Dewan Gereja-gereja se-Dunia (bahasa Inggris: World Council of
Churches, bahasa Perancis: Conseil œcuménique des Églises, bahasa Jerman: Ökumenische Rat der
Kirchen, bahasa Spanyol: Consejo Mundial de Iglesias) adalah perhimpunan
Gereja-gereja yang paling luas dan paling inklusif di antara banyak gerakan ekumenis lainnya yang bertujuan untuk membentuk kesatuan di
antara umat Kristen.
DGD saat ini mempunyai anggota yang jumlahnya lebih dari
340 Gereja dan denominasi di lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan
mewakili sekitar 550 juta orang Kristen. Gereja-gereja anggota Dewan ini
terdiri dari berbagai tradisi seperti Anglikan, Baptis, Lutheran, Methodis, dan Reformasi, serta banyak gereja independen atau bersatu lainnya.
Gereja-gereja pendiri DGD pada awalnya kebanyakan adalah gereja-gereja yang
terletak di Eropa dan Amerika Utara, namun kini kebanyakan
anggotanya berada di Afrika, Asia, Karibia, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Pasifik.
Sejarah
DGD terbentuk pada Sidang Rayanya yang pertama di Amsterdam, Belanda, pada 23 Agustus 1948. Pembentukan ini terjadi ketika dua kelompok ekumenis, Hidup
dan Karya dan Iman dan Tata Gereja bergabung pada sidang yang pertama itu. Kelompok yang
ketiga, sebuah gerakan misionaris yang terbentuk pada Sidang Misi Internasional
(IMC), bergabung pada Sidang Raya yang ketiga di New
Delhi, India pada 1961. Kelompok
yang keempat, yaitu Dewan Pendidikan Kristen se-Dunia (WCCE), bergabung melalui
penyatuan DGD dengan dewan tersebut pada 1971.
Seruan
penyatuan
Pada 1920, Patriarkhat
Ekumenis di Konstantinopel menjadi gereja pertama yang menyerukan dibentuknya
badang persekutuan dan kerja sama "semua gereja", sebuah
"persekutuan gereja" (koinonia ton ekklesion) yang sebanding
dengan Liga Bangsa-bangsa (koinonia ton ethnon) yang terbentuk setelah Perang Dunia I. Seruan yang sama juga
muncul dari para pimpinan gereja dunia, seperti Uskup Agung Nathan Söderblom (Swedia), seorang pendiri Hidup dan Karya (1925), dan J.H. Oldham (Britania), seorang
pendiri Dewan Misi Internasional (1921).
Pada Juli 1937,
menjelang konferensi dunia Hidup dan Karya di Oxford dan Iman dan Tata Gereja di Edinburgh, para wakil dari kedua gerakan ini bertemu di London dan memutuskan untuk mempersatukan kedua gerakan ini
serta membentuk sebuah sidang yang sepenuhnya representatif dari Gereja-gereja
yang mau ikut serta.
Organisasi yang baru
diusulkan ini ditetapkan "tidak akan mempunyai kuasa untuk membuat
peraturan bagi gereja-gereja atau membuat mereka melakukan sesuatu tanpa
persetujuan mereka; namun agar organisasi mempunyai peran yang efektif, ia
harus memperoleh respek dari Gereja-gereja dalam begitu rupa sehingga
orang-orang yang paling berpengaruh di dalam kehidupan gereja-gereja akan
bersedia menyediakan waktu dan menyumbangkan pikirannya untuk karyanya."
Organisasi ini juga harus melibatkan orang-orang awam yang memegang
"jabatan-jabatan yang bertanggung jawab dan berpengaruh dalam dunia
sekular," serta ditopang oleh "staf yang memiliki kecerdasan
terbaik." S. McCrea Cavert (AS) mengusulkan nama "World Council of
Churches" (Dewan Gereja-gereja se-Dunia).
Persiapan
Konferensi Oxford dan
Edinburgh menerima usul ini dan masing-masing menunjuk tujuh orang anggota
untuk membentuk Komisi yang terdiri atas 14 orang, yang kemudian berapat di Utrecht pada Mei 1938. Kelompok ini kemudian menjadi komisi
sementara yang bertanggung jawab atas pembentukan DGD.
William Temple (uskup agung York, dan belakangan Canterbury) ditunjuk sebagai ketuanya, sementara W.A.
Visser 't Hooft (Belanda) sekretaris jenderalnya. Komisi sementara ini membentuk
sebuah dasar yang kuat bagi DGD dengan memecahkan masalah-masalah
konstitusional tentang dasar, otoritas dan strukturnya. Pada Oktober-November
1938, Komisi ini mengirim undangan resmi kepada 196 gereja, dan Temple menulis
sebuah surat pribadi kepada sekretaris negara Vatikan.
Pada konferensinya di Tambaram, (India) pada 1938 Dewan Misi International (IMC) menyatakan minatnya
terhadap rencana pembentukan DGD namun tetap melanjutkan dirinya sebagai
organisasi yang terpisah. Sejumlah perhimpunan misi yang menjadi anggota IMC
tidak berminat untuk menjadi anggota DGD dan menempatkan dirinya di bawah
kontrol gereja-gereja. Ada pula kekhawatiran bahwa gereja-gereja di Amerika
Utara dan Eropa tidak akan memberikan gereja-gereja yang lebih muda di tempat
lain tempat yang selayaknya mereka dapatkan. Namun demikian IMC menolong
masuknya gereja-gereja ini menjadi anggtoa DGD, menjadi mitranya pada 1948, dan
akhirnya bergabung pada 1961.
Perang
Dunia II
Pada 1939 Komisi
Sementara ini merencanakan Sidang Raya DGD yang pertama pada Agustus 1941,
namun pecahnya Perang Dunia II menghalangi hal itu. Antara 1940-1946, Komisi Sementara
ini tidak dapat berfungsi secara normal, tetapi anggota-anggotanya serta
orang-orang lainnya tetap mengadakan pertemuan-pertemuan di Amerika Serikat,
Inggris dan Swiss. Di bawah pimpinan Visser ‘t Hooft di Jenewa selama perang
berkecamuk, sejumlah aktivitas ikut memberikan kesaksian gereja yang melampaui
batas-batas kebangsaan: pelayanan rohani kepada militer, pelayanan kepada para
tawanan perang, bantuan kepada orang-orang Yahudi dan para pengungsi] lainnya, penyaluran informasi kepada gereja-gereja, dan
persiapan melalui kontak dengan para pemimpin Kristen dari semua pihak untuk
mengadakan rekonlisiasi dan bantuan antar-gereja setelah perang berakhir. Setelah
perang usai
Setelah perang, Komisi
Sementara bertemu kembali di Jenewa (1946) dan di Buck Hills, Pennsylvania (1947). Komisi ini
menegaskan bahwa tragedi perang telah mendorong tekad gereja-gereja untuk
mewujudkan persekutuan rekonsiliasi mereka. Pada 1948, 90 gereja-gereja telah
menyatakan menerima undangan untuk bergabung dengan DGD.
Pertimbangan-pertimbangan
yang muncul belakangan tentang representasi dan keanggotaan DGD mengakibatkan
pertimbangan ulang tentang jumlah anggota dan perwakilan yang memadai menurut
tradisi konfesi dan geografi. Persyaratan utama adalah persetujuan dengan dasar
Dewan yang akan dibentuk. Syarat-syarat lainnya adalah: otonomi gereja,
kestabiltan dan ukurannya yang layak, serta hubungannya yang baik dengan
gereja-gereja lainnya. Meskipun sebagian lebih menyukai agar Dewan terdiri
terutama dari dewan gereja-gereja nasional ataupun dewan konfesional gereja
sedunia (semisal Lutheran, Ortodoks, Baptis dan lain-lain), akhirnya disepakati
bahwa DGD harus berhubungan langsung dengan gereja-gereja nasional dan dengan
demikian keanggotaannya akan terdiri dari, misalnya, Gereja Methodis di
Britania Raya, Gereja Episkopal Methodis, AS, Gereja Methodis Afrika Selatan,
dll. Dewan-dewan konfesional sedunia, dewan gereja-gereja nasional serta dewan
ekumenis internasional dapat diundang untuk mengutus wakil-wakil mereka di
persidangan yang pertama, namun hanya akan memiliki status pengamat yang tidak
mempunyai hak suara.
Ketika Sidang Raya
pertama dibuka pada 22 Agustus 1948, 147 gereja yang hadir dari 44 negara mewakili praktis
semua keluarga konfesional di lingkungan dunia Kristen, kecuali Gereja Katolik
Roma. Pada hari berikutnya Dewan menerima konstitusi DGD, dan organisasi yang
baru terbentuk itu mengeluarkan pesannya:
"Kristus telah menjadikan kita miliknya, dan ia
tidak terbagi. Dalam mencari dia, kita menemukan sesama kita. Di sini di
Amsterdam kita memperbarui komitmen kita kepadanya, dan telah membuat
perjanjian satu sama lain dalam membentuk Dewan Gereja-gereja se-Dunia. Kita
bermaksud untuk tetap bersama-sama."
Enam orang presiden dan presiden
kehormatan DGD dipilih pada Sidang Raya pertama di Amsterdam pada 1948.
Sekretaris Jenderal DGD sejak pembentukannya hingga sekarang adalah:
- W.A. Visser 't Hooft (1900-1985) (Belanda), dari Gereja Hervormd Belanda, menjabat 1948-1966.
- Eugene Carson Blake (1906-1985) (Amerika Serikat), dari United Presbyterian Church in the USA, menjabat 1966-1972.
- Philip A. Potter (1921- ) (Hindia Barat), dari Gereja Methodis, menjabat 1972-84.
- Emilio Castro (1927- ) (Uruguay), dari Gereja Methodis Injili Uruguay, menjabat 1985-92.
- Konrad Raiser (1938- ) (Jerman), dari Gereja Protestan Jerman, menjabat 1993-2003.
- Samuel Kobia (1947- ) (Kenya), dari Gereja Methodis Kenya, menjabat sejak 2004.
Sidang
Raya
Sidang Raya DGD telah
diselenggarakan sembilan kali, yaitu:
- Sidang Raya I dengan tema "Kekacauan Manusia dan Rancangan Allah" di Amsterdam (1948)
- Sidang Raya II dengan tema "Kristus - Pengharapan Dunia" di Evanston, Illinois, (Amerika Serikat) (1954)
- Sidang Raya III dengan tema "Kristus Terang Dunia" di New Delhi, (India) (1961)
- Sidang Raya IV dengan tema "Lihatlah, Aku Jadikan Semuanya Baru" di Uppsala, (Swedia) (1968)
- Sidang Raya V dengan tema "Yesus Kristus Membebaskan dan Mempersatukan", di Nairobi, (Kenya) (1975)
- Sidang Raya VI dengan tema "Yesus Kristus - Terang Dunia" di Vancouver, (Kanada) (1983)
- Sidang Raya VII dengan tema "Datanglah ya Roh Kudus - Perbaruilah Seluruh Ciptaan", di Canberra, (Australia) (1991)
- Sidang Raya VIII, dengan tema "Berbaliklah kepada Allah - Bersukacitalah di dalam Pengharapan", di Harare (Zimbabwe) (1999)
- Sidang Raya IX dengan tema "Ya Allah, di dalam Anugerah-Mu, Perbaruilah Dunia", di Porto Alegre, (Brasil) (2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar