidang Raya VI dengan tema "Yesus Kristus - Terang Dunia" di Vancouver, (Kanada) (1983)
  • Sidang Raya VII dengan tema "Datanglah ya Roh Kudus - Perbaruilah Seluruh Ciptaan", di Canberra, (Australia) (1991)
  • Sidang Raya VIII, dengan tema "Berbaliklah kepada Allah - Bersukacitalah di dalam Pengharapan", di Harare (Zimbabwe) (1999)
  • Sidang Raya IX dengan tema "Ya Allah, di dalam Anugerah-Mu, Perbaruilah Dunia", di Porto Alegre, (Brasil) (2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar