Selasa, 08 September 2015

Yesus menurut Pengalaman saya. Kontekstualisasi



Tulisan garis hidup
“Yesus sebagai tempat sampah”


 








Oleh         : Erick. F. Etwiory
Jurusan   : Teologi Kependetaan
NIM          : 09-10-272
Tggl          : 16-november/2011
Tempat     : Fakfak Astheoratu










A. Pengantar

      Ada berbagai macam tanggapan, pendapat dan tafsiran mengenai Yesus. Memang wajar jika setiap generasi kristen berusaha meyelami arti Kristus, dan masing-masing menampilkannya melalui pengertian yang cocok bagi zaman dan kebudayaannya. Demikianlah dapat dilihat bahwa sosok Yesus di gambarkan sebagai raja, superstar, revolusioner, obat ajaib, tabib yang agung dan lain sebagainya. Itulah sebabnya kita perlu melukiskan atau menemukan lukisan yang tepat mengenai Yesus. Dalam konfrensi Lausane, disebut Kristus yang historis dan alkitabiah. Statusnya sebagai hamba dan statusnya sebagai raja. PenitisanNya sebagai manusia biasa dan kepatuhan alam semesta kepadaNya selaku penguasa.[1]
 Problematika kehidupan adalah merupakan bagian dari realita yang harus dihadapi. Persoalan kehidupan tidak dapat dielakkan lagi, dan mau tidak mau harus dihadapi. Bagaikan memakan buah simalakama, makan mati tidak makan pun mati. Keberagaman persoalan, membuat sehingga segala hal kelihatan pelik dan sulit. Dalam keadaan yang demikian, sosok Yesus menjadi sangat penting, dan diandalkan guna menjadi solusi atas segala persoalan yang sementara dihadapi.
Sosok Yesus yang agung secara tidak langsung dipaksa untuk menyelesaikan keadaan yang kacau agar segalanya menjadi kondusif kembali. Yesus yang seharusnya menjadi penguasa malah dijadikan sebagai “tempat sampah” untuk menampung segala keluh-kesah, persungutan, rasa kesal, jengkel, marah, dan berbagai macam kotoran yang kita tumpuk sendiri. Memang inilah yang seringkali terjadi, bukankah Yesus hanya dicari, dipakai dan dibutuhkan ketika kita ada dalam persoalan?, ketika tumpukan “sampah” tidak sanggup lagi untuk di tampung?. Bahkan, kita juga sering menganggap bahwa “sampah” yang kita miliki berasal dari Yesus.
Memang selaku manusia kita memerlukan sebuah sosok yang dapat diandalkan ketika keadaan semakin terpuruk. Tetapi bukan berarti, hanya pada saat demikian barulah Yesus di butuhkan. Kesukacitaan, kebahagiaan, dan berbagai hal yang indah membuat kita terlena dan tertidur serta melupakan Yesus sejenak. Ketika keadaan berubah, kita baru sadar dan mencari-cari Yesus.
Perspektif seperti ini yang menurut penulis, bahwa secara tidak langsung telah menggambarkan “Yesus sebagai tempat sampah”. Disaat keadaan aman dan bersih Yesus dilupakan tetapi saat keadaan kacau dan kotor, barulah Yesus dicari dan dipergunakan untuk menata ulang situasi tersebut agar menjadi bersih dan asri sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam pandangan sebagai “tempat sampah” Yesus tidak pernah menolak semua kotoran yang kita perbuat di dunia ini, yakni pencabulan, keserahkaan, pertikaian, dsb, yang dilakukan untuk memuaskan hasrat manusiawi semata. Oleh sebab itu penulis mencoba  meretrospeksi hidup, yang tidak pernah lepas dari kotoran-kotoran duniawi, lewat tulisan sederhana ini dan akan membahasnya dalam bagian berikut.






     B. Gambaran Umum
Berbagai gambaran tentang Yesus telah disampaikan oleh setiap orang pada berbagai zaman berdasarkan pengalaman hidup dan tingkat pengetahuan yang telah diterima, seperti yang diterapkan dalam mata kuliah saya “Kontekstualisasi” maka saya selalu berpatokan kepada salah satu  yang dinyatakan oleh pemikiran St. Paulus, bahwa “Yesus sebagai kepala dan gereja sebagai tubuh Kristus (Kol 1:18).[2] Pengalaman kehidupan membentuk sebuah pemikiran baru, yang dapat dijadikan dasar atau patokan sebagai pengarah, guna menemukan makna hidup yang lebih baik. Kisah kehidupan yang dijalani penulis, membuat sebuah pemahaman baru dalam mendeskripsikan arti Yesus.
Berhubung dengan itu, maka penulis ingin menggambarkan sosok Yesus dalam hidup penulis selama berkuliah dilembaga STT GPI papua Fakfak dengan melalui pengalaman hidup yang sering ditemukan dalam Astheoratu maupun dalam lingkup pergaulan dan jemaat maka penulis memilih untuk menggambarkan Yesus dalam diri penulis lewat berbagai pengalaman tadi dengan, yakni “Yesus sebagai Tempat Sampah”. Tempat sampah merupakan ruang atau tempat dimana manusia menampung tiap barang dalam berbagai bentuk yang sudah tidak memiliki nilai kegunaanya lagi. Jenis-jenis barang yang dibuang adalah seperti barang bekas, barang yang sudah rusak, barang yang kadaluarsa, dan segala jenis barang yang sudah tidak berguna. Sampah sendiri merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.[3]
Karena fungsinya sebagai tempat penampungan barang yang tidak memiliki nilai kegunaan maka, keadaan atau ciri dari tempat sampah adalah merupakan tempat yang kotor, berbau busuk dan menjadi sarang kuman. Pernakah kita bayangkan jika tidak ada tempat sampah?, jika terjadi demikian maka yang ada hanyalah lingkumgan yang kotor dan dapat menimbulkan penyakit dari tiap sampah tertentu, sehingga kehidupan manusia tidak pernah tenang. Dibalik pertanyaan reflektif diatas, penulis menganggap bahwa ada unsur kesamaan dengan realitas kehidupan kekristenan, baik yang sering dilakukan dalam hidup penulis maupun yang sering nampak dalam kehidupan berjemaat.
Dari seluruh rangkaian sejarah kehidupan, telah terbukti bahwa manusia tidak mampu untuk menanggulangi beban dosa yang telah diperbuatnya. Kefasikan, kesombongan, dusta, dan berbagai macam “sampah” dosa, tak mampu lagi untuk dibersihkan jika hanya mengandalkan kekuatan manusiwi. Oleh sebab itu, melalui interfensiNya sendiri Allah menjelma menjadi manusia, melalui diri Yesus untuk menanggung segala “sampah”, agar manusia tidak binasa (Yoh 3: 16). Dalam penyataan diriNya sebagai manusia, Yesus merupakan sosok yang berbaur dengan siapa saja, khususnya dengan mereka yang tersisih dan terbuang. Mereka yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai “sampah” dan tidak layak untuk mendapat pengasihan. Tetapi, di mata Yesus malah orang seperti demikian yang menjadi pusat perhatianNya. Rupa Kristus yang begitu agung dari takhtaNya yang kudus masuk kedalam suatu wahana yang berbeda sekali dari tempat asalNya, masuk kedalam dunia yang lain dan mencemplungkan diri dalam tragedi dan keputusasaan dunia tersebut dengan tujuan menampung semua “sampah-sampah” dan merenovasi kembali relasi antara Allah dengan umatNya. Sejalan dengan pemikiran tersebut, menurut Kosuke Koyama, seorang teolog dari Jepang, mengatakan bahwa menemukan Yesus di pinggiran kehidupan. Yesus merupakan pusat dan senantiasa bergerak menuju pinggiran, dengan itu Yesus menyikapkan pikiran Allah, yang prihatin terhadap rakyat pinggiran.[4]
Kesulitan yang terjadi adalah bagian dari kehidupan. Kehidupan adalah suatu tindakan iman. Karena itu hidup berarti percaya dan percaya berarti berpengharapan. Terkait dengan judul dari tulisan ini maka penulis menganggap bahwa dalam situasi apapun Yesus merupakan pusat utama dan satu-satunya, baik dalam keadaan sukacita ataupun dukacita, susah atau senang, gampang atau sukar, bahagia ataupun menderita. Yesus mampu melindungi kita dari penderitaan atau memberi kekuatan yang tiada hentinya untuk menanggung penderitaan tersebut. Asalkan kita mau berserah diri utuh padaNya. Utuh dan bukan setengah!.
Tidak semua sampah tidak berguna. Ada beberapa macam sampah yang dapat di daur ulang dan memiliki nilai ekonomis. Fungsinya sebagai tempat penampungan barang yang tidak berguna membuatnya tidak mendapat perhatian yang khusus, dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat kebanyakan. Tetapi dibalik itu tempat sampah memiliki kegunaan yang sangat vital dalam kehidupan ini. Apakah yang akan terjadi jika tidak ada tempat sampah?. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk melihat peran dan fungsi tempat sampah yang sebenarnya. Siapa mengira bahwa tempat sampah merupakan salah satu tempat yang paling “Mulia”. Bagaimana tidak, eksistensinya menaungi jutaan ton sampah setiap hari yang menjadikan kawasan kota menjadi bersih. Keadaan kota yang rapi dan bersih akan terjadi apabila kota tersebut bebas dari berbagai macam sampah, dan hal itu dapat terlaksana dengan adanya tempat pembuangan sampah di berbagai pelosok kota. Kotor dan bau, merupakan ciri utama dari tempat sampah, tetapi karena itulah sehingga kelangsungan kehidupan yang bersih bisa terlaksana. Selain itu, ada juga beberapa warga yang menggantungkan hidupnya dengan cara mengais tempat sampah. Jadi dengan kata lain kehidupan perekonomian mereka ditunjang oleh tempat sampah. Ternyata dibalik tumpukan kotoran, tempat sampah juga memilki nilai penting dalam proses sirkulasi hidup. Gunungan sampah yang luas berdiri seperti nuansa perbukitan, jelas terlihat dari dusun tempat para pemulung mendirikan tempat tinggal. ini adalah hidup mereka untuk membangun keluarga dari serpihan barang yang terbuang. Tidak ada yang mubazir di dunia ini, walau benda itu bernama “Sampah”.
Di balik kemahakuasaanNya sebagai Tuhan dan penguasa alam semesta, Yesus hadir dan secara langsung merasakan apa yang di alami oleh umat manusia. Turut prihatin dan menghadapkaan wajahNya kepada dunia, membiarkan tanganNya lecet, kotor dan terkelupas akibat pengasihanNya yang tiada batas terhadap dunia ini. Melepaskan mahkotaNya sebagai raja dan merelakan diriNya untuk menanggung segala “sampah-sampah dosa” yang tidak mampu lagi dipikul manusia. Bahkan ketika kita lalai karena kesukacitaan sedang melanda, Yesus tetap setia mendengar setiap permohonan kita, disaat badai sedang mengamuk.
Perspektif yang kita bangun adalah perspektif “ingin senang saja, mau enaknya”, dan istilah yang lebih trendi lagi, “yang penting happy”. Budaya teknologi dewasa ini sangat mempengaruhi pertumbuhan sikap dan perilaku. Ketidakstabilan dan perubahan yang terus-menerus, pola hidup yang serba cepat dan tergesa-gesa membuat semakin banyak orang mengalami kecemasan hidup yang tidak tenang. Dalam budaya seperti ini, menurut Johan Suban Tukan umat kristiani membutuhkan:[5] sesuatu yang berlangsung terus dan bukan nilai sesaat saja, ketenangan bukan keadaan yang hiruk pikuk dan ribut, nilai yang absolut yang bersifat relatif, kemurahan hati bukan tamak, semangat kemiskinan bukan gila kekayaan, kontemplasi bukan agitasi, komunikasi bukan show, perdamaian bukan kekerasan, kualitas bukan kuantitas, kerendahan hati bukan kesombongan, keakraban bukan perpecahan, kebaikan dan pembedaan nilai bukan informasi yang dangkal, kemampuan memandang misteri hidup di tengah kegelapan dunia, interioritas atau sesuatu yang batiniah dan religius. Tidak mudah untuk melakukan hal tersebut tapi bukan berarti tidak mungkin.
Seorang seniman mampu membuat jendela kaca dari pecahan-pecahan kaca. Yesus juga dapat menggunakan kelemahan, keterbatasan dan “sampah-sampah” manusia serta membuatnya menjadi berharga dan bernilai. Yesus adalah maha kuasa, dalam terang kekuasaanNya inilah kita dapat membawa ketakutan, keterpurukan, dan berbagai macam masalah kita kepadaNya. Tetapi, ketika badai reda janganlah kita melupakanNya melainkan mengucap syukurlah dalam segala hal. Yesus berdaulat, artinya Yesus adalah ”boss” dalam alam semesta. Dia menciptakan segala sesuatu, Dia tahu segalanya, Dia berada dimana saja dan suaraNya menetukan. Yesus mengendalikan segalanya. Yesus adalah sumber atau objek yang primer dari seluruh kehidupan. Ia mengatur, memberi perintah tetapi juga mendengar bahkan menampung dan mendaur ulang “sampah-sampah”, dan menjadikannya berguna.
Kemerosotan yang dialami sering membuat kita marah sehingga menutup perspektif kita dan menyebabkan kita menuduh Tuhan melakukan kesalahan. Kita beranggapan bahwa semua “sampah-sampah” ini berasal dari Tuhan, kita menyalahkan Tuhan. Kita mulai membandingkan diri kita dengan orang lain, “mengapa saya Tuhan?,mengapa bukan mereka?”. Terjadi pergeseran makna teologis, yaitu memaksa Tuhan agar kehendak kita yang terjadi. Padahal yang semestinya adalah kehendak Tuhan yang terjadi. Akibatnya, Tuhan dipergunakan hanya untuk mengatasi kegetiran hidup yang kita alami. Selaku manusia kita tidak lepas dari salah dan dosa, tetapi sebagai pengikut Kristus kita harus tetap setia walau dalam badai sekalipun.
 Semua orang Kristen seharusnya penuh sukacita karena kita mengikuti seseorang yang lebih besar daripada seorang guru besar atau nabi. Dia adalah Anak Allah yang hidup dan Dia memiliki semua kuasa di surga dan di bumi. Ini berarti Dia juga berkuasa atas dosa dan segala macam “sampah” yang telah kita perbuat. Bahkan telah rela untuk dihukum mati. Tetapi pada hari ketiga Dia bangkit dari kematian sebagai bukti bahwa kematian tidak akan pernah menang dari-Nya, melainkan Dialah yang telah menaklukkan kematian. Dialah yang telah mendaur ulang, menata kembali semua “sampah-sampah” dan membuat semuanya menjadi baru. Oleh sebab itu, janganlah  hanya datang kepadaNya jikalau ada kesulitan, janganlah hanya mencariNya apabila ada persoalan. Tetapi, serahkanlah seluruh hidup hanya didalam tangan Tuhan. Seluruh hidup dan bukan setengah!.









C. Gambaran Khusus
Perkembangan IPTEk terus berkembang dan pola pemikiran tiap individu mulai bergeser dari tiap norma dan aturan yang sudah ada sebelumnya serta dapat memperluas wawasan tiap individu untuk menuju Globalisasi. Di satu pihak perubahan itu mendatangkan keuntungan, kebanggaan dan pembaharuan di mana-mana, namun dilain pihak juga membawa dampak negatif.[6] Berbagai macam perubahan itu juga menimbulkan kekaburan nilai sehingga banyak orang kehilangan orientasi dan menempuh jalan yang salah hal seperti itu pernah dilakukan saya ketika menempuh ilmu pada STT GPI Papua, saya merasa diperlakukan tidak adil dengan tiap permasalahan yang saya temukan dan kebijakan yang diambil oleh Pimpinan Lembaga ”saya pernah diberikan nilai D pada semua mata kuliah yang dibawakan oleh Pimpinan lembaga yaitu; Hermeneutik, Filsafat dan Bahasa Yunani-2” ketika berada pada semester III. Dari hal tersebut secara singkat merubah totalitas tingkah laku saya dan saya menjadi putus asah serta mempersalahkan Tuhan ”mengapa harus saya?”. Dari dilema kehidupan itu seakan menuntut saya untuk harus bersifat egois dan kasar pada semua orang, namun karena adanya pendampingan maka perlahan egoisme itu mulai mundur dan menuntun saya untuk selau berharap menjadi orang yang diam dan sabar untuk mengubah sampah-sampah (dosa) yang sudah saya perbuat sebelumnya menjadi sesuatu yang berharga bagi Tuhan dan semua orang dan semua sampah hidup ini kita harus menyerahkan kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan bukan setengah-setengah.
Apa yang saya sudah alami pasti juga sering dialami oleh kebanyakan orang pada umumnya, dari hal tersebut mengingatkan dan menyadarkan kita akan kenyataan dunia kita sekarang, yang penuh dengan masalah-masalah pada seluruh segi kehidupan. Menanggapi berbagai kesulitan yang dihadapi dalam hidup, setiap orang memiliki cara dan metode yang menurut mereka layak dipakai, sehingga dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul. Bagi kebanyakan orang, inilah saat yang tepat untuk mencari Yesus. Saat dimana beranekaragam problematika hidup tidak sanggup lagi untuk dijalani sendiri.
Perkembangan sejarah kekristenan juga membuktikan bahwa manusia hanya mengandalkan Yesus pada waktu dibelenggu bencana. Manusia hanya mencari kesenangan duniawi semata, dan ketika Allah tidak mampu lagi mengatasinya maka dicari pelarian yang lain. Oleh sebab itu, manusia sangat rentan pada perilaku yang buruk serta selalu menyimpang dari ketetapan Allah. Ada dua zaman dalam Alkitab (PL dan PB) yang membuktikan hal tersebut.
a.       PL
Kejatuhan manusia dalam dosa di taman eden adalah langkah awal dari seluruhan penderitaan yang terjadi. Pengaruh lingkungan sekitar serta pemahaman individualistik membuat sehingga manusia rentan terhadap hal-hal yang bersifat keduniawian. Dalam menghadapi keterbelengguan manusia terhadap dosa, Allah berinisiatif untuk memulihkannya. Selanjutnya dalam PL dikisahkan berbagai cerita yang menunjuk kepada kelemahan manusia akan dosa. Mulai dari pembunuhan yang dilakukan Kain (Kej 4:1-16), kejahatan manusia pada masa Nuh (Kej 6:1-8), menara babel (Kej 11:1-8), sodom dan gomora (Kej 19:1-29), Israel di tanah perbudakan (mesir) dan persungutan Israel selama perjalanan ke tanah perjanjian serta berbagai macam pelanggaran yang mereka lakukan. Selanjutnya mengenai kejatuhan raja-raja Israel mulai dari Saul sampai Zedekia dan berakhir pada pembuangan di babel. Kesemuanya itu membuktikan kemerosotan hidup manusia yang melanggar ketetapan yang telah diberikan Allah bagi mereka.
Penulis memberi penekanan terhadap persungutan Israel dalam melakukan perjalanan ke tanah perjanjian. Terlihat dengan jelas wujud sebenarnya dari manusia yang ingin selalu senang dan mencari pertolongan ketika beban makin berat. Tak pernah kunjung persungutan bangsa Israel selama perjalanan di padang gurun kepada Allah. Persungutan menyatakan suatu sikap tidak puas, tidak sabar atau tidak tahu. Ketika bangsa Israel bersungut-sungut berarti mereka mencomel dan menggerutu, menantang dan mempersalahkan pihak yang dianggap bertanggung jawab atas penderitaan mereka di padang gurun.[7] Allah dianggap sebagai penanggung jawab atas segala persoalan yang terjadi. Pada saat seperti ini, barulah bangsa Israel berseru, mencariNya dan menanti pertolonganNya. Sampah kian berserakan dan tidak dapat di tumpuk lagi karena itu dicari sosok yang tepat untuk dijadikan “tempat sampah atau tempat pembuangan” agar    kondisi tersebut dapat berubah. Tetapi pengasihan dan kesetiaan Allah tidak berkurang bagi bangsa Israel. Allah menanggung umatNya di perjalanan. Hal ini terbukti dari berbagai-bagai cara pemeliharaanNya yang ajaib. Allah tidak meninggalkan umatNya melainkan melanjutkan kesetiaanNya, sesuai dengan perjanjian yang diikatNya.
b.      PB
Perjanjian baru mengisahkan tentang karya keselamatan Yesus, yang merupakan bukti dari kesetiaan dan pengasihan Allah kepada manusia. Yesus rela menderita dan mati untuk menghapus segala macam “sampah” yang dibuat oleh manusia. Meninggalkan takhtaNya serta dengan tulus menjadi “tempat sampah” yang menampung beranekaragam kotoran hasil perbuatan manusia. Seluruh eksistensi Yesus terangkum dengan jelas pada kitab-kitab injil, yang mengisahkan tentang pekerjaan pelayanan Yesus selama berada di dunia.
 Dalam Filipi 3: 8, Paulus berbicara mengenai sampah yang selama ini melekat pada dirinya sebelum ia mengenal Yesus. Sampah (bahasa Inggris)  adalah : 'dung' (kotoran, tahi hewan, kotoran yang terkait dengan hewan), 'rubbish' (sampah, kotoran yang bersifat umum tapi juga berarti rongsokan, omong kosong), 'garbage' (sampah, isi perut - binatang), 'shit' (kotoran, air besar, omong kosong, orang yang buruk sekali). Lembaga Alkitab Indonesia menterjemahkan ini 'sampah'. Kata "sampah" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai kata benda adalah : barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dsb; kotoran spt daun, kertas dan juga 'hina' (rendah kedudukan atau keji, tercela; tidak baik; tentang perbuatan, kelakuan). Sedangkan Paulus sendiri menulisnya dengan  σκβαλα “skubala” (Yunani). Leksikon Yunani terkemuka modern - BDAG (Business Development Assistance Group)  menyebut σκβαλα adalah 'refuse' (sampah), 'garbage' (sampah, isi perut), 'human excrement' (kotoran manusia), 'crud' (mentah), and 'crap' (sampah, kotoran, tahi, nonsen, hal yang bukan-bukan).
 Paulus telah menemukan bahwa kebenaran tidak terletak pada tindakan ketaatan akan hukum Taurat, sehebat bagaimanapun ia mengerjakan itu. Kebenaran yang hakiki adalah kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan kepada Kristus. Karena hanya Kristus yang mampu untuk menanggulangi “sampah-sampah” yang dilakukan oleh manusia. Pada masa lalunya ini, Paulus memandang inilah keuntungan (mentaati hukum taurat) sebab dengan menjadi seperti itu maka Paulus memandang dirinya telah mencapai kebenaran, "kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat". Tetapi kemudian, Rasul Paulus memiliki pandangan yang berbanding terbalik dengan apa yang dulunya adalah komitmen radikal baginya. Paulus menemukan sebuah pemahaman yang baru, bahwa apapun yang dilakukan manusia tidak akan mampu untuk menanggung dan menghapus segala macam dosa yang telah diperbuat. Hanya oleh kasih karunia Yesus semata manusia mendapatkan keselamatan, karena hanya Yesus yang mampu menanggung dan menghapus semua “sampah-sampah” dosa manusia. Paulus menyadari bahwa ketaatan kepada hukum taurat tidak cukup untuk membawanya kepada keselamatan melainkan hanya oleh anugerah dari Yesus semata yang telah mati (bersama ”sampah-sampah”) dan bangkit (dengan hidup yang baru) yang mampu memberikan keselamatan kekal.
Perlu adanya penyerahan diri secara total dalam memaknai Yesus sebagai sang penyelamat. Bukan tergantung kondisi, melainkan karena Yesus terlebih dahulu mengasihi kita, mengangkat semua “sampah-sampah”, dan menjadikan kita sebagai ahli waris kerajaanNya. Untuk itu sebagai wujud pengasihan kita kepada Yesus, kita harus senantiasa taat dan setia dalam berbagai kondisi kehidupan, baik ketika kita berada dalam badai maupun ketika dalam cuaca yang cerah. “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitubahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kitahidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allahyang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagaipendamaian bagi dosa-dosa kita” ( I Yoh 4: 9-10).
Yesus yang memiliki hati yang peduli, tulus, mulia, dan kudus mengertisetiap pergumulan hidup umat. Yesus tidak pandang bulu, kepada kaum miskin,  dan mereka yang berbebanberat, ataupun para bangsawan dan penguasa diundang oleh Yesus, menawarkan diriNya untuk memikul beban-bebanhidup mereka agar mereka dapat menikmati kelegaan, kedamaian, dan sukacita. Dengan penuh kerelaan Yesus membuka diri untuk menjadi “tempat sampah” bagi setiap orang.
D.    Konteks Masa kini

Manusia adalah makhluk historis, demikianlah sebuah ungkapan yang meletakan manusia dalam kerangka keseluruhan peristiwa sejarah hidupnya. Perjalanan sejarah hidup manusia tidak bisa dilepaskan dari situasi zaman dimana ia hidup,  zaman yang kian berubah dalam hal : mode, selera, pola hidup, pemahaman dan penghayatan, serta perilaku baik individu maupun masyarakat kebanyakan.[8] Kehidupan umat kristiani juga tidak luput dari berbagai perubahan yang terjadi. Banyak orang kristen dikagetkan dengan permasalahan-permasalahan yang tidak pernah diduga sebelumnya akan muncul.
Tragedi yang tidak diduga merupakan kisah kehidupan, dan orang kristen tidak kebal terhadap hal itu. Hal ini menyebabkan hidup menjadi tidak terkendali lagi. Pada akhirnya dicarilah sebuah sosok yang tepat agar dapat mengatasi masalah tersebut. Teringat kembali akan kuasaNya yang maha dasyat, maka Yesuslah yang sangat cocok dalam menanggulangi berbagai macam persoalan hidup. Memang inilah yang seringkali terjadi, Yesus diandalkan, hanya pada saat keadaan sementara kacau, tegang, emergency, dan saat segalanya sudah tidak mungkin lagi ditanggung sendiri. Kita sering melupakanNya; saat keadaan aman, ketika sedang dilanda sukacita, saat semuanya berjalan sesuai rencana. Selaku manusia kita tidak lepas dari salah dan dosa, karena itu kita menjadi lalai dan melupakan segala ketetapan yang diberikan oleh Yesus. Kita lebih banyak bersungut-sungut, lebih banyak melihat kepada kesusahan yang kita alami, sehingga kita lupa akan segala berkat yang di anugerahkan Tuhan kepada kita selama ini.
 Selaku umat kristiani yang memakai pola anutan Yesus, yang telah mati demi membersihkan semua “”sampah-sampah” kita, serta rela menjadi “tempat sampah” yang menampung segala kotoran-kotoran akibat dari perbuatan kita, seharusnya kita dapat menyediakan diri menjadi “tempat sampah” bagi orang-orang di sekitar kita. Kita umumnya lebih mudah menjadikan orang lain sebagai “tempat sampah”daripada menjadi “tempat sampah” bagi orang lain. Kadang juga kita engganmenjadi “tempat sampah” karena kita sendiri juga memiliki beban-beban hidup. Kita lebih banyak bersungut tetapi tidak bertindak, lebih banyak menggerutu tetapi diam. Mau enaknya saja!.
Gereja mempunyai tugas untuk meneruskan iman dan nilai-nilai kristiani kepada umatnya. sebagai penerus dan pewaris Allah Gereja mengemban tugas untuk mengusahakan pembinaan sosio-religius. Demikianlah Gereja tidak hanya melakukan penginjilan dalam arti kuatitatif (jumlah) namun juga dalam arti kualitatif dengan membina secara bertanggung jawab. Gereja juga merupakan suatu umat yang duniawi, artinya Gereja adalah orang-orang yang diutus kedalam dunia untuk bersaksi dan melayani. Inilah yang menurut Dr. Alec Vidler sebagai keduniawian yang saleh dari Gereja. Tetapi di balik keagungannya sebagai pewaris Allah di dunia, Gereja juga tidak luput dari kesalahan. Yang banyak dilakukan Gereja, hanya sebatas pemberitaan firman sehingga tidak menyentuh kepentingan jemaat menyangkut kehidupan sosial. Religiusnya saja yang diperhatikan tetapi sosionya tidak. Gereja tidak boleh hanya berencana, hanya berdiskusi ataupun berdoa lalu habis perkara. Tetapi juga, haruslah Gereja menyatakan itu dalam aksi atau tindakan nyata. Keteladanan yang ditampilkan oleh Yesus, tidak hanya berorientasi pada pokok-pokok ajaran saja tetapi juga memanifestasikan hal itu dalam berbagai aksi sosial; memberi makan bagi yang lapar, menyembuhkan orang sakit, berbaur dengan mereka yang tersisihkan dan lain sebagainya. Metode seperti ini yang harus menjadi tolak ukur dalam melakukan tugas dan panggilan Gereja selaku pewaris Allah. Gereja jangan hanya menjadi pembicara yang handal saja tetapi juga menjadi pelaku yang aktif. Disini terlihat, bahwa Gereja hanya cari aman atau dapat dikatakan Gereja “mau enaknya saja”. Yang gampang saja yang ditanggulangi, tetapi yang rumit dan sulit masih dipikir-pikir dulu.  Misi adalah keseluruhan gaya hidup kristiani termasuk tanggung jawab pemberitaan Injil maupun tanggung jawab sosial. Geraja diharuskan untuk dapat menjalakan kedua tugasnya (pemberitaan Injil dan tanggung jawab sosial) secara bersamaan. Karena itu, Gereja harus sungguh-sungguh mengetahui dan memahami segala macam “sampah” yang ada pada jemaat, dan membuka diri serta menjadikan dirinya sebagai “tempat sampah” yang bukan hanya menampung tetapi juga mendaur ulang dan menjadikannya seperti baru kembali.
 Kasih setia Tuhan kekal selama-lamanya. Bahkan ketika kita melupakanNya, Tuhan tetap setia meresponi segala permasalahan yang kita hadapi. Kenyataannya adalah, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan akan tetap bersama-sama dengan kita saat keadaan terpuruk sebagaimana Ia hadir saat kita berada dalam puncak kebahagiaan. Karena itu, ingatlah Tuhan senantiasa, apapun kondisinya. Kita juga harus belajar mengenal Tuhan lebih dalam, agar dapat mengucap syukur dalam segala hal. Dalam segala hal dan bukan separuh hal saja!.




E.     Kesimpulan
Dengan judul yang penulis telah paparkan tentang “pandangan Yesus sebagai tempat sampah” penulis menyadari akan kekurangan yang ada dalam diri penulis, untuk itu apabila ada kesalahan dalam penulisan ini mohon maaf. Yang merupakan inti dari penulisan ini, saya harapkan agar pikiran-pikiran kita yang penuh dengan dosa (sampah) tidak dapat berkembang menjadi suatu timbunan sampah, dan libatkan Yesus dalam tiap masalah kehidupan kita jadi Yesus sebagai tempat yangg layak untuk menerima dan mengubah kita menjaadi pribadi yang berguna dan dapat menjadi berkat dimanpun kita berada.  Khususnya kita sebgai calon-calon hambah Tuhan yang berupaya untuk menghadirkan kerajaan Allah di dunia bisa mengembankan kehidupan iman yang berkualitas demi tercapainya tujuan itu.

F. Penutup
Dengan maksud saya menggambarkan Yesus dalam hidup saya sebagai “tempat sampah” kiranya dapat menjadi tulisan yang dapat mengubah totalitas kehidupan saya dan saudara-saudara yang telah membaca tulisan saya ini,  karena apa yang kita buat hari ini kita tidak langsung menuainya, tetapi dalam hitungan waktu yang akan datang untuk itu tanamlah  benih yang baik dari sekarang.
                                    “Saya sabar bukan berarti saya takut,
  Saya sabar bukan berarti tidak berusaha,
  Saya sabar bukan berarti tidak tahu berbuat apa-apa,
  Tetapi kesabaran saya dapat memberikan kesempatan bagi orang lain  untuk menilai setiap laku saya” (“Ryc”)
 Thanks. GBU


[1] John Scott, Isu-isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 1984, Hal 14
[2]
[3] www.wikipediaindonesia.com
[4] Kosuke Koyama, Your Kingdom Come: Mission Perspectives. Report Of The World Conference On Mission And Evangelism, (Geneva; World Council Of Churches, 1890), hlm 70
[5] Tukan Johan Suban, Menggugat Pendidikan Kristen, Jakarta: Yayasan Hidup Kristiani, 1994. Hlm: 43


[6] Simanjuntak. B. S, Partisipasi Gereja, Bandung, Canisius, 1975, hlm 22
[7] Christoph Barth dan Marie c. Barth-Frommel, Teologi Perjanjian Lama I, Bpk Gunung Mulia, Jakarta 2008, hlm 212
[8] Dr. J. Riberu, Menguasai atau Dikuasai Arus ?, Jakarta: Penerbit Luceat, 1986, hlm 10.

4 komentar:

  1. Sekilas Info Yes 3:18 Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! -- dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Mat 12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Ams 24:17 Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, 24:18 supaya TUHAN tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya dari pada orang itu. Mat 18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. Mat 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. 25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Mat 6:14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. 6:15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."Bil 14:18 TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. Yes 40:2 tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya. Ayb 13:26 Sebab Engkau menulis hal-hal yang pahit terhadap aku dan menghukum aku karena kesalahan pada masa mudaku;

    BalasHapus
  2. Sekilas Info II Sam 7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Yer 46:28 Maka engkau, janganlah takut, hai hamba-Ku Yakub, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau Kuceraiberaikan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan. Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah." Why 3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Kis 10:45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, Mat 11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Mat 10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Why 3:11 Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu. Why 2:10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Yak 1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Mat 16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Mat 13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

    BalasHapus
  3. Sekilas info Saat kapanpun KeilahianYesusKristus juga RohKudus bisa disebut Allah, (hanya jika berdasarkan KualitasKeilahian)

    Demikian juga saat kapanpun Yesus juga RohKudus bisa disebut Utusan, (hanya jika berdasarkan “selain” dalam hal KualitasKeilahian.

    14:13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.
    14:14 Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."
    +++
    16:26 Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa,
    16:27 sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah.
    ( Sebutan Tuhan sebenarnya tidak ditujukan pada Manusia Yesus, tapi pada KualitasAllah yang terkandung dalam KeilahianYesus )
    ---
    5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
    5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."
    +++
    13:2 Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka."
    ===

    Qs 11:37 Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
    Qs 21:29 Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan: "Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada Allah," maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim
    Qs 29:8 Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
    Qs 70:40 Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
    ---
    3:22 Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya."

    BalasHapus
  4. 28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
    28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
    ---
    5:13 Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!"
    5:14 Dan keempat makhluk itu berkata: "Amin". Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah.
    ***
    21:14 Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.

    ---
    8:2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
    8:3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.
    ---
    9:18 Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup."
    9:19 Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
    ---
    28:5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.
    28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.
    28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."
    28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
    28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
    28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."
    ---
    1:17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
    1:18 dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
    1:19 Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.
    ---
    1:6 dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
    1:7 Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.
    1:8 "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."

    BalasHapus